Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Tanpa judul]

Review Buku: Ketika Srikandi Bersepeda
"Bagi saya sepeda bukan sekedar alat transportasi atau sarana untuk berolahraga saja. Tetapi harta yang tak ternilai harganya. Sudah banyak kisah dan kenangan tercipta bersama sepeda yang saya beri nama "Si Mas" ini. Sebuah sepeda warisan dari almarhum kedua orang tua. Pilihan almarhum Bapak" (hal viii)



Judul Buku: Ketika Srikandi Bersepeda 
(Kisah Petualangan Seorang Perempuan dengan Sepeda Mininya)
Penulis: Denik
Kategori: Catatan Perjalanan (non fiksi)
Penerbit: GONG Publishing
Cetakan/Terbit: I/ April 2018
Jumlah Halaman: xiii+107
ISBN: 978-602-6663-76-4


GONG Publishing


Awal perkenalan saya dengan Mbak Denikpenulis buku Ketika Srikandi Bersepeda ini dimulai dari dunia maya. Kami tergabung dalam komunitas blogger yang sama yaitu Blogger Muslimah. Hal ini membuat kami sesekali bertegur sapa pun bersilaturahmi lewat kolom komentar di blog masing-masing. Hingga satu hari kami bisa bertemu di sebuah event yang diadakan komunitas blogger ini. Yang kemudian disusul dengan pertemuan di event lainnya, hingga kami pun berteman baik hingga sekarang. Satu hal yang melekatkan ingatan saya tentang sosok Mbak Denik adalah selalu berkebaya!


Denik

Lalu, satu waktu, Mbak Denik update status di sosmed-nya tentang buku yang ditulisnya. Sebuah buku yang merupakan catatan perjalanan bersama sepedanya.

Saya pun tertarik, karena sejak lama saya sering mengikuti statusnya tentang kegiatan bersepeda baik sendiri maupun bersama komunitasnya. 

Lalu pesanlah saya satu buku.....

Sampai suatu hari, Sang Penulis yang berprofesi sebagai guru privat ini, mengabari akan datang sendiri ke rumah sambil mengantarkan bukunya bersama sepedanya. Wow, speechless saya!! Meski jarak rumahnya dan tempat tinggal saya hanya 5 km saja (saya baru tahu belakangan infonya 😀). Tapi bagi saya, bersepeda kemana-mana di Jakarta itu bikin enggak bisa berkata-kata. Di tengah beraneka moda tumplek blek di jalanan Ibukota, Mbak Denik tetap setia bersepeda. Kereeen!

Inget banget jadinya, saya bersepeda kemana-mana itu jaman SMP, itupun di Kediri bukan di sini..hiks!

GONG Publishing

Buku bersampul depan dominasi warna hitam bertuliskan huruf berwarna putih ini menampilkan sesosok perempuan bersepeda di bagian depannya. Tebalnya xiii + 107 halaman, berkertas putih bersih sehingga membuat nyaman mata saat membaca.

Pada pengantar buku ada tiga buah endorsement dari tiga orang yang dikisahkan dalam buku terbitan GONG Publishing ini. Yakni dari seorang sahabat dan dua orang mantan  murid lesnya. Tertulis mereka sungguh berkesan dengan Mbak Denik (alias Bu Erni - nama aslinya).


GONG Publishing
daftar isi


Lalu, pembaca akan dibawa ke dua bagian besar buku. Yang pertama adalah bagian satu yang terdiri dari: Tangerang, Lampung, Bogor dan Jakarta. Dan bagian kedua yaitu: Jelajah Kota Tangerang.

Dan...ketika membaca kedua bagian ini saya pun tercengang dibuatnya. Karena diceritakan kisah Mbak Denik ketika bersepeda di daerah yang disebutkan itu. Pembaca akan dibawa berpetualang oleh Mbak Denik bersama "Si Mas" menembus ketakutan berbekal kekuatan dari Allah Sang Maha Pencipta. .


GONG Publishing

Misalnya di catatan pertama yang bertajuk: Dari Bandar Lampung ke Lampung Timur (Menembus Hutan Karet Sendirian). Wow, dari judulnya saja bisa sedikit ditebak jika penulis yang telah memenangi beberapa lomba kepenulisan ini, menempuh jarak sejauh itu dengan sepeda.

Mbak Denik bersepeda dari Teluk Betung, Lampung menuju Sribawono, Lampung Timur dengan hanya berbekal uang 10 ribu pada tahun 1996. Itu dilakukan diawali dari kejenuhan yang menghentak sehingga mendadak menimbulkan keinginan untk berpetualang setelah melihat ada sepeda di dekatnya. Jadilah ia bersepeda dari pukul 9 pagi dan sampai di Sribawono pada pukul 15.30 menempuh sekitar 70 km jarak. Dan kembali lagi ke Teluk Betung pada pukul 5 sore dan sampai rumah pukul 10 malam. Wah...ck ck ck! Gilaaa!


GONG Publishing
saya berpose dengan buku dan Si Mas biar ketularan semangat Mbak Denik 😍

Benar-benar perjalanan yang membuat kita saat membaca merasa, betapa sosok Mbak Denik adalah orang yang teguh berpendirian dan tak patah semangat dalam menghadapi segala cobaan. Hingga apa yang menjadi cita-cita pun bisa tergenggam di tangan. Inspiratif!

Sementara pada bagian kedua, Mbak Denik mengisahkan perjalanannya selama menjelajah Tangerang, kota yang telah ditinggalinya selama puluhan tahun ini. 

Sejatinya ide perjalanan ini berawal dari rasa malu pada diri sendiri, karena telah menjelajahi kota lainnya tapi kota sendiri belum dikenalnya. Akhirnya tetap bersama "Si Mas", Mbak Denik menjelajahi berbagai sudut kota Tangerang, diantaranya ke Museum Benteng Heritage.

GONG Publishing

Museum Heritage adalah sebuah museum yang awalnya adalah rumah tradisional Tionghoa sejak abad ke-17 yang direstorasi menjadi museum. Berlokasi di dalam Pasar Lama yang memiliki koleksi kisah hidup orang Tionghoa hingga tiba di Tangerang, begitu ditulisnya.

Oh ya, selain dibuatkan catatan perjalanan, kisah Mbak Deni dan "Si Mas" juga dilengkapi dengan foto berlatar tempat yang disinggahi. Foto-foto ini disertakan dalam buku dan menjadikan ceritanya makin seru.


GONG Publishing


Selain itu Mbak Denik juga membuat kenang-kenangan lewat tanda tangan yang dibubuhkan oleh teman dan orang istimewa yang ditemuinya bersama "Si Mas" di badan sepeda yang berwarna emas ini.

Diantaranya ada tanda tangan Bapak Walikota Tangerang, Bapak H. Arief R Wismansyah, tokoh bike to work - Toto Sugito, Gol A Gong - penulis/aktivis literasi, sastrawan Anton Kurnia, penulis Asma Nadia dan masih banyak yang lainnya. Sepeda yang keren yang ditandatangani ornag-orang beken!

Denik
foto dokumen pribadi Mbak Denik
Yuks...yang mau tahu lebih lengkapnya catatan perjalanan Mbak Denik bersama Si Mas cuss silakan pesan langsung buku ini ke penulisnya di akun FB atau Ig: Denik.

Yup, buku ini sungguh menginspirasi pembacanya agar memiliki semangat juang tinggi dalam meraih mimpi. Juga, pas banget buat panduan berwisata di Kota Tangerang baik bagi warga Tangerang sendiri maupun traveler dari daerah lainnya, lantaran ada 33 tempat di Tangerang yang diceritakan dalam buku yang sudah disinggahi penulis dan sepedanya.

Oh ya, kalau mau kepoin dulu tentang sosok penulisnya silakan singgah di blog pribadinya tentang beraneka kisah dan tentang catatan kulineran. Ada beragam tulisan bermanfaat yang dibagikan buat pembaca oleh Mbak Denik yang aktif juga menulis di Kompasiana.

Akhirnya, dengan kesederhanaan tampilan yang dimiliki, buku ini punya segudang inspirasi yang membuat saya tak menyangka sebelumnya. Memang benar kiranya pepatah yang berkata "Don't judge a book by its cover".

Ketika Srikandi Bersepeda memang benar-benar buku sederhana yang penuh makna.

Dan, saya pun akhirnya mengenal Mbak Denik sebagai Srikandi bersepeda yang berkebaya! Salut, Mbak....!😘



Selamat Membaca,


Dian Restu Agustina







Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

23 komentar untuk " "

  1. Terima kasih Mba. Senang jika buku ini bermanfaat dan menginspirasi.

    BalasHapus
  2. Wih, bersepeda kemana-mana, berkebaya pula. Keren benar Mbak Denik ini. Selamat atas terbitnya buku ini, ya. Kupasan yang menarik juga dari Mbak Dian. Bikin kepo, hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak Tatiek..Mbak Denik unik, bukunya pun sama

      Hapus
  3. Penasaran nih bukunya. Tadi saya kira fiksi, ternyata non fiksi yaaa.

    Sukses selalu untuk penulisnya...

    BalasHapus
  4. Salut, bisa bersepeda kemana-mana, apalagi untuk kota sebesar Jakarta. Jempol tangan dan kaki nih buat mbak Denik, hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mbak..pinjem jempol saya juga boleh hihi
      Memang Mbak Denik jempol!

      Hapus
  5. Bersepeda sejauh 70 km?? Waah, mantap, deh! Kuat bener ya..👍👍
    Eh...apa bener, bersepeda dengan mengenakan kebaya? Gak ribet ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, atasnya kebaya, bawahnya rok batik dengan dalaman legging. Begitulah dia tiap harinya

      Hapus
  6. MasyAllah, bener-bener orang luar biasa mba Denik ini ya dan bukan kebanyakan orang. Soalnya jarang banget orang seperti Mba Denik ini. Semoga beliau sehat selalu

    BalasHapus
  7. Woow...bersepedah?...luar biasa & kereen..apalagi sampai berpetualang....muantab Mba

    BalasHapus
  8. Wah, saya jadi penasaran dengan profil beliau, keren euy, bersepeda dan traveling dengan sepeda. Apalagi pernah menjelajahi Lampung juga, masya Alloh 😁😁

    BalasHapus
  9. Uwooww!! Jaman now gini sulit menemukan sosok inspiratif seperti Mba Denik. Jadi penasaran sama bukunya ...

    BalasHapus
  10. Mbak Denik..aku padamu. Aku belum punya buku mbak Denik

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku padamu juga Mbak Lisa (saya wakili yaaa..:D)

      Hapus
  11. Wah, emang menginspirasi bgt ya, salut sama mba denik & "si mas" :)

    BalasHapus
  12. Wuih hebat sekali. sangat menginspirasi. Jadi penasaran baca bukunya. Terima kasih mbak atas review bukunya

    BalasHapus