Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hutang yang Tak Kunjung Padam

Hutang yang Tak Kunjung Padam? Waaah, kok bisa? Bermula dari cerita, sesudah menikah, saya pindah mengikuti suami dan tinggal di rumah dinas, fasilitas dari perusahaan tempatnya bekerja. Saya keluar dari pekerjaan dan memutuskan menjadi ibu rumah tangga. Saat itu kami berdua memulai hidup dari nol. Modal awal kami hanya beberapa perabot rumah tangga dan sebuah sepeda. Sederhana tapi bahagia.

Tips atasi hutang



Kok tidak mencicil motor atau mobil? Jawabannya : karena kami berdua tipe yang takut berhutang. Hutang menurut kami, bisa membuat tidur tak lelap, makan pun tak lahap. Jadi, kami pun bersabar, menabung sampai sebuah motor pun bisa terbeli. Meski saat itu, mobil tetangga begitu menggoda, tapi kami berusaha menutup mata dan berpegang teguh pada keyakinan semula.

Lalu, sebuah rumah milik sendiri, kami cantumkan di daftar mimpi tertinggi. Dan itu terwujud beberapa tahun kemudian, saat harus pindah ke ibukota, dan tak ada lagi fasilitas rumah dinas. Tapi, ternyata tabungan yang digadang-gadang bisa ditukar dengan rumah impian, apa daya tak mencukupi. Jumlahnya hanya bisa menutupi uang muka saja (bahkan masih kurang). Akhirnya dengan berat hati kami pun terpaksa berhutang. Dengan satu janji, saat ada uang, hutang akan segera dilunasi.

Alhamdulillah, Allah SWT mengabulkan niat kami. Suami mendapat bea siswa sekolah di Amerika. Di sana, kami meneguhkan hati, menyisihkan uang untuk dua tujuan utama : bayar hutang dan.... jalan-jalan! (mumpung lagi di sana, kapan lagi ada kesempatan) Akhirnya, begitu pulang ke tanah air, hutang bisa terbayar. Meski begitu, sampai sekarang, prinsip menghindari hutang masih tetap kami pegang.

Hutang, memang seringkali diremehkan dalam keseharian. Banyak sekali dari kita yang berhutang sana-sini bukan untuk kebutuhan utama melainkan untuk memenuhi gaya hidup saja. Belum lunas yang satu, sudah ambil cicilan baru. Padahal penghasilannya tetap segitu-gitu. Ujung-ujungnya hidupnya tak tenang karena dikejar-kejar pemberi hutang. Bahkan keluarga jadi terlantar, lantaran kebutuhan hidup tak terpenuhi, gegara uang musti disetor kesana kemari.

Lalu bagaimana sebenarnya cara yang tepat untuk menyikapi hutang?

1. Pikir Panjang Sebelum Berhutang

Mau itu hutang baju 100 ribu, atau mobil keluarga seharga 100 juta. Dua-duanya sama! Pikirkan matang-matang sebelumnya. Perlu enggak sih dibeli? Cek dulu lemari, jangan-jangan saat sudah di rumah, warna baju yang sama sudah ada tiga. Pun, jika mobil ternyata hanya dipakai sekali waktu, kenapa tidak menyewa saja saat perlu. Pertimbangkan sebelum memutuskan!

2. Cek Dulu Kantongmu

Keluar rumah sebentar, melirik mobil cantik atau motor tipe terbaru yang unyu-unyu. Ketemu teman sudah tukar ponsel teranyar atau tetangga pakai gamis modis yang manis. Duh, pengen! Belum lagi iklan yang bertaburan di sosial media kita. Lalu, brosur penawaran cicilan motor, mobil,  sampai panci,... di pusat perbelanjaan. Semua disertai iming-iming bisa dicicil sekian bulan. Hingga kita tergoda, langsung beli tanpa berpikir ulang lagi. Seharusnya saat membeli mobil, meski sudah punya uang DP-nya, kita harus hitung juga biaya-biaya lainnya. Ingat, bukan hanya cicilan yang harus kita bayar. Kita juga harus mengeluarkan biaya untuk bahan bakar, biaya perawatan, parkir/tol dan pajak kendaraan. Jangan sampai kita keteteran sampai-sampai mengorbankan biaya untuk kesejahteraan keluarga.

3. Jika Hutang Sudah di Tangan

Kalau ternyata sekarang Anda adalah Hutangers (orang yang berhutang), cobalah tinjau ulang keuangan. Hitung besaran pendapatan, pengeluaran dan kewajiban apa saja yang harus dibayarkan. Prioritaskan membayar hutang. Apalagi yang ada embel-embel suku bunga yang tinggi. Tutup mata dan telinga dulu dengan rencana beli barang yang baru. Pertimbangkan menjual aset, jika perlu, untuk membayar hutang dulu. 

4. Lakukan Pembayaran Pada Waktunya

Cicilan bulanan yang lewat dari tanggalnya akan menambah besar jumlah yang harus dibayar bulan berikutnya. Belum lagi denda/penalti bahkan pencabutan kepemilikan oleh kreditor pun bisa dilakukan. Semua karena keterlambatan pembayaran. Juga tinjau kepemilikan kartu kredit Anda. Cukup punya satu kartu saja, misalnya, yang memang dipakai untuk tujuan mempermudah pembayaran. Agar kemana-mana tidak perlu membawa uang tunai dalam jumlah banyak. Manfaatkan kepraktisan yang ditawarkan. Gunakan dengan bijak. Lakukan pembayaran tagihannya secara penuh pada waktu yang ditentukan. Karena jika hanya pembayaran minimum saja yang dibayar berarti hutang plus bunga yang harus Anda bayar makin meninggi.

5. Cari Tambahan Penghasilan

Biar hutang cepat lunas carilah tambahan penghasilan. Misalnya, daripada mobil jarang dipakai lebih baik disewakan atau dimanfaatkan untuk layanan taksi online. Rupiah datang, hutang berkurang! Atau terima pesanan kue, membuat kerajinan, jualan online, atau apapun, sesuai dengan potensi yang  Anda miliki.

6. Jangan Tambah Hutang Lagi

Belum kelar satu atau dua cicilan, sudah berencana menambah hutang baru? Tuntaskan dulu yang lama! Menambah hutang lagi, sama saja cari perkara. Ubah pola pikir, bahwa hutang adalah satu-satunya solusi akhir. Hindari berhutang! Jangan sampai Anda hidup dengan berpegang pada peribahasa baru, yaitu : "Hutang yang Tak Kunjung Padam!"






Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

3 komentar untuk "Hutang yang Tak Kunjung Padam"

  1. Benar banget Mba : seharusnya menurut aturan cicilan tidak boleh lebih dari 30% penghasilan. Tapi kadang ada hutangers+marketer yg ngakalin..Jadi sebenarnya ngga mampu jadi di"mampu"kan..akhirnya pas ngga bisa nyicil diambil :motor/mobil..dll. Untuk kartu kredit kadang diperlukan pas kita ke tempat-tempat yg tidak memungkinkan bayar cash, currency nya berbeda dengan mata uang kita atau untuk pembayaran online ke lintas negara. Kesemuanya itu kadang belum tercover oleh kartu debit. Asalkan bijak menggunakannya :) Btw, terima kasih yaaa

    BalasHapus
  2. Kalau kata lagu dangdut jaman dulu yang suka aku dengar diputar papaku sih, hutang itu namanya gali lobang tutup lobang. Nggak baik juga buat kesehatan karena hutang kadang bikin lupa daratan berujung sesak napas karena utang sudah kebanyakan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi iya Mba..Gali lobang tutup lobang ( Bang Rhoma mode on..) Ngga akan ada selesainya kalo ngga diniati menuntaskannya. Yang ada hidup tak tenang napas pun tak panjang.

      Hapus