Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Tanpa judul]

Tuhan pun Menamainya..."Ayah"



Kemarin, ada kurir datang mengantarkan buku pesanan saya dari Penerbit FAM Publishing. Sebuah buku antologi puisi yang merupakan naskah terbaik dari Lomba Cipta Puisi bertema "AYAH". Lomba digelar oleh FAM Indonesia beberapa waktu silam dan menyeleksi 783 naskah. Lomba melahirkan 3 Puisi Terbaik, 17 Puisi Pilihan dan 176 Puisi Nominator. Kesemuanya itu dibukukan dalam "Lewat Angin Kukirimkan Segenggam Doa Buat Abahku". Dan, salah satu diantara 196 naskah yang dibukukan itu adalah milik saya. Baru nominator saja saya senangnyaaa...hahaha..Nggak apa-apa, kan. Bukankah untuk menuju puncak kita perlu meniti satu demi satu anak tangga dulu. 😍


Antologi, yang menurut Wikipedia, diturunkan dari kata bahasa Yunani yang berarti "karangan/kumpulan bunga". Adalah sebuah kumpulan dari karya-karya sastra. Awalnya, hanya mencakup kumpulan puisi yang dicetak dalam satu volume. Lalu, artinya meluas menjadi kumpulan karya sastra lain seperti cerita pendek, novel pendek, prosa dan lainnya. Dan dalam pengertian modern, antologi juga dimaksudkan sebagai kumpulan karya musik oleh seorang artis, atau kumpulan cerita yang ditayangkan dalam radio dan televisi.


Adalah Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia yang didirikan oleh “duo penulis muda” Indonesia, Muhammad Subhan (Sumatera Barat) dan Aliya Nurlela (Malang, Jawa Timur). Berdiri pada tanggal 2 Maret 2012 dan berkantor pusat di Pare, Kediri, Jawa Timur. Punya tujuan mulia menyebarkan semangat cinta menulis di kalangan generasi muda, khususnya siswa sekolah dasar, SLTP, SLTA, mahasiswa, dan kalangan umum lainnya. 

FAM Indonesia bertekad membina anak-anak bangsa untuk cinta menulis dan gemar membaca buku. Sebab, dua hal ini melatarbelakangi maju dan berkembangnya negara-negara di dunia lantaran rakyatnya suka membaca buku dan menulis karangan.

FAM Indonesia berbasis di sekolah-sekolah dan melebur di tengah masyarakat dalam berbagai kegiatan kepenulisan. Kalau kamu mau gabung add saja facebook FAM Indonesia: "Aishiteru Menulis". Ikuti juga diskusi kepenulisan bersama Tim FAM Indonesia di Grup Facebook "FAM Indonesia". 

Nah, secara berkala FAM Indonesia mengadakan event lomba kepenulisan. Dimana lomba bisa diikuti oleh umum dengan kategori tema yang telah ditentukan. Persyaratannya mudah, hanya kirim naskah tanpa dipungut biaya. Ada hadiah menarik berupa uang tunai dan paket buku. Selanjutnya, kumpulan naskah terbaik akan dibukukan dan jika penulis ingin memesan akan dicetak sesuai jumlah pesanan.


Untuk event kali ini, mengambil tema AYAH dengan harapan dapat memberikan manfaat juga mengingatkan semua lebih menghargai dan menghormati sosok Ayah. Beliau yang telah bekerja keras demi menafkahi keluarga. Sosok yang kadang kita rasa bersikap keras yang sejatinya itu adalah bentuk kasih sayangnya pada kita. Dan, antologi ini adalah apresiasi akan sosok Ayah dari berbagai sudut pandang.

Baiklah, dan ta daaa...Inilah puisi saya:


Tuhan pun Menamainya….”Ayah” 


Tuhan mengambil segelintir kekuatan petir 

Sekuku keteduhan pokok kayu 

Sepadi kehangatan mentari pagi 

Sejumput ketenangan air laut 

Secercah kemurahan alam yang berlimpah 

Secolek kenyamanan malam yang molek 

Sebiji kebijakan pasak negeri 

Sekerat kekuasaan pejabat 

Sekubit suka cita pagi buta 

Secuil kesabaran dari keabadian 

Sekelebat iman malaikat 

Sekulum kelembutan senyum 

Sejenang keberanian pejuang 

Sejurus kepintaran genius 

Selincam kukuhnya genggam 

Sedikit kekarnya bukit 

Sekelonet solidnya planet 

Serepih kalemnya kasih 

Sekebat tegarnya hibat 

Sejambak perkasanya ombak 

Sejaras riangnya paras 

Seberinda tangguhnya keluarga 

Dan,..sejenak kebutuhan istri anak 

Saat dirasanya campuran itu telah sempurna 

Tanpa memerlukan penambahan apa-apa 

Tuhan pun menamainya…. 

”Ayah”


Mohon kritik dan sarannya yaaa, Teman!💖


Salam,

Dian Restu Agustina

#ODOPOKT21
Tulisan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post Oktober 2017
Blogger Muslimah Indonesia

Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

16 komentar untuk " "

  1. Banyak juga komunitas menulis macam ini ya mbak. Ayiknya lagi ada lomba sama diskusi rutinnya juga. Selain berkomunitas, juga bisa mengasah ketrampilan menulis biar semakin kece :D

    Berhubung saya ngga terlalu paham sama puisi, yaaa tak bilang bagus XD
    Udah masuk nominasi juga, keren mbak.
    Tapi kalau dari model-model bahasanya, saya kaya pernah baca yang model begini. Tapi bukan dalam bentuk puisi, lebih ke narasi gitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kalau ada komunitas kita jadi bisa sharing tentang beragam hal kepenulisan..Makin semangat juga jika ada eventnya:)

      Iya, kadang nggak bisa lepas dari narasi..terbiasa bikin cerpen daripada puisi..masih perlu banyak berlatih ini. Terima kasih:)

      Hapus
  2. baca pusiinya antara inget almarhum abah dan tambah sayang ke suami..

    BalasHapus
  3. Bagus kata-katanya, Mbak. Jlebb... Jadi kangen alm. Bapak 😭 Btw, saya belum pernah bikin puisi dengan 'tipe' seperti ini. Biasanya saya bikin ada jeda dalam beberapa baris. Termasuk puisi saya yang kemarin lolos jadi nominator di FAM.
    Alhamdulillah, buku mbak Dian sudah sampe ya. Nunggu berapa lama tuh, Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak Tatiek..lagi penginbikin yang tipe seperti ini..hihihi..

      Bukunya 2-3 bulan sampainya:)

      Hapus
  4. baca puisinya keinget almarhum ayam saya mbak .. tapi keren mbak sunggu super ... dengan baca puisi ini kita jadi ingat ayah kita paling tidak ya ziarah ke makam beliau

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya..doa buat para Ayah yang sudah almarhum..hormat untuk yang masih sehat.
      Insya Allah

      Hapus
  5. semoga para ayah selalu sehat
    dan yang sudah almarhum dilapangkan kuburnya amnin
    jempol buat mbak, bisa nulis buku antologi

    BalasHapus
  6. Cakepnya puisnya mbak, sukaa...jadi ingat sama bapak di Malang...sedih karena harus tinggal berjauhan dengan orang tua..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, sama...
      Saya juga hanya setahun sekali ketemunya Bapak:)

      Hapus
  7. Ingat masa-masa rajin kirim tulisan buat antologi, hehehe...sekarang prioritasnya lagi bergeser. Tapi seru juga ya, Mbak, jadi kangen.

    BalasHapus
  8. jadi kangen sama sosok ayah
    puisi itu memang indah
    bisa mewakili perasaan
    tapi sayangnya aku belum bisa nulis puisi

    BalasHapus