Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Tanpa judul]

Panduan Tepat Sebelum Berkunjung ke Australia Barat




Judul : Berlibur, Berburu Beasiswa, Belajar, Bekerja dan Bermukim di Australia Barat
Penulis : Novi Wilkinson, dkk
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : 1
Tebal : 307 halaman
ISBN : 978-602-03-6655-5

"Perth, ibukota Australia Barat yang kecantikannya dapat dinikmati seraya berkayak atau bersepeda di sepanjang Swan River, di tengah cuaca hangat dan cerah di hampir sepanjang tahun. Menyinggahi Caversham Wildlife Park tempat kita bisa berinteraksi dengan kanguru atau koala, binatang khas Australia. Atau mendatangi kota pelabuhan Fremantle yang bersejarah nan indah." (hal 77-79)

Australia tak hanya melulu tentang Sidney atau Melbourne saja. Juga, tak cuma ada tempat wisata Sydney Opera House atau Great Barrier Reef semata. Tapi ada Australia Barat yang luasnya sepertiga dari wilayah Australia yang merupakan negara bagian terbesarnya.

Bertandang ke Australia Barat dengan berbagai niatan pun bisa dilakukan. Sekedar berlibur, ingin belajar, hendak bekerja atau akan bermukim di sana. 

Seringkali kita di Indonesia kebingungan saat mencari informasi seputar kehidupan di Australia Barat. Kalaupun ingin informasi lengkapnya, bisa jadi kita harus bertanya ke sana kemari, browsing sana-sini atau membaca buku itu ini. Syukurlah, telah terbit buku yang menjawab pertanyaan yang menghebat sebelum kita mengunjungi Australia Barat.

Seperti judulnya yang panjang, "Berlibur, Berburu Beasiswa, Belajar, Bekerja dan Bermukim di Australia Barat", buku ini merupakan paket komplet. Semacam kamus yang wajib dimiliki sebelum berangkat ke Australia Barat. Karena, tak hanya berbagai informasi yang dibagi. Tapi, juga menceritakan pengalaman orang Indonesia yang pernah tinggal di sana dengan berbagai latar belakangnya.

Mengawali kisahnya, sang penulis, Novi Wilkinson, menceritakan tentang asal mula kepindahannya ke Perth bersama keluarga. Ia merasa jatuh cinta dengan kotanya, lantaran udaranya yang segar, awannya yang biru dan penduduknya yang ramah. (hal 2). Ia yang seorang ibu rumah tangga, bersama suami dan putranya menjalani awal tinggal di Perth dengan penuh suka duka. Pasalnya, ketiadaan informasi yang dimiliki, sehingga segalanya dicari tahu sendiri. (hal 21) Inilah yang melahirkan gagasan untuk menuliskan pengalaman itu dalam sebuah buku. Tak mau sendirian, ia pun mengajak rekan-rekan dari berbagai kalangan untuk ikut serta membagikan kisah mereka. Pun, bermacam informasi disertakan untuk melengkapi. Tujuan penulis semata-mata untuk berbagi pengalaman, informasi dan memberi motivasi kepada para pembaca. (hal xiv)

Informasi tentang Australia Barat secara umum yaitu tentang musimnya, info waktu, bandara dan lainnya ada dijelaskan mengawali bukunya. (hal 23-26)

Perencanaan perjalanan mulai dari pengurusan visa, waktu yang tepat berkunjung ke Australia Barat, penginapan, restoran, komunitas, lengkap dibahas di bagian kedua.

Tak hanya itu, khusus untuk yang hendak berlibur, di bagian ketiga diulas tuntas mengenai perkiraan biaya untuk liburan selama 4 hari 3 malam di Perth. Yaitu sekitar Rp 10.346.000/orang (hal 54). Ide itinerary perjalanannya, ragam transportasi yang ada, info tempat belanja yang murah dan tempat wisata gratis. Lengkap!

Ibu Dhani Sarwono selaku ketua Dharma Wanita Persatuan KJRI Perth periode 2014-2017 pun, ikut serta memilihkan 10 wisata terbaik di Australia Barat, diantaranya berenang dengan lumba-lumba di Dolphin Discovery Centre di Koombana Bay atau road trip ke wilayah South West Australia Barat.

Untuk yang berlibur bersama anak-anak, tersaji informasi mengenai taman bermain dan tempat wisata menarik juga terbaik di Perth. Dimulai dari Elizabeth Quay lalu menyeberang dengan feri menuju Perth Zoo, Fremantle dan Rottness Island (hal 93). Tak lupa kegiatan yang bisa dilakukan Kings Park, taman kota terbesar di Perth. Lanjut destinasi yang patut dikunjungi di Fremantle, Rottness Island, deretan pantai cantiknya Perth dan beragam pilihan tempat wisata lainnya. Semua ada!

Adalah Akhdian Reppawali, salah satu penulis yang berkisah. Seorang mahasiswa riset di Perth yang menjadikan perjalanan dan kegiatan alam bebas ala warga lokal sebagai pilihan saat kejenuhan datang. Alam Australia Barat yang khas dengan pantai indah di sisi barat, pegunungan, gundukan batu raksasa di sisi timur, gurun, jurang terjal di sisi utara, sungguh merupakan eksotisme yang istimewa. (hal 125)

Sedangkan bagi sesiapa yang berniat untuk berburu beasiswa, ada info menarik tentang belasan organisasi maupun universitas pemberi beasiswa beserta persyaratan umumnya. Tak ketinggalan, ditampilkan suka duka program beasiswa serta beberapa tips terkait.

Sebuah cerita dari salah satu penerima beasiswa, Tio Novita Efriani. Seorang Mama yang sedang menempuh program PhD sambil mengasuh dua anaknya sendiri. Dimana anak-anaknya kadang ketiduran saat menemaninya belajar di kampus. Tapi, tetap berusaha menikmati masa indah studi PhD bersama mereka yang juga sekolah di sana. Karena kesempatan yang mungkin tidak dapat terulang kedua kalinya. (hal 171)

Randi Julian Miranda adalah seorang penerima beasiswa AAS yang menuliskan kisah inspiratif mengharu biru. Berasal dari keluarga berkehidupan pas-pasan di pedalaman Kalimantan Tengah, tak membuatnya lantas menyerah. Bersekolah sambil menjadi pekerja tambang emas tradisional. Lalu melanjutkan kuliah dengan biaya dari hasil lomba dan memberi les sini-sana. Dan akhirnya semua berbuah manis dengan diraihnya beasiswa AAS untuk program Master of Environmentdi Melbourne University. "Mimpi sepertinya hanya fatamorgana khususnya di keluarga saya, karena hampir tidak ada dari kami yang tamat SMA bahkan SMP pun terbilang langka. Bermimpilah setinggi langit selagi kita masih bisa bernapas". (hal 181)

Mendapatkan beasiswa DIKTI tapi berani memboyong keluarga ke Perth? Why not? Demikian pengalaman Diswandi yang harus mengalami beberapa kegagalan dalam prosesnya, meski manis pada akhirnya. Sehingga anak istrinya bisa membersamainya menempuh program PhD di Murdoch University. Pesannya: diperlukan kemampuan managemen keuangan yang baik supaya dana beasiswa tidak habis sebelum waktunya. (hal 200)

Lain lagi dengan Andi Syurganda yang mendapatkan beasiswa LPDP. Seorang calon dosen yang dengan keberanian merubah nasib, bisa membawanya menjadi pengajar bahasa di program Language Assistant Program (LAP) di Perth. Padahal modal bahasa Inggrisnya dirasa pas-pasan.(hal 202). Dan, berkat kegigihannya pula, ia berhasil lolos dalam seleksi beasiswa LPDP untuk program Master di University of Adelaide.

Lalu, bagaimana untuk yang berencana belajar di Australia dengan biaya sendiri? Buku ini ternyata punya jawabannya. Pastinya, biaya untuk international students 2-3 kali lebih mahal dari domestic students (hal 211). Ada juga beragam informasi untuk tingkatan sekolah SD sampai Perguruan Tinggi.

Skolastika Grahita Kirana, seorang pelajar yang pindah ke SMA di Perth karena mengikuti ayahnya yang sedang menempuh program S3. Ia menuliskan tentang kegiatan akademis dan berbagai program yang ada di sekolahnya. Bagaimana siswa boleh memilih 6 mata pelajaran di kelas 11 dan 12 berdasarkan tingkat kesulitan dari tiap mata pelajaran. Ini didasari pada kemampuan si anak dan rencananya setelah lulus SMA nanti. (hal 224)

Sementara Desiana Trisharurini, menyampaikan kisah kepindahan ke Perth karena alasan kesehatan anak-anaknya. Ia dan suaminya mengerjakan pekerjaan casual untuk mencukupi biaya kuliah mereka berdua (bergantian) dan sekolah anak-anak. Meski harus mengeluarkan biaya yang tak sedikit jumlahnya tapi mereka rela demi membahagiakan kedua putrinya. Mereka menikmati perjuangannya sebagai bentuk kebahagiaan karena pengalaman tidak bisa dibeli dengan uang. (hal 247)

Tak hanya untuk sesiapa yang ingin belajar. Bagi yang ingin bekerja di Australia informasi lengkap di buku ini pun bisa membantunya.

Adalah Tunny Pita yang berbagi pengalaman tentang perjuangannya bisa kuliah jurusan Bahasa Inggris di Salatiga sambil bekerja. Antara lain, ia menjadi tukang cuci piring di warung makan. Ia bisa bekerja di Australia melalui program Working Holiday Visa. Pernah bekerja sebagai nanny, pekerja pabrik ikan, domestic cleaner, tukang kebun, dan lainnya. Kini ia sedang menyiapkan diri untuk melanjutkan studi di Australia. (hal 262)

Lain pula Iqbal Aji Daryono yang mendampingi istrinya yang sedang menempuh studi Doktoral. Dimana di awal ia kesulitan mendapatkan pekerjaan. Dan, dari hubungan pertemanan akhirnya pekerjaan sebagai sopir truk bisa didapatkan. Pesannya, sebagai perantauan perbanyaklah teman dengan mendatangi acara warga Indonesia dan ikuti kegiatan komunitas yang ada. Karena menjadi asosial tak layak menjadi pilihan. (hal 275)

Sebagai penutup, bagian akhir buku adalah ulasan tentang bagaimana bermukim di Australia Barat. Ada sebuah kisah dari Achmad Room Fitrianto. Ia menceritakan kondisi putrinya yang didiagnosa Celebral Palsy sementara ia harus menempuh beasiswa program Doktoral di Curtin University. Disarankannya bagi pelajar yang akan studi ke Australia untuk mempunyai asuransi dan menggunakan semaksimal mungkin. (hal 290).

Selepas membaca semua, saya menyimpulkan buku serba ada tentang Australia Barat ini memang nyaris sempurna. Tak ada kekurangan berarti yang menganggu saat membacanya.

Sebuah bacaan yang membuat khayalan terbang seolah-olah kita sedang berada di tengah kota Perth yang indah. Seraya mengagumi, terinspirasi pun termotivasi oleh rangkaian beragam kisah.

Memang tepat! Buku ini memang patut dibaca bagi sesiapa yang berniat berlibur, berburu beasiswa, belajar, bekerja dan bermukim di Australia Barat. 

Dan, yakinlah Anda akan dibuat speechless karenanya seperti saya!




















Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

12 komentar untuk " "

  1. Aku baru setengah aja dah, speechless, Mau ngebut lha kok datang kerjaan dari Bu RW. Ngempet, deh... Hehehehe

    BalasHapus
  2. Nggak sabar nunggu suami ke Jakarta, secara bukunya aku minta kirim ke Jakarta aja. Terlalu jauh kalo dikirim ke Maluku sini. :D

    BalasHapus
  3. Siip, Mbak Enni, Selamat menunggu..:)

    BalasHapus
  4. Di antara penulis di atas yang saya tahu cuma mas Iqbal Aji Daryono, penulis "Out of The Truck Box". Keren kayaknya bukunya, ya. Pasti berasa lagi di sana beneran. Ah, sesuatu tentang travelling dan kisah dari belahan bumi lain memang selalu menarik. Thanks atas ulasannya, Mbak 😘

    BalasHapus
  5. Iya Mbak..jadi terbayang rasanya tinggal di sana saya:)

    BalasHapus
  6. aku jadi inget Prof. Effendy
    dosenku dulu yang nemuin ratusan senyawa
    dulu alumni Universitas di sana
    emang di sana cukup menjanjikan mbak
    ah harus baca ini bukunya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas..lebih mudah masuk Australia daripada Amerika
      *pengalaman

      Hapus
  7. bole di coba sis tipsnya thanks

    BalasHapus
  8. Bukunya bagus mba cocok untuk di simak

    BalasHapus