Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Tanpa judul]

Intan atau Arang? Mau Jadi yang Mana, Sayang?




Dulu, saat aliran listrik belum menerangi kampung halaman, saya masih ingat, Ibu di rumah menggunakan setrika arang untuk melicinkan pakaian.(jangan tanya umur saya ya..😁) Setrika tersebut berbahan besi dan menggunakan arang kayu sebagai pemanasnya. Sebelum digunakan, arang akan dibakar dulu sampai timbul bara panasnya, baru dimasukkan ke bagian dalam setrika. Kombinasi bahan besi, panas arang dan pemberat, akan membuat permukaan pakaian menjadi licin dan rapi. Setrikanya pun awet dipakai sampai bertahun-tahun dan hanya memerlukan arang yang biasanya dibeli Ibu secara mingguan. Hanya saja kendalanya, proses persiapannya memakan waktu cukup lama, juga baju bisa kena percikan bara dari arangnya. 

setrika arang
Tapi kini, ibu-ibu modern tak perlu lagi bersusah payah menyiapkan arang jika ingin melicinkan pakaian. Cukup siapkan setrika listriknya, colokkan ke steker, dan taraa...sudah bisa mulai menyetrika! Lebih praktis dan terhindar dari resiko kerusakan pakaian. Meski setrikanya tidak bisa dipakai dimana saja karena membutuhkan aliran listrik. Selain itu setrikanya juga tidak tahan lama dan perawatannya butuh biaya ekstra. Meski demikian, karena kepraktisan, setrika listrik ini pun kini jadi pilihan. 

Ya, teknologi memang banyak membawa perubahan dalam kehidupan. Arang yang banyak dipakai sejak dulu kala dalam kehidupan manusia pun jadi makin jarang digunakan. Kini yang masih menggunakan antara lain adalah pedagang yang menjual makanan yang dibakar di luar ruangan seperti penjual sate, ayam bakar atau jagung bakar. Selain itu arang juga menjadi bahan baku penjernih air dan pembuatan obat-obatan. Dan, tidak hanya arang kayu saja, berbagai ragam arang kini ada di pasaran seperti arang batok kelapa, sekam padi, serbuk gergaji dan lainnya. Harganya pun murah saja, yaitu 5 ribu per kilogram di tingkat pengecernya. 

Sementara, saudaranya arang, bisa berharga jutaan hingga trilyunan rupiah harganya!

Whaaat! Serius? Yang benar saja...? Bersaudara tapi harganya bagai bumi dan langit jauhnya...! Kok bisa?

Arang bersaudara dengan Intan

Hasil gambar untuk arang dan intan
Arang - Intan

Karena mereka sejatinya mempunyai bahan penyusun yang sama, yaitu atom karbon (C).

Lha, terus bedanya dimana? 
  • Arang : tekturnya rapuh, strukturnya renggang, ikatannya lemah. 
  • Intan : teksturnya padat, strukturnya rapat, ikatannya kuat.
Arang 

Dibuat dengan cara meletakkan bahan organik berupa potongan kayu, batok kelapa dan lainnya di dalam wadah dan menutupnya. Lalu letakkan bahan pembakar di sekelilingnya. Bakar selama beberapa jam dan jadilah potongan kayu di dalam wadah tadi menjadi arang. 


asil gambar untuk proses pembuatan arang kayu
pembuatan arang kayu



m
Intan 

Terbentuknya memerlukan waktu jutaan tahun setelah tertimpa panas ribuan derajat celcius dan tekanan yang amat besar di perut bumi. Proses ini membuat bentuk intan keras sekali lantaran atomnya berjejalan sedemikian rapat, tertindih dan tertumpuk bertahun-tahun di bumi. Tak heran, intan masih bisa bertahan meski dipanaskan di suhu 4.000 Celcius. 

Proses penambangan intan dari perut bumi sendiri bisa secara manual maupun dengan mesin yang akan menyedot tanah yang sudah digali. Tanah yang disedot bersama air akan dipilah melalui tapisan. Ketrampilan seorang penambanglah yang dibutuhkan untuk membedakan mana yang pasir, batu biasa ataukah intan. Lalu intan mentah ini akan digosok terlebih dahulu hingga menjelma menjadi intan yang indah dan berkilauan.

penambangan intan tradisional di Martapura

proses penggosokan intan di Martapura
Intan The Cullinan, bobot 621,35 g, harga Rp 3,9 trilyun

Jadi ↠ 

Arang terbentuk dari proses yang mudah, cepat dan lebih singkat tanpa banyak kendala dalam pembuatannya. Pembentukan instan sehingga hasil akhirnya rapuh, mudah hancur, tak menarik hingga tak berharga mahal.

Intan butuh waktu sangat panjang dan pelik. Sejak terbentuk oleh alam melalui panas tinggi, dingin membeku, berkerak dan membatu. Hingga ditemukan dalam bentuk gumpalan oleh penambang kemudian digosok hingga menjadi batu permata yang super kuat, indah menawan pun berharga sangat mahal.


Nah, sama seperti manusia yang sebenarnya tercipta sama, dari sel telur dan sperma. Namun kenyataannya saat dewasa ada yang seperti arang, lemah dan rapuh, ada pula yang bagaikan intan, kuat dan tangguh. 

Pada dasarnya semua manusia mempunyai bekal dan kesempatan yang sama, hanya saja proses yang menempa diri, membuatnya menjadi pribadi yang berbeda satu dengan yang lainnya. 
  • Ada yang berani menempa diri dengan tantangan, tapi banyak yang belum juga melangkah sudah balik kanan saat menemui hambatan. 
  • Ada yang memilih untuk mengambil kesempatan yang datang dengan segala resikonya, ada pula yang langsung mundur sebelum mencobanya. 
  • Ada yang mau mencoba meski sukses belum tentu jadi jaminan, tapi yang lainnya langsung lari tanpa berusaha mencoba sama sekali.
Ya, begitu banyak hal yang harus kita jalani dalam hidup ini yang seringkali membuat kita harus memilih, mau jalan yang aman ataukah yang penuh dengan tantangan? Mau mengambil kesempatan atau menyia-nyiakan?

Sesungguhnya Tuhan menyerahkan sepenuhnya kepada kita, mau jadi manusia arang ataukah intan. Tinggal kita tentukan pilihan! Mau jadi apa diri ini, apakah:

Manusia arang yang berkarakter lembek, cengeng, kolokan, tak tahan banting, mudah menyerah, menganggap diri orang yang paling susah, enggan mengasah potensi, menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

Manusia intan yang bersifat pantang menyerah, tegar, ulet, berprinsip bahwa segala kesulitan yang dihadapi adalah semata-mata untuk meningkatkan kualitas diri agar menjadi lebih kuat dan bernilai tinggi.
"Jadi, mau pilih yang mana, arang atau intan?"
Pilihan terletak di tangan! Jangan sia-siakan kesempatan!💖


Salam sayang,

Dian









Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

38 komentar untuk " "

  1. Wah mantap! Saya suka tulisannya... Semoga saya bisa jadi manusia intan yang tangguh :D

    BalasHapus
  2. Dalem tulisannya. Pilih intan lah. :)

    BalasHapus
  3. Waah..sudah sering dengar pilihan seperti ini mbak dian. Tapi baru sekarang baca artikel yang pakai dijelaskan cara-cara pembuatan intan dan arang. Kereeen��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa, Mbak Lisdha..hihihi..Terima kasih sudah singgah yaaa:)

      Hapus
  4. Inspiratif nich Mbak Dian!
    Intan dibentuk dengan tempaan ya..kalau ingat barang jadi ingat nakusha film India hihii

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh ya,,saya nggak nonton Nakusha , Mbak Dira hahaha..nanti coba saya googling yaaak:D

      Hapus
  5. Baru tau kalau arang dan intan saudaraan. Analoginya keren, Mbak! Semoga saya bisa jadi manusia intan, bukan arang. Aamiin.

    BalasHapus
  6. Mb dian selalu detail n komplit dlm menulis tentang sesuatu
    Keren mb

    BalasHapus
  7. Waaah keren banget bahasannya. Intan! Semoga bisa jadi manusian intan

    BalasHapus
  8. Aku baru tahu kalau arang dan intan bersaudara.
    Semoga aku bisa seperti intan ya, makin kuat dan hebat oleh tempaan dan bernilai tinggi. aamiin.

    BalasHapus
  9. Semoga aku bisa jadi manusia intan, yang kuat dan tidak gampang rapuh aamiin

    BalasHapus
  10. Aku pengen jadi manusia intan saja mba. Tulisannya bagus. Aku gagal fokus sama setrika arangnya, dulu punya juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siip. Aamiin. Iyaa..setrika penuh kenangan ya mbak:)

      Hapus
  11. Aku jadi ingat ada setrika arang yang tergeletak dengan damai di gudang bapakku.
    Suka dengan motivasinya. Semoga kita bisa menjadi manusia intan, yang tangguh, bernilai tinggi dan bermanfaat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setrika di rumah Bapakku sudag nggak ada lagi, Mbak :D...Siiip, semoga ya Mbak:)

      Hapus
  12. Saya suka dgn perumpamaannya.
    Mewakili sekali akan watak kepribadian dlm hidup seseorang

    BalasHapus
  13. Filosofinya dalem banget...!! keren Mba, trims motivasinya :)

    BalasHapus
  14. makasih ya motivasinya mbak
    kena banget

    BalasHapus
  15. Deuh...baru tau, kalau arang bersaudara dengan intan. Analoginya bagus, sekarang waktunya berusaha seperti intan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siip, Mbak...Makasih:) Aamiin...semoga kita bisa jadi intan yang berkilauan:)

      Hapus
  16. Eiit sebelum memilih, saya berkaca diri dulu, termasuk yang manakah #hehe

    BalasHapus
  17. klw cerita setrikan, saya jadi ingta zaman asrama dulu, kami ngga setrikaan pake arang mbak, tapi pake gosooan bekas yang sudah tidak terpakai, kan jenis gosoan dulu berat-berat, jadi setrikanya di letakkan di atas kompor minyak, jika udah panas, di gosokan kebaju,hmmm


    gimana jadi manusia berakter intan yaa, sya aslinya suka mewekkk hiks hikss, adamalah dikit, air mata mudah ngalir hu hu hu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Rahayu, saya baru tahu cara nyetrika seperti itu.. Hebat idenya..!

      Btw, ya kita paling tidak berusaha terus untuk menjadi intan... Insya Allah :)

      Hapus
  18. keren mb dian....ssemoga saya jadi manusia intan...tapi kok ya lama banget ya jad intan mpe jutaan tahun....wekekeke

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada diskon buat kita mbak..kan kita rata-rata cuma sampai 60 tahun...kwkwkw:)

      Hapus