Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Tanpa judul]

Berkunjung ke Museum Nasional Indonesia





Hari Minggu yang lalu, saya sekeluarga mengunjungi Museum Nasional Indonesia ( a.k.a. Museum Gajah) yang berlokasi di Jalan merdeka Barat No.12 Jakarta Pusat.

Sebelumnya, sudah pernah sih saya mengunjunginya. Tapi karena si Adik sedang mendapatkan materi 'Museum" untuk pelajaran PLBJ(Pendidikan Lingkungan dan Budaya Jakarta), biar lebih mantap gambarannya, jadilah pergi ke sana lagi. Apalagi saya juga sedang ada pilihan tema untuk #SatuHariSatuKaryaIIDN tentang Mengunjungi Museum. Jadi pas sekali!

Museum Gajah

Mueum Nasional yang mulai dibuka untuk umum sejak 1868 ini, kini terdiri dari dua gedung. Gedung A(Gedung Lama/Cagar Budaya), saat ini sedang ditutup untuk alasan revitalisasi sejak 3 Januari 2017 sampai 31 Agustus nanti. Dan, Gedung Arca (Gedung B) yang tetap bisa dikunjungi sejak diresmikan pada 2007 oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono.

Museum ini lebih dikenal sebagai Gedung Gajah atau Museum Gajah lantaran adanya patung gajah perunggu di halaman depan museum yang merupakan hadiah dari Raja Chulalongkorn dari Thailand, yang berkunjung ke tempat ini pada tahun 1871.

Museum Gajah

Jika kita datang dari arah depan, Gedung Arca berada di sebelah kanan. Dengan pintu masuk yang ditandai dengan loket penjualan tiket. Harga tiket untuk dewasa adalah sebesar 5 ribu, anak-anak 2 ribu dan wisatawan mancanegara 10 ribu. 

Di sisi pintu, ada petugas penjaga buku tamu yang akan memberikan buku saku Museum Nasional. Lalu, kita akan memasuki pintu dengan melewati pintu pemeriksaan. Oh ya, tiketnya ingat disimpan, ya. Karena ada denah lokasi yang bisa jadi panduan saat di dalam area.

Tertera juga pada tiketnya, waktu operasional museum yaitu setiap hari, kecuali hari Senin dan Hari Besar tutup. Untuk waktu bukanya, dari pukul 8 pagi sampai 4 sore, kecuali Sabtu-Minggu sampai pukul 5. 

Museum Gajah
Tiket dan buku saku
Oh ya, jika kita memakai kendaraan pribadi, ikuti saja petunjuk arah parkir menuju basement dan masuk melalui pintu di lantai bawah. Lalu, naik tangga untuk menuju lantai satu ke area lokasi museumnya. Parkiran ini cukup luas meski kondisinya tidak rapi(banyak barang numpuk di sana-sini). Dan sayangnya, jika lewat pintu ini tidak ada pemeriksaan yang memadai karena semua pengunjung bisa langsung asal masuk saja.

Di area lantai satu, ada ruangan luas dengan panggung yang di atasnya ada satu set gamelan lengkap. Memang, di tempat yang disebut lobby kaca ini, ada agenda rutin bagi pengunjung yang ingin mengikuti sekolah tari, berlatih gamelan dan kegiatan lainnya, yang bisa diikuti secara cuma-cuma. Juga ada beberapa jadwal dan agenda kegiatan yang diadakan secara berkala maupun temporer yang juga tidak dipungut biaya.

Bagi yang berminat, biar enggak ketinggalan jadwalnya, ikuti saja akun sosial media Museum Nasional Indonesia. Boleh via FacebookInstagram atau Twitter yaaa..!

Museum Gajah

Lalu, kita akan menuju ke ruang pamer di lantai satu, yaitu Ruang Manusia dan Lingkungan. Di sini kita akan disambut dengan deretan gambar dan koleksi beserta penjelasan, tentang masa awal mula manusia dan kehidupannya di masa prasejarah. 

Mulai dari era Manusia Purba yang ada sejak sekitar 2 juta tahun lalu yang mengalami proses evolusi. Dimana akan selalu ada spesies yang bertahan dan ada pula yang punah dari muka bumi. Ada pula urutan tentang terbentuknya kepulauan Indonesia yang dulunya menyatu dengan beberapa kawasan di Asia Tenggara. Yang didukung oleh bukti penemuan jenis manusia dan fauna yang sama.

Museum Gajah
Kehidupan manusia purba

Kemudian ada penjelasan tentang proses migrasi manusia dan fauna beserta penyebarannya. Juga bagaimana mereka berubah, berkembang dan bertahan. Dimana daerah tropis seperti wilayah Indonesia memang menjadi tempat favorit hunian di alam purba.

Karena itulah, disebutkan bahwa, dua tempat di dunia yang paling fenomenal dalam sejarah perkembangan biologis manusia adalah Afrika dan Indonesia.

Selain itu di lantai satu, kita juga bisa menyaksikan peragaan kubur prasejarah Gilimanuk, replika kehidupan manusia gua beserta guanya, tulang paha dan tengkorak manusia purba dan beberapa replika lainnya.

Museum Gajah
Tulang tengkorak dan paha Manusia Jawa
yang ternyata sudah bisa berdiri tegak

Setelah puas menelaah kisah perjalanan manusia di masa prasejarah, berikutnya kita bisa naik ke lantai dua dengan menggunakan eskalator atau lift yang tersedia. Lantai kedua ini adalah Ruang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Di lantai ini ditampilkan koleksi seputar dua subsistem kebudayan manusia yang saling berkaitan yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi.

Beberapa aspek yang disajikan diantaranya:

- Aksara dan Bahasa: perkembangan kecerdasan manusia diawali dengan bahasa isyarat, bahasa lisan kemudian baru bahasa tulisan(aksara). Dan, tulisan pertama kali dikenal sekitar 5000 tahun lalu. Dengan kata lain, 90 % masa yang dilalui manusia adalah masa nirleka/prasejarah/sebelum dikenal tulisan.

Museum Gajah
Perkembangan aksara India di Asia Tenggara
- Sistem Hukum di Indonesia: penerapan hukum di Indonesia pada masa lampau terdapat dalam beberapa prasasti yang berisi keputusan pengadilan dan keterangan tentang berbagai tindak pidana dan perdata. Beberapa naskah yang ditemukan merupakan naskah olahan dari kitab hukum India. Lalu saat mulai ada pengaruh Islam, hukum berdasarkan pada Al Quran dan Al Hadits. Dan, saat pemerintahan kolonial Belanda sudah berlaku semacam undang-undang.

Astronomi dan Navigasi

Museum Gajah

- Arsitektur

Museum Gajah
Rumah adat Tongkonan, Sulawesi Selatan

- Pengobatan dan Pengolahan Makanan:

Museum Gajah
Kotak obat, Batavia
Museum Gajah
takaran beras, kendi, wadah makanan


-  Alat Perlindungan

Museum Gajah

- Alat Komunikasi

Museum Gajah

- Alat Produksi


Museum Gajah
Alat pembuatan gong
- Ekonomi


Museum Gajah
Sandal kayu, alat pembawa hasil panen
- Alat Transportasi

Museum Gajah

Setelahnya, kita bisa menaiki tangga menuju lantai ketiga museum yang merupakan Ruang Organisasi Sosial dan Pola Pemukiman.

Di sini ditampilkan koleksi berbagai artefak sebagai bukti kehidupan masyarakat yang menghuni kepulauan Indonesia sejak 1,8 juta-10.000 tahun yang lalu.

Artefak ini ada yang merupakan peralatan sehari-hari, perhiasan, prasasti, benda religi, benda simbol kekuasaan, pakaian dan lainnya.

Dan dari sini, diketahui bahwa masyarakat pada masa sejarah masih cenderung egaliter. Sementara di jaman sejarah sudah terbagi dalam golongan-golongan. Demikian juga pola untuk pemukiman.

Museum Gajah
Nekara, perunggu, NTB
Sejak manusia menempati gua sekitar 60 ribu tahun lalu, tatanan sosial mulai terbentuk meski sederhana dan hanya berupa lingkup keluarga. Seperti ada yang bertugas berburu, memimpin kelompok dan lainnya.

Lalu, muncul tradisi pertanian yang membuat manusia mulai menempati lahan terbuka dengan perkampungan sederhana dan pertanian menjadi kegiatannya.

Berlanjut pada tatanan kemasyarakatan yang menuju ke arah lebih spesifik dimana ada spesialisasi dan profesi. Sejalan dengan ini, ada pola penguburan tertentu dengan bekal kubur yang selalu disertakan pada kubur prasejarah yang ditemukan.

Museum Gajah
aktivitas penguburan
Selain itu ada pula ditampilkan tentang aspek perhiasan yang merupakan benda-benda yang digunakan untuk mempercantik dan merias diri. Benda ini juga dijadikan simbol status sosial, kekayaan, kekuasaan dan benda warisan dari bangsawan untuk keturunannya.

Bentuk perhiasan beraneka rupa dapat berupa perhiasan badan berupa tato, mahkota, ikat pinggang, ikat kepala, anting-anting, tusuk konde dan lainnya.

Museum Gajah
Hiasan rambut, Sulawesi Utara
Yang menarik adalah peralatan kenikmatan. Jangan harapkan seperti era kekinian, dimana peralatan kenikmatan adalah jika punya kuota internet yang lancar jaya dengan sambungan tanpa hambatan...kwkwkw

Yang dimaksud peralatan kenikmatan masa lampau adalah peralatan untuk menyirih. Ramuan yang terdiri dari daun sirih, kapur sirih, gambir dan buah pinang akan ditempatkan pada wadah khusus. Wadah inilah yang beragam yaitu dari bambu, kayu, buah labu dan aneka logam.

Selain itu ada kenikmatan lainnya yang biasanya digemari kaum pria yaitu merokok dengan pipa.

Museum Gajah
Pekianangan, Kalimantan
Masih di lantai yang sama, ada aspek Simbol Kekuasaan. Dimana kekuasaan yang dimiliki seorang penguasa dipresentasikan dalam bermacam simbol yang pada umumnya berupa benda yang akan menambah wibawa sang penguasa. Wujudnya ada yang berupa mahkota, tahta, pakaian kebesaran, senjata dan benda lainnya.


Sementara untuk koleksi tentang Peralatan Rumah Tangga yang ada, ditampilkan mulai dari yang berbahan tanah liat bakar, kayu, bambu dan logam.

Sedangkan untuk pola pemukiman disertakan penjelasan tentang pemukiman masa prasejarah dimana manusia memiliki pemukiman yang masih sederhana. Kemudian berkembang menjadi beraneka bentuk arsitektur bangunan tradisional. Dimana ragam hiasnya mengandung makna yang terkait dengan status sosial, kesuburan, pembawa keberkahan, penolak bala dan lainnya.

Museum Gajah

Beberapa koleksi tentang Pakaian, Pekerjaan, Masa Kolonial dan beraneka aspek kehidupan sosial ada juga di lantai ini.

Berlanjut ke lantai berikut, lantai 4 yang merupakan Ruang Khasanah Emas dan Keramik.

Tapi, karena alasan keamanan, pengunjung tidak diperbolehkan memotret di area ini. Maklum, isinya barang berharga diantaranya emas peninggalan jaman dulu kala.

Di sini bersiaplah dibuat terheran-heran, lantaran membayangkan beratnya perhiasan yang musti dipakai oleh raja dan kaum bangsawan. Ada hiasan kepala, leher, dada, perut, lengan, gelang, kaki dengan ukuran dan berat yang lumayan.  

Dan,.... saya dan keluarga pun puas berkeliling Museum Nasional. Kami kembali turun ke bawah, karena ingin pepotoan di depan gedungnya. Dimana ada karya seni yang tepat berada di bagian tengah halaman museum. Sebuah patung tembaga berbentuk pusaran air dengan orang-orang yang tampak hanyut dalam pusaran, karya Nyoman Nuarta yang diberi judul Ku Yakin Sampai Di Sana. 

Museum Gajah

Kembali ke arah dalam, kami turun lagi ke parkiran. Sambil singgah di kios souvenir yang ada di dekat tangga. Sayangnya lokasinya kecil mungil, tak sepadan dengan besar museumnya. Di sini dijual berbagai cenderamata khas Jakarta, buku tentang Museum Nasional dan beraneka makanan dan minuman.

Museum Nasional masih terus berbenah diri. Nanti saja jika Gedung Lama sudah jadi, Insya Allah saya akan berkunjung lagi.

Sedikit masukan dari hasil kunjungan:
  • Sebaiknya pengamanan diperketat lagi. Mengingat berharganya berbagai koleksi yang dimiliki. Pengalaman saya berkunjung ke museum besar misalnya, Musée du Louvre dan Musei Vaticani, setiap pengunjung dan bawaannya harus melewati screening body dan metal detector untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
  • Kios Cenderamata semoga bisa dibuat lebih layak tempatnya, sehingga memudahkan pengunjung untuk mendapatkan kenang-kenangan sepulang dari Museum Nasional
  • Kebersihan lokasi terutama toilet mohon ditingkatkan. Saya melihat ada wisatawan asing yang kebingungan karena tidak ada tisu dan cairan pembersih tangan. 
  • Semoga makin banyak koleksi, karena beberapa spot terlihat kosong lantaran benda koleksi dipakai untuk pameran temporer. Dan, luasan museum yang masih cukup sebenarnya untuk koleksi tambahan 

Akhir kata, semoga minat masyarakat Indonesia untuk mengunjungi museum makin meningkat. Disertai dengan kesadaran untuk menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan museum beserta isinya. Bagaimana pun juga dengan terawatnya museum dapat merawat juga warisan kebudayaan masyarakat di Indonesia pada masa lampau. Dengan demikian, ingatan generasi masa kini dan masa depan terhadap sejarah bangsanya tidak mudah terhapus dari pikirannya

Yuk ke Museum Nasional kita...!😍





Happy Traveling ~ Happy Sharing

Dian Restu Agustina


#SatuHariSatuKaryaIIDN
#Harike9
#TemaTraveling
#MengunjungiMuseum
Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

25 komentar untuk " "

  1. Wih, lengkap liputannya. Sebelumnya pernah baca tapi ga selengkap ini. Mengunjungi museum emang menyenangkan yaa... Gambar-gambarnya juga clear, tapi kok gak dikasih watermark, Mbak? Eman. Nanti dicolong orang, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngejar setoran ODOP ngak sempat kasih watermark..hiks

      Hapus
  2. Betul sekali masukannya mbak, aku pernah berkunjung bareng anak-anak kelas waktu itu.

    BalasHapus
  3. Udah makin bagus aja tuh musium..keren Mba, lengkap lipitannya.

    BalasHapus
  4. Yeaay night at the museum, eh bukan yaaa Mbak Dian hihiii. Saya udah lamaaa banget gak ke Museum, terakhir ke museum sepuluh november, Musa nangis terus, mungkin hawanya sensitif bau-bau perjuangan gitu Mbak Dian.

    Kayaknya seru sesekali ke Museum sendirian, berasa lebih menjiwai hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Dira..lebih baik berkunjungnya sendiri saja, atau pas anak sudah usia sekolah :)

      Hapus
  5. Tujuh tahun tinggal di Jakarta, saya belum pernah tahu tentang museum ini. Aduuh, malunya. Trims infonya Mbak. Juga foto-fotonya yang banyak.

    BalasHapus
  6. Belum pernah masuk ke sana, pgn deh...

    BalasHapus
  7. Anak-anak saya senang banget dibawa ke sini. Emaknya juga senang. Liburannya murah meriah plus bergizi, bisa menambah wawasan.

    BalasHapus
  8. Museumnya komplit dan tiketnya sangat murah

    BalasHapus
  9. aku tertarik sama koleksi aktivitas penguburan masa prasejarah mbak
    menarik semoga bisa ke sana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas..ada penjelasan tentang itu di museum ini..

      Hapus
  10. Belum pernah ke sana, hiks...sepertinya sangat menarik apalagi anak sulung udah sekolah, pastinya bermanfaat dan murmer..hehe

    BalasHapus
  11. Keren yaaa, berasa belajar sejarah secara live, jadi list tempat yang bakal di kunjungi nih.
    Pengen lebih sering mengenalkan anak kepada sejarah.
    Btw salam kenal mbak, nice post :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mbak..Iya keren museumnya:) Monggo kesana..

      Hapus
  12. kayaknya besar ya, museumnya. semoga nanti kalau ke jakarta bisa mampir ke sini juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Besar banget Mbak..cuma koleksinya kurang banyak :)

      Hapus
  13. Museum zaman now tampaknya memang sedang menggeliat untuk melakukan perbaikan-perbaikan. Supaya kian banyak pengunjung. Hmmm. Semoga koleksi Museum Gajak makin lengkap dan fasilitasnya kian disempurnakan deeeh. Jadi pas daku ke situ kelak, sudah makin ciamik. Anterin dong, Mbak .... hahaha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo kapan ke Jakarta, nginep di tempatku..tak anterin wis:)

      Hapus