Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Buku: Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat

Judul Buku: Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat (Judul Asli: The Subtle Art of Not Giving a Fuck)
Penulis: Mark Manson
Kategori: Self Improvement
Penerbit: Gramedia Widiasarana Indonesia (Penerbit Asli: HarperOne-New York)
Cetakan: XVIII/Januari 2019
Jumlah Halaman: 246
ISBN: 978-602-452-698-6
Harga: Rp 67.000,- (Pulau Jawa)


Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat



"Apapun masalah Anda, konsepnya sama: selesaikan masalah, lalu berbahagialah. Sayangnya bagi banyak orang, rasanya hidup tidak sesederhana itu. Itu karena mereka menghadapi masalah dengan paling tidak satu dari dua cara berikut: penyangkalan atau mentalitas korban" (hal 37)

Blurb


Dalam buku pengembangan diri yang mewakili generasi ini, Mark Manson, seorang blogger superstar menunjukkan pada kita bahwa kunci untuk menjadi orang yang lebih kuat, lebih bahagia adalah dengan mengerjakan segala tantangan dengan lebih baik dan berhenti memaksa diri untuk menjadi "positif" di setiap saat.


Review Buku: Bodo Amat


The Reason


Beberapa hari terakhir saya lagi galau beraaaats. Masalahnya sih mungkin sepele bagi yang lainnya, tapi ternyata tidak bagi saya. Saya lagi sedih dan kecewa, gegara komentar berbau nyinyiran, cibiran, ...apapun itu namanya -meski halus bahasanya- yang ada di blog dan akun media sosial saya. 

Saya sih maunya mengabaikan saja, tapi sudah disambi ngopi sambil duduk selonjoran kaki, kok ya masih nyesek di hati. Hiks!

Memang komen apa sih mereka, Dian? Delete aja kenapa? Wis lah, ojo baper, mending maem lemper!

Iya sih maunya enggak baper, bodo amat saja, tapi susahnyaa. hiks

Kemudian saya teringat niatan awal ngeblog dahulu kala. Untuk bersenang-senang dengan untaian kata yang saya tuliskan. Yang jika ternyata itu bermanfaat ya Alhamdulillah. Jika tidak ya sudah! 

Kalaupun kadang ngiklan atau ada postingan berbau kewajiban karena sudah diundang makan, dikirimi hijab, kosmetik, buku, dikasih sangu atau transferan...masak itu salah. Toh, enggak ada keharusan teman-teman baca, ye kan? Kalau suka ya berkomentarlah yang menyenangkan, jika tidak ya abaikan!

It' s a simple...!

Enggak perlu nyindir pencapaian teman -yang enggak seberapa juga. Karena kalian enggak tahu apa yang saya kerjakan itu, sepenuh hati, tenaga dan waktu.

Saya kadang ngeblog sambil nggodog telo atau nggoreng tahu. Nyicil blogwalking sembari menunggu bel pulang sekolah anak berbunyi. Lari-lari sepulang event biar masih bisa jemput anak atau agar enggak keduluan pulang suami. Juga, menajamkan rasa dan hati untuk mencari ide dan materi....#halah

Jadi kalau ada yang nganggap hasil yang saya dapatkan turun dari langit ya maaf saja. Enggak ada yang ujug-ujug ada di depan mata. Pasti ada usaha untuk mendapatkannya. Toh, hasil takkan pernah mengkhianati usaha kan ya? 

(Duh, panjang amat alasannya yaaak!)

Nah, berhubung laper eh baper, saat ke Gramedia melihat buku karya seorang New Yorker yang juga blogger, Mark Manson, berjudul "Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat" ini nangkring manis di rak Best Seller, saya pun membelinya.

Dan...., yang bikin pertama bikin saya tertarik adalah judulnya yang unik dan menggelitik! Hmmm, memang butuh seni ya untuk bersikap bodo amat ini? Apa saja itu ya? Jadi penasaran saya!

Dan yang menarik lagi, penulisnya ((blogger)) sama kek saya? Yang bener saja?

Dan, ternyata...., seselesainya baca memang buku ini pas bangets dengan suasana hati saya!

Mengapa??? Berikut reviewnya!


Mark Manson Bodo Amat



The Review


Jangan Berusaha


Mark Manson, blogger yang punya berjuta-juta pembaca mengawali bukunya dengan kisah hidup Charles Bukowsky, seorang penulis novel dan ratusan puisi yang popularitasnya melampaui harapan setiap orang terutama ekspetasinya sendiri.

Disebutkan, Bukowski dengan kemampuan sederhananya untuk jujur, tidak pernah mencoba untuk menjadi selain dirinya sendiri dengan mengakui hal-hal buruk sekalipun dan membagikannya tanpa segan dan ragu. Karyanya yang pada awalnya dicap menjijikkan, sangat hancur, tidak bermoral, ternyata berhasil jadi pemenang karena Bukowsky merasa "nyaman" dengan cerminan dirinya yang dianggap sebuah kegagalan dan merasa masa bodoh dengan kesuksesan. Dengan berslogan "Jangan Berusaha", Bukowsky tidak mengubah diri jadi seperti yang diinginkan orang melainkan jadi dirinya sendiri hingga menang.

Manson menyikapi kisah ini dengan sebuah pernyataan bahwa kunci kehidupan yang baik memang bukan tentang memedulikan lebih banyak hal tapi tentang memedulikan hal sederhana, hanya peduli tentang apa yang benar, mendesak dan penting saja.

Mengapa?

Karena ketika kita kurang memedulikan sesuatu kita justru mengerjakan hal itu dengan baik. Dengan kata lain bersikap bodo amat sesungguhnya akan menghasilkan hal yang besar yang membuat kita memandang tanpa gentar tantangan yang paling menakutkan dan sulit dalam kehidupan dan mau mengambil suatu tindakan.

Kemudian, bodo amat ini lebih jauh oleh Manson dijabarkan dalam 3 buah seni:

1. Masa bodoh bukan berarti menjadi acuh tak acuh, masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda dan menikmatinya hingga sampai ke tujuan kita.

2. Untuk bisa mengatakan bodo amat pada kesulitan, pertama kita harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan itu. Jadi pada hal sepele katakan bye-bye!

3. Entah kita sadari atau tidak, kita biasanya memilih suatu hal untuk diperhatikan dan ini akan terus membaik mengikuti tingkat kedewasaan.

Kebahagiaan Itu Masalah


Manson menyebutkan bahwa kebahagiaan datang dari keberhasilan untuk memecahkan masalah. Yang mana kadangkala masalah ini sederhana saja dan konsepnya sama: selesaikan masalah lalu berbahagialah!

Tapi, ternyata beberapa dari kita menyikapi tak sesederhana ini. Karena kita biasanya:

- Menyangkalnya: mengingkari kenyataan sehingga menuntun ke kerapuhan dan pengekangan emosional

- Mengedepankan mentalitas sebagai korban: memilih meyakini bahwa tidak ada yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini padahal bisa jadi kita mampu menghadapi, sehingga menggiring kita pada ketidakberdayaan dan keputusasaan.

Kebahagiaan yang dikatakan Manson yang tumbuh dari masalah inilah yang membutuhkan perjuangan yang akan menentukan kesuksesan di masa depan.


Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat


Kita Tidak Istimewa


Manson kemudian menyadarkan pembacanya, bahwa sejatinya tidak ada dari kita yang istimewa. Karena pada kenyataannya menanamkan keyakinan pada orang bahwa mereka istimewa tidak lantas menjadikan satu populasi penuh dengan orang macam Bill Gates atau Martin Luther King, misalnya. Tapi justru bisa menciptakan tampilan kepercayaan diri di level delusional.

Dan meyakinkan diri sebagai makhluk spesial adalah strategi yang gagal. Lantaran hanya akan membuat kita tinggi hati dan bukan merasa happy.

Pasalnya, pengukuran yang benar tentang penghargaan diri itu bukanlah jika seseorang merasakan pengalaman positifnya tapi justru pengalaman negatifnya. Dan kemalangan serta kegagalan sungguh berguna dan bahkan diperlukan untuk membangun seseorang menjadi orang dewasa yang tangguh dan sukses nantinya.

Jadi, meski terdengar membosankan dan biasa saja, menurut Manson mengapresiasi pengalaman sederhana dalam hidup dan penerimaan terhadap eksistensi diri yang sedang-sedang saja, akan membebaskan kita untuk menuntaskan apa yang sungguh ingin kita selesaikan tanpa penilaian atau ekspetasi yang berlebihan.

Nilai Penderitaan


Manson menjabarkan tentang self improvement yang sesungguhnya adalah dengan memprioritaskan dan memilih nilai-nilai yang lebih baik untuk dipedulikan.

Lantaran, ketika kita peduli pada hal yang lebih baik maka kita akan mendapatkan masalah yang lebih baik sehingga hidup yang kita jalani akan jadi lebih baik lagi.

Kita Selalu Memilih


Dalam buku setebal 243 halaman dan bersampul warna orange ini, Manson juga mengingatkan bahwa sebagai bagian dari hidup dalam sebuah masyarakat yang demokratis dan bebas maka kita semua mesti berhadapan dengan berbagai pandangan termasuk orang yang berseberangan dengan kita.

Kita kemudian disarankan untuk memilih pertempuran dengan hati-hati sambil terus mencoba sedikit berempati terhadap mereka yang kita sebut "lawan". Juga, sebaiknya mendahulukan nilai kejujuran dan keterbukaan serta menerima keraguan yang muncul atas nilai merasa paling benar.


Mark Manson


Kamu Keliru (...dan Saya pun Begitu)


Manson menggarisbawahi lagi hukum kebalikan, semakin kita menerima ketidakpastian dan ketidaktahuan akan sesuatu, kita akan merasa nyaman karena tahu persis yang kita tahu. Manusia yang yakin dirinya mengetahui semua tidak akan mempelajari sesuatu pun.

Demikian juga keterbukaan untuk mengakui kesalahan harus ada terlebih dahulu jika kita menginginkan perubahan atau pertumbuhan. Sehingga sebelum kita mencermati nila-nilai dan prioritas dan kemudian mengubahnya jadi lebih baik, pertama kita harus meragukannya lalu mengakuinya.

Dan sebaiknya kita mendefinisikan ulang ukuran kita dengan cara yang biasa saja, jangan jadi unik juga istimewa. Pilih identitas yang biasa saja, misalnya: seorang ibu, suami, rekan kerja, teman atau penikmat makanan.


Kegagalan adalah Jalan untuk Maju


Prinsip "lakukan sesuatu" menjadikan kegagalan tidaklah penting lagi. Ketika standar kesuksesan hanya "melakukan sesuatu" kita akan mendorong diri untuk lebih maju lagi. Kita merasa bebas untuk gagal dan kegagalan inilah yang menggerakkan kita ke depan.

Manson menelaah hal ini dan memberikan kesimpulan bahwa kita adalah sumber inspirasi bagi diri kita sendiri. Kita bisa melakukan apa saja untuk menginspirasi motivasi agar tetap ada bersemayam di diri.

Pentingnya Berkata Tidak


Manson mengedepankan perlunya berkata tidak untuk menolak sesuatu agar kita tidak kehilangan alasan untuk bertahan.

Karena menghindari penolakan akan memberikan kenikmatan sesaat yang membuat kita tanpa kemudi dan tanpa arah jangka panjang.

Jadi untuk mengapresiasi sesuatu kita harus membatasi diri sendiri.

...dan Kemudian Kita Tiada


Tanpa kita sadari kepongahan seringkali melucuti perasaan ke-Tuhan-an kita dan menarik semua perhatian ke dalamnya, membuat kita merasa seakan-akan kitalah pusat dari semua masalah yang ada di alam semesta. Bahwa kita mengalami ketidakadilan dan bahwa kita berhak mendapatkan yang paling besar daripada orang lain hingga kita..... tiada lagi di dunia.

Finally...


Mark Manson yang menuliskan argumentasinya dengan jujur, apa adanya, lugas tapi terstruktur ini membuat kita menyadari diri bahwa kita tak sempurna dan ada batasan yang seharusnya bisa kita terima.

Dan, sebaiknya kita menerima itu semua, mengakrabinya, berhenti untuk lari dan mulai menemukan nyali dan rasa percaya diri hingga terwujud apa yang kita cari.

Hiduplah dengan apa adanya tanpa perlu terlalu peduli pada hal yang seharusnya tak perlu dipedulikan. Karena berprinsip bodo amat itu sesungguhnya menyenangkan dan bermanfaat.

Jadi terkait dengan ini, seberapa kerasnya nyinyiran dan cibiran hendaknya saya pakai hukum kebalikan. Bahwa, saya sendirilah yang menganggap itu negatif. Saya keburu menilai itu buruk. Padahal justru komentar-komentar itu akan menjadikan saya menjadi lebih baik dari hari ke hari dan terus melangkah maju.

Maka, bodo amat dan jalani hidup dengan lebih santai ajaaaa ya...

Dan daripada baper, kuy ikutan saya makan lemper, ngemil ager-ager dan minum es doger yang seger!

Well, this book is really worth to read!

Tak hanya menginspirasi saja tapi juga berisi cerita yang menghibur beserta contoh nyata. Misalnya tentang kisah hidup Manson yang kacau di masa lalu, titik balik kehidupannya, cerita hidup tokoh ternama seperti Letda Hiroo Onoda, Dave Mustaine, Pete Best, William James, Picasso, Malala....yang dituliskan dalam bahasa yang kocak dan sesuai jamannya.

So..., thank you for inspiring me, Manson!😍


Oh ya, rating 4,5/5 yaa...!


Yuk baca juga:



Afiliasi Canva Pro





Happy Reading

Dian Restu Agustina




Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

74 komentar untuk "Review Buku: Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat "

  1. ehmmmm... ini buku yang udah lama saya pantengin... tapi gak sempat juga membelinya. hihihihi

    BalasHapus
  2. setuju banget, hanya peduli yg benar, penting dan mendesak. walau kadang kita dianggap sombong atau gimana, tapi kita sendiri yg tau keadaan kita. kita berhak bahagia. karena dengan bahagia kita bisa memberi yg terbaik untuk keluarga dan lingkungan

    BalasHapus
  3. Pas baca curhatan bagian atas rasa pengen nangis sendiri. Mbak Dian aja yang sebaik itu ada yang nyinyir apalagi sy yang begini 😭 Jika ada yang nyinyirin sy baper itu pasti, tapi sy pun berusaha memahami Kenapa orang sampai begitu pada sy. Apakah sy Memang salah atau itu memang hanya salah paham aja karena bahasa yg disampaikan orang di blog atau komen di sosmed memang kita sendiri yang menerjemahkannya. Apakah itu negatif atau positif. Hati kita sendiri yang nentuin Karena memang kita nggak bertatap muka. Tapi kalau dibawa baper terus capek juga sy. Akhirnya sy ketularan energi negatif yg bisa jadi itu datang dr diri sy sendiri. Semoga ke depan sy nggak jadi orang yang baperan. Harusnya sy baca buku ini. Udah sering lihat tapi belum punya sampai sekarang.. 😣

    BalasHapus
  4. udah cetakan ke 18, kemana aja saya selama ini sampai nggak tahu ya?
    hehehe... akibat punya buntut 3, kalau ke toko buku langsung menggiring mereke ke bagian buku anak, sampai melewatkan untuk membeli buku buat diri sendiri.

    Makasih reviewnya mbak, ntar klo ke gramedia lagi mesti disempatkan buat nyari buku ini

    BalasHapus
  5. Takjub pas sampai di bagian ini:

    "... dan kemalangan serta kegagalan sungguh berguna dan bahkan diperlukan untuk membangun seseorang menjadi orang dewasa yang tangguh dan sukses nantinya!"

    Jadi, kemalangan serta kegagalan itu berguna dan bahkan diperlukan!
    Mencerahkan, sungguh!

    Selalu dan selalu aku terinspirasi oleh curahan hatimu, mba...



    BalasHapus
  6. Pertama liat buku ini, judulnya aja udah eye catching. Review Mba Dian lengkap banget. Setuju banget sama uraian ini "masa bodoh berarti nyaman saat menjadi berbeda dan menikmatinya hingga sampai ke tujuan kita."

    Aku sedang berusaha masa bodoh pada suatu hal yg selama ini jadi duri dalam daging. Hehhehe thanks reviewnya Mba

    BalasHapus
  7. Blogger sekelas mbak yg aktif nulis ajah ada yg nyinyir, apalagi saya yg masih bau kencur. Apalagi saat barang2 untuk direview sampai rumah, banyaj tetangga yg bilang kalo saya hobi belanja. Mereka gak tau kalo itu gratis n malah saya dapat duit. Bodo amat masih susah saya lakukan...sedikit2 lah yaaa...belajar dari review buku ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tinggal di lingkungan yang belum familiar dengan kegiatan endorsement kadang-kadang menimbulkan tantangan tersendiri. Menjadi endorsee itu sebetulnya pekerjaan yang unik, dan menjadi unik itu sangat rentan untuk dinyinyiri, karena penyinyir itu tidak biasa melihat sesuatu yang berbeda.

      Saya juga masih berjuang menghadapi posisi korban nyinyir tersebut karena pekerjaan saya juga unik. Mungkin, saya harus baca buku ini juga.

      Hapus
  8. Bersikap bodo amat memang sangat diperlukan agar saya tetap waras juga. Kadang kalau ada yang nyinyir, makjleb banget di hati dan jadi baper. Kadang bikin sakit banget ngiris di hati.

    Padahal seharusnya biarin aja ya, kita enggak usah mikirin hal-hal begitu.


    Dan mmm, ada gitu yang nyinyirin Mba Dian soal ngeblog? Duh Gusti, padahal mba Dian blognya udah bagus, masih aja ada yg begitu.


    Saya setuju dengan kata-kata 'Kepongahan seringkali melucuti perasaan ke-Tuhan-an'. Betul banget, Mbak... Ketika kita merasa pongah, sombong, besar kepala dan atau sejenisnya, kita jadi jauh dari Tuhan.

    Buku yang menarik dan patut dibaca, karena kita memang perlu bodo amat.

    BalasHapus
  9. Buku yang menarik ya Mbak. Semenarik kisah pengantarnya.

    BalasHapus
  10. Kayaknya saya butuh buku ini, deh. Akhir-akhir ini lagi pengen bersikap bodo amat. Memang gak ada hubungannya sama sekali dengan dunia blogger atau dunia maya lainnya. Tetapi, memang lagi pengen bodo amat sama satu hal

    BalasHapus
  11. Wes penasaran aku ama bukunya sampe mba dian kasih rating tinggi buat buku ini. Buku ini sering aku kiat di postingan IG dan banyak yang bilang bagus. Jadi makin penasaran kan. Kayaknya ini buku jadi wajib ada di list buku terbaru aku bulan depan. Oh ya aku juga baru tahu ternyata penulisnya seorang blogger juga ya hihihi.

    BalasHapus
  12. Waah setuju banget nih. Emang bener kita tak sempurna ya dan ada batasan yang harus kita terima. Jangan ngoyo.

    BalasHapus
  13. Alhamdulillah saya terbentuk sebagai orang yang lempeng alias bodo amat, PRnya tinggal mengelolanya dengan tepat. Karena kalau over dosis jelas ga bagus juga 😁

    BalasHapus
  14. Aku juga udah lihat-lihat buku ini, tapi waktu itu lebih tertarik buku sihir, aduh mak nasib Potterhead garis kenceng, akhirnya yang kebeli malah 3 buku sihir.

    Aku yo sempat mengalami kayak dirimu lho, Mbak. Tapi emang aku sak iki ya agak selow sih, yang penting jalan aja jangan sampai berhenti. Gak perlu terlalu dengerin apa orang bilang. Wis pokok bahagia memang harus kita yang ciptakan.

    Btw, semangat ya. Dan aku suka review plus bukunya yang bakalan jadi next target-ku.

    BalasHapus
  15. Hmm sepertinya aku harua main ke gramed dan coba beli juga nih tante. Oiya tante masalah orang nyinyir dengan komentarnya aku pun sama tante, berusaha untuk nggak terlalu mikirin itu biar gak baper. Yang perlu aku belajar kayaknya dari tulisan diatas itu adalah point yang belajar berkata tidak. Karna aku seringnya gak enakan jadi selalu mengiyakan padahal mah berat banget itu huhu

    BalasHapus
  16. Waaa..sudah lama saya pengen mbaca buku ini.. dan membaca reviewnya mbak Dian ini membuat saya jadi lebih pengen lagi.
    Ternyata seni bodo amat itu bukannya semata-mata menjadi kita orang yang cuek tak peduli. Kmaren saya agak ragu mau beli, saya kira ini bukunya membuat kita jadi orang acuh tak acuh gitu. Ternyata bodo amat itu pun ada seninya

    BalasHapus
  17. wih belajar sikap bodo amat itu penting yes ternyata, saya sering liat buku ini, tapi bodo amat juga enggak ngelirik wkwk. eh ternyata keren isinya, duh duh duh, saya juga pernah merasa di nyinyirin begitu, sedih banget sih pasti ya bun. mau sebaik apapun kita pasti ada ja yang enggak suka. sudah waktunya bodo amat sama perkataan orang, yang penting kita tetap berbuat baik. masyaallah.

    BalasHapus
  18. Baca reviewnya saja sudah luar biasa, apalagi baca bukunya langsung. Hal-hal yang terkait "Bodo Amat" ini sejatinya dialami oleh hampir semua blogger, terutama tentang Kegagalan adalah jalan untuk maju...Sepakat.

    BalasHapus
  19. aku keinget terus dng kalimat..."agar engga keduluan pulang suami"
    Koq sama banget sih. Hehe...
    Cocok nih bukunya untuk kita bersikap woles aja...

    BalasHapus
  20. Lho, ada yg macem2 sama Mbak Dian?
    Katakan siapa orangnya, Mbak. Biar saya pites, hihi...
    Hmm, oalah netijen2. Kalo kita2 jadi IRT (saja) katanya nggak berguna. Giliran udah 'bersinar' kok yo masih aja nggak terima. Fiuhhh...

    Alright, memang harus punya jurusnya yak. Setelah baca review Mbak Dian, buku ini pas banget emang. Sebelumnya saya hanya melihat cover buku ini seliweran, alhamdulillah jadi tau deh maksud 'bodo amat' ala Manson. Kita diajak untuk mawas diri dan apa adanya. Lalu tidak takut melangkah. Berani berbeda; nah ini prinsip say juga, sih. Trus ketika ada kegagalan malah harus dinikmati. Keren ini mah.
    Thanks for sharing ya, Mbak :)

    BalasHapus
  21. Wah ternyata Mark Manson seorang blogger? AKu jd kepengen baca bukunya. BBrp kali aku liat di tokbuk tapi males ambil hahaha, khawatir gak relate. Tapi penasaran eui abis baca reviewn ini :D

    BalasHapus
  22. Reviewnya lengkap.. Jarang banget sempat baca biku. Tapi baca reviewnya dah kayak baca keseluruhannya

    BalasHapus
  23. Wow mantap bgt ya isinya. Aku jatuh cinta sama artikel ini dan penasaran sama bukunya sejak baca quote pertama

    BalasHapus
  24. Mau dong es Dogernya.
    Penting juga ya untuk sesekali bersikap masa bodoh.
    Berat jika kita berpikir harus terus bersikap menyenangkan orang.

    BalasHapus
  25. Setuju pisan. Saat ini saya sedang berusaha untuk menerapkan sikap "bodo amat", untuk beberapa hal yang saya fikir tidak prioritas. Ini hidup kita, semua yang dilakukan, kita yang mempertanggungjawabkannya. Terima kasih untuk ulasannya.

    BalasHapus
  26. Wuih ciamik review-nya, banyak yang bilang buku ini Oke walau aku nggak terlalu suka jenis buku gini, tapi emang perlu kok bersikap bodoh amat di zaman now, kalau semua komentar dan nyinyiran di perhatikan bisa sakit hati dewee..

    BalasHapus
  27. Benar, masa bodoh itu menyenangkan. Saya sering melakukannya. Masa bodoh dengan ocehan orang, perkataan orang atau nyinyiran orang. Yang penting kita ada di jalan yang lurus dan gak bikin yang aneh-aneh. Hidup harus tetap berjalan, tak peduli sebanyak apa pun haters maupun loversmu...

    BalasHapus
  28. Yups....dalam konteks yang positif berfikir 'masa bodoh' dapat membantu individu tertentu dari kerapuhan jiwa.

    BalasHapus
  29. Reviewnya lengkap & selalu kereen.
    Bodo amat itu klo secara.positif kadang diperlukan...judulnya bikin penasaran.

    BalasHapus
  30. suka banget sama pernyataan mengedepankan perlunya berkata tidak agar kita tidak perlu alasan untuk mengatakan tidak,huhuhu... Kayaknya aku perlu belajar deh

    BalasHapus
  31. Duh, kadang kita emang butuh bersikap bodo amat dan tutup kuping kayak gitu yah mbaaak!

    Semangat terus yah mbak, yang nyinyir mah akan selalu ada, dihempas dan dikasih kibasan rambut aja sembari melangkah maju yah :))

    BalasHapus
  32. Asyik banget nih kayaknya buku. Perlu diburu nih. Etapi saya kalo beli buku bingung nyimpennya saat ini. Bakal remuk dalam sekejap sama batita yang lagi demen bereksperimen. *hallah malah curhat. Makasih Mak.

    BalasHapus
  33. Waaww... Jadi pengen tahu nih mb Dian, moso sih ada yang nyinyirin mb? Kalau aq ada yang nyinyiran sprti biasanya ambil langkah cuek beybehh saja. Toh kita yang tahu tentang apa yg kita kerjakan dan lakukan. Be positive thinking... Hehe..

    Thx reviewnya yo mba... Jgn baper yaa... Semngattt

    BalasHapus
  34. Mbak Dian galau? Ah ndak percaya saya, aups. Jangan galau lagi dong baca komentar saya.

    Eh bukan saya loh yang nyinyirin Mbak, hehehe apa seh.
    Oh yah, saya kok langsung tertarik sama bukunya Mark Manson itu, entar kalau ke Gramedia mau cari ah. Thanks ya Dian atas reviewnya yang sangat menarik.

    BalasHapus
  35. Buku "Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat" ini kayaknya aku perlu deh hahaha. Makasih reviewnya ya.

    BalasHapus
  36. makan lemper ngemil ager2 minum es doger. oke mbak saya jadi ngebayangin lohh...


    berasa ketemu jodoh nggak sih mbak, ketemu buku yang pas banget sama kebutuhan saat ini.

    BalasHapus
  37. Buku ini juga direkomendasikan teman saya seorang editor. Melihat cetak ulangnya yang sudah bejibun, ditambah review positif dari mba Dian, rasanya buku ini betul2 harus dibaca. Terima kasih ya mba

    BalasHapus
  38. Kalimat ini bener banget "Manson mengapresiasi pengalaman sederhana dalam hidup dan penerimaan terhadap eksistensi diri yang sedang-sedang saja, akan membebaskan kita untuk menuntaskan apa yang sungguh ingin kita selesaikan tanpa penilaian atau ekspetasi yang berlebihan."

    Kadang penilaian dan ekspektasi yang berlebihan itu yang buat hidup jadi ribet. Banyak-banyak bersyukur untuk Hal sederhana bikin bahagia.

    Ku harus banget baca bukunya"Sebuah seni until bersikap bodo amat" ini.

    BalasHapus
  39. Menarik ya kak, aku penasaran baca bukunya. Ternyata masih banyak poin point yang sulit aku lakukan. Butuh usaha sedikit keras buat bisa bener-bener bersikap bodo amat.

    BalasHapus
  40. Review nya bagus, apalagi bukunya yaa.

    Akhirnya, saya menemukan alasan kenapa harus baca buku ini. Alasan baca buku ini Yang sedang nge-hits, bukan karena hits nya tapi karena memang kontennya bagus.

    Thank you, Mbak Dian 😊

    BalasHapus
  41. Reviewnya lengkap mba, keren. Saya juga udah baca nih buku seni bersikap bodo amat ini. Bagus, hanya merasa terjemahannya kurang dan kaku. Hehe

    BalasHapus
  42. Wah sepertinya ini buku anti baper ya
    Memang bener sih, kadang-kadang kita perlu bersikap bodo amat terhadap komentar orang
    Kita khan gak bisa ngatur mulut orang
    Tapi kita bisa ngatur hati kita
    Ketika kita menutup pintu untuk baper, galau dan sedih
    Maka kita akan tetap melaju dengan tenang
    Yes, bodo amat!

    BalasHapus
  43. Kadang perlu bersikap bodo amat ya apalagi untuk hal-hal positif agar bisa maju. Mengutip kata Gus Dur, "gitu aja kok repot."

    BalasHapus
  44. buku yang menarik. pengen banget jadi orang yg ga baperan dan bisa bersikap bodo amat yg bijaksana :)

    BalasHapus
  45. Seni untuk bersikap bodo amat ini sangat penting dipelajari. Apalagi saya, sering banget sakit hati cuma gara-gara komentar orang. Review Kak Dian berhasil bikin saya pengen beli buku sebuah seni untuk bersikap bodo amat ini.

    BalasHapus
  46. Judul bukunya saja sudah nendang banget agar tidak perlu memedulikan yang nggak penting,jalani aja kehidupan dengan tenang meski memang harus bodo amat 😘

    BalasHapus
  47. Kayaknya aku juga perlu membaca buku seni bodo amat ini, Mbak Dian. Kadang emang pengen masa bodo aja orang ngomong apa, tapi ya gak bisa begitu seja, kepikiran juga. Dan kepikiran dinyinyirin orang itu sungguh tak enak :)

    BalasHapus
  48. Intinya buku ini ngajak kita kalau ada org nyinyir ya bodo amat yg penting kita do the best gtu ya mbak? AKu bacanya gtu, maaf kalau keliru heehe

    BalasHapus
  49. reviewnya bagus mbak. lengkap. sangat menginspirasi

    BalasHapus
  50. Buku ini lagi hype banget, akupun sering bersikap bodo amat karena ya memang itu bikin enteng beban pikiran dan jiwa raga haha

    BalasHapus
  51. Toss... Suka dengan infonya pasti bukunya lebih menarik lagi ya, tidak harus mementingkan semua urusan

    BalasHapus
  52. Setuju, abaikan aja kalau ada yang nyinyir mah, Teh..hehe
    Menarik juga buku ini, sering lihat di berbagai medsos orang yang upload buku ini. Jadi penasaran pengen baca langsung. Bulan depan jajan buku..

    Mau panjang atau pendek alasannya, yang penting plong kalau di uraikan dalam untaian kata ya, Teh..hehe

    Luar biasa ya dalam satu tahun di cetak dalam beberapa kali.

    BalasHapus
  53. Kemarin mampir ke Gramedia PIM dan liat buku ini, gak beli (padahal harganya murce untuk sebuah buku best seller). Hiks karena belanjaan buku anakku uwes akeeeh hehehehe.

    Pankapan beli ah.

    BalasHapus
  54. rasanya aku perlu buku ini deh, buat memotivasi biar jadi orang yang bodo amat sama hal yang gak penting yang menggangu :D

    BalasHapus
  55. Aku jadi pengen baca buku ini mba. Soalnya aku ga bisa bersikap bodo amat. Suka kepikiran gitu.

    BalasHapus
  56. Aku udha kama denger juduk buku ini tp ga terlalu aware. Kemudian pas bgt bbro minggu laku ada custoner order buku ini. Jadi penasaran. Eh tapi belum sempat beli dan baca. Hihi. Indeed bgt soal berpikir positif itu mba. Susyaaah tapu harus #gimana tuh 😅

    BalasHapus
  57. yang bikin heran giliran kita gak mikirin eh ada saja yang sewot hihih

    BalasHapus
  58. Review buku dan ulasan mba Dian itu renyah, apalagi ini buku sangat menarik yang bisa diambil sudut pandangnya sebagai seorang blogger yg sejatinya tak jauh dgn apa yg kita lakoni saat ini

    BalasHapus
  59. Noted setelah baca postingan ini, buku Seni untuk bersikap masa bodoh masuk dalam list saya. Tq fyi

    BalasHapus
  60. Buku ini mengajarkan kita ut lepas dari tekanan sekeliling kita yang selalu meminta kita untuk berlaku mainstream.

    Padahal banyak hal beda dengan hati kecil kita.

    Nice review mba

    BalasHapus
  61. Luarrr biasa mba..trims atas review-nya
    Saya masih pendatang baru, blogger pemula
    www.lemariliterasi.com

    BalasHapus
  62. udah baca setengah, tapi mandet huhu.
    Memang sih buku ini mengajarkan kita tentang bagaimana cara bersikap bodo amat..

    kan ya udah, bodo amat dah bodo hahhaaa

    BalasHapus
  63. Semoga beisa sesegera mungkin dapetin buku ini😭

    BalasHapus
  64. Setelah beberapa tahun, akhirnya dapet juga buku pengembangan diri yang bagus.
    terimakasih mbak atas tulisannya.
    Biasanya saya sebelum beli buku, baca review dulu biar gak nyesal. Review ini meyakinkan saya untuk beli buku ini

    BalasHapus
  65. Assalamu’alaikum mba Dian
    Saya tidak akan komentar tentang artikel (post) ini ataupun komentar tentang buku yang direview. Maaf sebelumnya, perkenalkan nama saya Comenk (nama panggilan), saya baru kenal mba Dian (blognya) setengah jam yang lalu. Disini saya ingin menceritakan pengalaman saya “nyasar” ke blog ini.

    Koq pakai istilah “nyasar”

    Iya, karena awalnya saya sedang melihat-lihat gambar typography design, lalu saya menemukan ada sebuah gambar -di koleksi yang saya download, yang resolusi gambarnya kecil jadi gambarnya ngeblur gitu. Gambarnya ada sebuah mockup t-shirt warna hitam dengan typography. Dan tulisan yang Nampak jelasnya hanya tulisan “ repeatedly”, “excellence”, dan “habit”. Saya penasaran ini apa dan tanpa piker panjang saya gunakan 3 kata English itu untuk keyword pencarian di gugel. Maksudnya si pengen dapat gambar yang lebih baik jadi bisa terlihat kata-kata di mockup t-shirt tsb. Dan ternyata hasil pencarian kaka gugel menampilkan bahwa itu adalah sebuah quote dari Aristotle yang kata-kata lengkapnya “we are what we repeatedly to do. Excellence, then, is not an act, but a habit”. Langsung saya berfikir keras, jika kata per kata saya tau artinya tapi jika secara frasa quote saya tidak faham betul ungkapan si Aristotle ini. Lalu tanpa babibu langsung saja saya salin temple quote itu ditambah kata “artinya” biar kaka gugel mencarikan yang bisa menerjemahkannya.
    Di daftar pencarian yg disarankan kaka gugel di urutan ke 2 ada sebuah www.dianrestuagustina.com … dalam hati saya berujar ini mah paling tulisan seorang blogger yang post kumpulan quote. Penasaran saya klik kanan open in new tab alamat blog ini, bagaimana si blogger ini mengartikannya. Muncullah halaman blog dengan judul blognya tulisan Dian Restu warna hitam tulisan Agustina warna fucchian tua dan latar nya putih. Kesan pertama saya soal blog ini cukup menarik, tapi gak terlalu diambil pusing, bahkan judulnya pun saya tidak ngeuh. Yang saya inginkan sekarang ini adalah arti quote nya. Arti quote sudah saya dapatkan, tapi mata ini tak mau berhenti. Karena sudah kepalang membacanya saya putuskan untuk merampungkan membacanya.
    “ouh tentang menulis…. Ouh tentang manfaat menulis… hmmmm… iya juga yah… bener juga yah…”
    Rupanya saya sudah kena sihir isi postingan nya padahal belum melihat profile penulisnya.  . Kepo berlanjut say abaca komentar2 nya, muncul dalam benak nebak aja sih “koq yang komentar banyaknya emak2 yah. (saya menyebut wanita yang sudah menikah dengan sebutan emak-emak). Emak yang satu ini (penulis/pemilik blog) ternyata jago juga yah dalam hal menulis. Gak lama saya klik link yang berwarna fucchian tua yang tulisannya “Yuk, baca disini ending ODOP-nya!
    Jengjreng!!!
    Masya Allah, takjub saja. Blogger ini bukan sembarang blogger. Ternyata juara 3 Lomba ODOP (baru tau istilah ini dulu taunya ODOJ). Emak emak super yang punya The Power of Emak-emak. Ckckckck.
    Amazing! Seorang ibu rumah tangga yang bisa mengatur waktu tenaga dan fikiran untuk menulis selain dari memanajemen rumah tangganya bukanlah emak-emak biasa bukan emak-emak kaleng kaleng… Tiba-tiba muncul perasaan seakan-akan diri ini menciut menjadi seukuran karakter troy atau Smurf sementara sedang berhadapan dengan sosok Wonder Woman. Ah ini mah yakin, auto boomark blog ini. Dan akan saya baca marathon postingannya.
    Kemudian gak sengaja mata ini melihat di jajaran popular post ada judul post : Review Buku : Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat… rasanya saya pernah membaca update status teman FB soal buku ini. Syut!, open in new tab (lagi) baca tuntas, kali ini saya penasaran dengan para komentator2nya.. woow 82 comments…! Blogger terkenal ini mah pemirsah!!! Muncul lagi pertanyaan, koq emak emak lagi yah yang banyak komentar, apakah karena penulisnya atau isi postingannya?
    Baiklah, sampai disini dulu komentar saya dan kesimpulan pribadi saya adalah mba Dian adalah seorang blogger berbakat yang sukses. Teruslah berkaraya!
    Wassalam

    BalasHapus
  66. Kalimat ini mungkin tak cukup untuk mendeskripsikan apa yang saya rasakan setelah membaca tulisan di blog ini, but... Let me say, Terima kasih banyak mba atas tulisannya! On point banget dengan kondisiku sekarang.

    BalasHapus
  67. Hai kak, suka banget sama gaya bahasa kakak waktu review buku ini. Aku jadi tertarik buat baca buku ini yang udah lama banget nangkring di rak hehe, makasih ya kak udah review :)

    BalasHapus
  68. poin pertama aja udah ngena banget. jangan berusaha menjadi apa yang diinginkan orang lain. karena sejatinya yang tahu diri kita sendiri ya hanya kita. jadi memang harus bodo amat dan fokus sama apa yang kita mau dan apa yang kita butuhkan. waduh jadi mupeng baca buku ini deh. kayaknya seru

    BalasHapus
  69. Keliatannya bagus nih bukunya buat pengembangan diri

    BalasHapus
  70. Kayaknya hampir semua orang butuh buku ini, karena related dengan kehidupan dalam menghadapi masalah. Termasuk saya yang masih belum bisa menemukan sweet spot dalam dunia kepenulisan. Sudah saatnya saya berkata "bodo amat"

    BalasHapus