Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Tanpa judul]

Satu Hari Satu Karya


"We are what we repeatedly do. Excellence, then, is not an act but is a habit!"(Aristotle)

Kita adalah apa yang kita lakukan secara berulang-ulang. Karena itu, keunggulan sejatinya bukanlah perbuatan, melainkan suatu kebiasaan. Demikian Aristotle mengartikan sebuah habit (kebiasaan). Selain itu, adapula pepatah yang menyebutkan: habit is a second nature, kebiasaan adalah watak kedua. Maksudnya, karakter yang terlembaga pada diri kita tidak lain adalah tumpukan kebiasaan yang bermula dari satu hal yang kecil saja. Karenanya sebuah kebiasaan tak bisa dipandang dengan sebelah mata. Jika itu merupakan hal yang positif, maka pengulangan akan berakhir pada keberhasilan. Termasuk juga kebiasaan menulis.

Menulis sebagai salah satu bentuk dari komunikasi telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Dan jika rutinitas ini kita jadikan bagian dari keseharian, maka akan banyak manfaat yang kita dapatkan. Diantaranya:
  • Pelampiasan Beban 
Dengan menuliskan apa yang memberati pikiran akan membuat kita merasa lega dan tenang. Tulis saja apa yang berkecamuk di dada. Tumpahkan saja apa yang membuat hati kesal tak terkira. Tapi, hindari sosial media sebagai tempat mencurahkannya. Miliki jurnal pribadi sebagai tempat melepaskan kegundahan hati. Atau tuliskan dalam versi fiksi dan tampilkan di blog pribadi. 
  • Keteraturan Pikiran
Semakin tua usia makin banyak hal yang harus disimpan oleh otak kita. Sehingga sesuatu yang baru akan menimpa kenangan yang tersimpan sebelumnya. Kebiasaan menulis sehari-hari akan membantu menata pikiran kita sehingga keteraturan pun akan menjadi sebuah kebiasaan. 
  • Mengasah Ketrampilan
Dengan rutin menulis setiap hari, kita akan makin banyak mengenal kosa kata, makin paham cara menyusun kalimat menjadi paragraf yang enak dibaca, pun tambah mudah menuangkan ide dan gagasan menjadi sebuah tulisan.
  • Mengenali Diri Lagi dan Lagi
Menuliskan semua kata yang ada di kepala, menjadikan kita makin mengenali diri kita. Jika rutin membiasakannya maka bisa jadi sarana refleksi dan evaluasi diri. Sehingga hidup makin terarah dan lebih mudah. 
  • Menambah Pendapatan
Tuliskan keresahan akan ketidakteraturan di sekitar dalam wujud opini. Atau dalam bentuk cerita yang tak hanya akan menghibur sesama tapi juga menyampaikan pesan kebaikan yang diinginkan. Lalu kirim ke media yang menerima kontribusi dari pembacanya. Atau ulas di blog pribadi kita. Sehingga beban tak hanya menjadi ringan tapi tambah pula pendapatan.

Nah, mengingat manfaat menulis setiap hari itu banyak sekali, maka nggak bakal rugi untuk memulainya sejak dini. Tapi, mau nulis apa saja ya? Tiap hari lho..! Apa nggak bakal kehabisan tema?

Beberapa waktu yang lalu, saya mengikuti program One Day One Post (ODOP) selama sebulan penuh yang diselenggarakan oleh sebuah komunitas blogger. Awalnya saya memiliki keraguan yang sama. Tiap hari nge-blog? Yang benar saja? Apa nggak bingung cari tema? Apa nggak bosan nantinya? Dan ternyata semua kegalauan itu bisa saya lawan dan berhasil menyelesaikan tantangan dan bahkan menjadi salah satu dari ketiga pemenangnya. Yeaaay!


Lalu bagaimana jika tantangannya lebih luas lagi, satu karya dalam satu hari? Berani? Katanya mau menjadikan menulis sebagai sebuah kebiasaan?

Hmmm...harus di blog ya?...#nawar

[Boleh nulis apa saja dan dimana saja! Ayo sudah lama nggak nulis ke media cetak juga kan? Ingat waktu pertama kali kirim cerpen ke Tabloid Nova misalnya, dan ternyata dimuat...Senang, kan?]

Sebuah pepatah mengatakan “Sow a thought, reap an action; sow an action, reap a habit; sow a habit, reap a character; sow a character, reap a destiny.” Taburlah gagasan, tuailah perbuatan; taburlah perbuatan, tuailah kebiasaan; taburlah kebiasaan, tuailah karakter; dan taburlah karakter, maka tuailah takdir.

Bismillah, dengan "Satu Hari Satu Karya" saya ingin menjadi penulis yang lebih baik lagi. Semoga bisa! Syukur-syukur bisa lebih dari satu yaaa..haha ^^


Semangat !!

Dian Restu Agustina


*pic: pixabay



Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

26 komentar untuk " "

  1. Bagiku sendiri menulis adalah sebagai pelarianku yang tak cakap untuk berbicara di depan orang atau menyampaikan unek unek. Tapi aku juga terkadang mengalami kendala saat akan memulai menulis. Mulai dari takut tulisan nya jelek, malu dengan ceritanya, dan kadang sudah ada ide namun begitu sulit untuk mengembanhkannya. Mungkin saja aku yang tak mempunyai stok kosakata hingga membuatku cukup kesulitan.



    Melihat postingan ini dengan 100 hari terus menulis sebenarnya tertantang, namun di satu sisi juga rasa takut akan kehabisan ide kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya..kuatirnya kehabisan ide yaaa...hiks
      Ya sudah coba dulu saja :)

      Hapus
  2. Menulis itu bagiku mengutarakan pendapat dengan memilah kata-kata yang paling tepat berbeda dengan bicara kadang kata-kata yang keluar secara spontan belum terscreen bisa akibatkan hati yang luka kalau ada salah persepsi hehehe...kalau menulis aku bisa memilih kata mana yang tepat dan enak untuk bisa dibaca oleh orang lain :)

    semangat 100 hari nulisnya mba semoga makin produktif

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Mbak..lebih luas tercurah perasaan lewat tulisan.
      Terima kasih:)

      Hapus
  3. Saya sudah pernah mencoba tapi pada hari ke 30 sudah tidak sanggup lagi
    karena kesibukan yang membuat terbengkalai
    pada akhirnya bisa update selagi ada waktu saja

    BalasHapus
  4. saya lambaikan tangan saja kalau ODOP
    harus bergentayangan di dunia nyata mbak
    salut sama mbak dian yang istiqomah....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi..iya Mas..Terima kasih semoga nggak lambai tangan juga akhirnya :)

      Hapus
  5. Saya pernah ikutan ODOP, tapi endingnya keteteran. Banyak hal yang harus dikorbankan. Mbak Dian hebat bisa sampai tuntas dan keluar jadi pemenang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ibi baru mau coba lagi Mbak..sempat keteteran juga sih hiks!

      Hapus
  6. Mbak Dian udah sukses bikin saya gelagapan, wkwk. Target saya baru 4 artikel dalam sebulan. Oh ! sungguh malas ya saya, hahahaaa. Good luck, Mbak Di. I adore you. Moga saya ketularan semangatnya :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. kwkwkw...thanks, yuk semangat! jangan malas, rajin pangkal pandai lho ...#eh :D

      Hapus
  7. Writing is an healing. Menghapus penat, rasanya kalo aku nulis sumpekku hilang Mbak Dian. Tapi kalo ODOP belum dapat feel, aku mungkin lebih sumpek kalo dikejar nulis blog tiap hari. Mbak Dian hebat iiih, bisa ODOP terus isinya daging semua.Ajarin dooonk! *ini minta tolong apa maksaaa* hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum keluar sumpeknya hahaha

      Kalau muncul nanti ya berhenti...:D

      Hapus
  8. Prestasi tertinggi baru 21 blog post. Give up kalau sebulan penuh, meskipun aslinya tiap hari njlis. Tp kadang draft aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. dikit lagi tuh ...sudah 21 kan? yuk genapin 30! :D

      Hapus
  9. Semoga bisa ngikutin jejak mbak dian nih...

    BalasHapus
  10. Wuiii ... keren. sehari satu artikel, ampun da ah.

    Mesti luagkan waktu yang lebih banyak nih

    BalasHapus
  11. Salut mba Dian! Saya belom bisa konsisten sehari satu tulisan di blog. Paling pas bisa ngejar target deadline job berbayar karena mau nggak mau harus dikerjain hihihi... yg penting nulis lah ya #nyarialesaaaan ����

    BalasHapus
    Balasan
    1. job berbayar? mau juga kalau yang itu tiap hari hihihi..:D

      Hapus
  12. Wah keren. Saya belum bisa konsistent. Semoga jadi ketularan.

    BalasHapus
  13. Iiiiih kereen banget sih mba Dian... bikin semangat baca tulisannya. Aku sendiri masih galau gumilau antara nulis buku atau ngeblog, dua-duanya sukaaaak.. See you on top ya mba, kalo kata bang billy

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mbak Arum...masih berproses terus..maunya banyak jugaaak huaaa!.Semoga tetap semangat kita:)

      Hapus