Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Tanpa judul]

Lumpia dan Kisah Romantis di Baliknya




Tadi pagi saat belanja, saya membeli kulit lumpia. Awalnya karena usul anak-anak saya, bikin camilannya nanti yang gurih saja. Mereka memang lebih suka penganan gurih daripada manis. Enek katanya! Sama dengan saya, yang tak terlalu suka dengan makanan yang terlalu manis. Lantaran merasa diri sudah cukup manis! #eaa 😁

Kulit lumpia memang tak sulit membuatnya. Tapi karena mengejar kepraktisan (baca: mager), saya membeli yang sudah jadi. Untuk bahan isian, saya pakai stok yang ada di kulkas saja. Memang tak ada rumusan baku, lumpia harus diisi bahan tertentu. Biasanya unsur sayur selalu ada, misalnya wortel, rebung, tauge, bengkuang, jagung dan kentang. Lalu unsur hewani seperti potongan daging ayam, udang, ikan (bandeng) atau telur. Campuran bahan tersebut beserta bumbu-bumbu diolah, lalu dibungkus dengan lembaran tipis yang terbuat dari tepung terigu, air, telur dan garam. Sedangkan untuk penyajian, lumpia bisa disajikan dalam versi basah atau kering (goreng).

Di Indonesia, lumpia diidentikan dengan kota Semarang. Tentang ini, ada kisah yang melatarbelakangi. Dilansir dari seputarsemarang dot com. Adalah Tjoa Thay Joe, pria kelahiran Fujian yang memutuskan untuk menetap di Semarang. Ia membuka usaha makanan khas Tionghoa, berupa hidangan pelengkap berisi daging babi dan rebung. Kemudian ia berjumpa Mbak Wasih, perempuan Jawa yang berjualan makanan yang hampir sama.  Hanya saja rasanya manis khas Jawa, berisi kentang dan udang. Ternyata, mereka bukannya bersaing atau saling menjatuhkan, tapi malah jatuh cinta dan menikah pada akhirnya. Usaha mereka pun di-merger. Dan, ada perubahan racikan yang dilakukan untuk melengkapi kesempurnaan rasa makanan berlintas budaya Tionghoa – Jawa. Isi yang semula daging babi diubah menjadi ayam atau udang. Sedangkan sayuran tetap rebung. Keunggulannya adalah isi yang tidak amis dan berasa gurih dan manis, serta kulit lumpia yang setelah digoreng renyah dan tipis. Benar-benar mewakili kisah romantis dari dua insan yang melahirkannya, sang pendatang dan penduduk lokal.

foto: seputarsemarangdotcom
Nah, untuk rebung sendiri, memang memerlukan cara khusus menanganinya agar bau tak enak(pesing)nya bisa hilang. Caranya dengan:
  • Rebus rebung dengan air mendidih sekitar 15 menit, lalu buang air rebusan.
  • Rebus dengan air kelapa, buang airnya. Merebus dengan air kelapa akan menambah rasa gurih pada rebung.
  • Rendam potongan rebung dalam garam selama 30 menit, baru diolah.
  • Rebus dengan rempah/bumbu, seperti daun jeruk, daun salam, daun sere atau jahe.
Olahan Lumpia Semarang memang unik dan berbeda. Jadi, kalau sedang berkunjung ke sana, jangan lupa membawa lumpia sebagai oleh-olehnya. Jika perjalanan cukup dekat, pilih yang belum digoreng yang bisa tahan 24 jam. Atau, lumpia yang sudah digoreng yang bisa awet sampai 3 hari. Boleh juga menikmati lumpia hangat di tempat. Dengan harga 15 ribu per potongnya (cukup mahal yaa), namun sebanding dengan rasanya. Worth it, nggak bakal nyesel kok. Endesss!

Nah, berhubung rebung susah didapat di tukang sayur langganan saya, jadi saya bikin isian dari bahan yang tersedia saja. Berikut Lumpia ala saya: 😀

Bahan:

10 lembar Kulit lumpia
4 Bawang merah
2 Bawang putih
1 buah wortel
1 buah kentang
1 tangkai daun seledri
1 buah sosis
1 butir (putih) telur
terigu, merica, garam secukupnya



Cara Membuat:

Potong kecil-kecil wortel, kentang, daun bawang, sosis
tumis bawang merah dan bawang putih
masukkan potongan sayur dan sosis
tambahkan air
beri merica dan garam
tambahkan 1 sdm terigu sebagai pengental



Masukkan isian ke kulit lumpia
Gulung dan rekatkan dengan putih telur
Goreng hingga kecoklatan
Sajikan dengan saus sambal atau cabe rawit



Meski bentuknya tak beraturan, tapi lumpia berbumbu cinta ala saya habis dalam beberapa menit saja saat anak-anak pulang sekolah. Alhamdulillah!😍

Tapi, kok jadi mirip risoles ya isinya...? Hmmmmm

Beda, lah! Risoles sebelum digoreng dibalur tepung roti dulu lalu digoreng, kalau lumpia langsung digoreng...hehehe😊

Nah, kalau kamu bikin lumpia, isiannya pakai apa?


Happy Cooking ~ Be Inspiring!

Dian Restu Agustina



#ODOPOKT16
Tulisan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post Oktober 2017
Blogger Muslimah Indonesia

Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

18 komentar untuk " "

  1. Simpan ah resepnya. Jarang masak soalnya.. hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. kwkwkwk..Ayo bikin jangan cuma simpan terus..gampang nih:)

      Hapus
  2. Kan jadi ngiler pengen bikin juga ^^

    BalasHapus
  3. kwkwkw..waduh kalau dah tangannya Mbak Muyas hasilnya pasti beda..Lebih enyaaak!

    BalasHapus
  4. Kalo saya lebih suka lumpia basah sih sebenernya. Isinya hampir saya ma punya mbak Dian tapi sosisnya diganti daging ayam cincang.
    Kalo di Malang sini, bahkan lumpia dijadikan isi bakso juga. Bakso Malang kan emang semua-mua masuk. Rame deh...
    Makasih kisah romantisnya. Saya baru tau 😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mbak, ini di kulkas adanya sosis jadi ayamnya di batin ajaaa:D

      Hapus
  5. lumpia tanpa bambu muda ini ya...boleh dicoba ini mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mbak, pakai isian risoles saja..mudah nyarinya:D

      Hapus
  6. Ooh jadi itu ya beda lumpia dan risoles, heee.. keduanya gak ada rumus baku. Risoles diisi bihun pun ada.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, yang dijual di warung banyak yang isi bihun ya..lebih murah mungkin modalnya:)

      Hapus
  7. ada juga yang isi nya pisang ya mbak, jadi bisa di buat macam-macam, klw di tempt sy tak ada khusus yg jual kulit lumpia di warung warung, jika mau bikin terpaksa beli yang kemasan di swalayan atau supermarket dan itu juga harganya tidak murah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau isi pisang disebutnya piscok, Mbak..Lumpia isi sayur, ayam/udang, bihun..
      Kulit lumpia dijual di tukang sayur di Jakarta dan murah harganya :)

      Hapus
  8. Aaah ... lumpia semarang! Saya sukaa...rasanya enyak, dan rebungnya gak bau. Ternyata harus direbus berulangkali ya..supaya gak bau.
    Kok, jadi pengen makan lumpia ya ..hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. nulis ini aja sambil bayangin juga saya...
      Lumpia..duh enaknyaaa:)

      Hapus
  9. jadi makin kangen dengan lumpia semarangg

    BalasHapus