Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Tanpa judul]

Percayalah, Sesudah Kesulitan Ada Kemudahan!




“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al-Insyirah: 5-6).

Bulan ini adalah bulan kelahiran anak saya, si Mas. Tak terasa, 13 tahun sudah ia menghirup udara dunia. Bayi mungil yang kelahirannya dinanti-nantikan setelah anak pertama kami meninggal dunia, kini Alhamdulillah telah menjelma menjadi remaja pria yang tak hanya rupawan tapi juga berakhlak menawan. (Seperti Ibunya gitu..kwkwkw)

Setelah menjalani perjuangan dibumbui kehawatiran karena rasa trauma dari kehamilan sebelumnya. Dan, kisah melahirkan yang ternyata prosesnya di luar dugaan saya.

Saat anak pertama meninggal, jenazahnya diterbangkan dari Pangkalan Brandan ke Kediri untuk dimakamkan. Setelah itu, saya tinggal dulu di rumah orang tua di Kediri, sementara suami balik sendiri. Ketika sudah merasa lebih sehat dan kuat, saya dijemput kembali. Begitu siap lahir batin, kami pun berkonsultasi ke dokter kandungan lagi. Sebenarnya, bukan bermaksud untuk program bayi dalam waktu dekat. Karena sejatinya kami hanya ingin curhat. Kami penasaran kenapa kemarin bayi kami bisa meninggal. Bukan bermaksud menyalahi takdir. Hanya ingin mengantisipasi agar kejadian yang sama tak terulang lagi.

Tapi, ternyata jawaban dokternya di luar dugaan kami. Beliau mengatakan, 

"Nggak usah terlalu mikir yang kemarin. Nanti malah jadi salah-salahan, menyesal dan nambah beban. Sekarang yang utama kehamilan berikutnya. Ayo lebih dijaga. Semoga nanti nggak ada apa-apa!"

Jujur, saya adem banget dengarnya. Dan, ini makin menguatkan semangat saya bahwa segala sesuatu memang akan indah pada waktunya.

Dokter itupun menyarankan saya "mengistirahatkan" rahim dulu. Paling tidak selama 6 bulan. Termasuk rehat mental. Sehingga kami berdua terutama saya, benar-benar siap untuk hamil lagi nanti.

Selama sekian waktu, saya pun berusaha memantaskan diri untuk menyambut buah hati lagi. Hingga pada bulan ke delapan setelah persalinan pertama, saya positif hamil lagi. Alhamdulillah, ternyata Allah menjawab doa saya dan suami dengan begitu mudah.

Dan, kehamilan kedua ternyata lebih "ringan" daripada kehamilan pertama. Mungkin karena sudah yang kedua, sehingga saya merasa sudah berpengalaman sebelumnya. Dan, pasti juga karena Allah lah yang memudahkannya.

Sepanjang kehamilan, saya rutin periksa ke bidan juga ke dokter kandungan. Tak banyak hal baru yang saya terapkan. Lantaran saya masih hafal dengan segala "rumus" saat hamil anak pertama. Jadi hampir semua lancar jaya..

Karena suami menginginkan saya melahirkan di rumah orang tua saya di Kediri. Akhirnya pada usia kehamilan ke-28 saya pun diantar pulang kampung. Selama di kota kelahiran, saya yang membawa berkas kehamilan dari dokter sebelumnya, melanjutkan periksa ke dokter di sana. Hasil pemeriksaan semua baik-baik saja dan diperkirakan saya bisa melahirkan secara spontan (normal).

Aqiqahan
Saat yang ditunggu pun tiba. Pada usia kehamilan 37 minggu, ketuban saya pecah. Bapak, Ibu dan Kakak saya pun segera mengantarkan ke rumah sakit. Tiba di Unit Gawat Darurat sekitar pukul 12.00 siang. Saat diperiksa Bidan ternyata sudah bukaan 5. Sehingga langsung diarahkan ke ruang persalinan. Sementara suami yang saya kabari, hanya mampu lewat telepon menyemangati. Pukul 12 lewat, saya sudah berada di ruang bersalin. Beberapa perawat menyiapkan tempat sambil menunggu dokter. Saya memang memilih melahirkan dibantu dokter kali itu, meski bisa lahiran normal. Tak lama dokter datang, dan kontraksi demi kontraksi pun saya alami. Akhirnya, nggak sampai sejam dari itu...terdengar suara tangisan bayi...keras sekali! Alhamdulillah..



Saking terharunya, saya sampai berlelehan air mata saat Inisiasi Menyusui Dini. Dokter dan perawat sampai menggoda saya setengah geli..

"Sudah...anaknya sehat... nggak usah nangis lagi Buk...Wong anaknya nggak apa-apa kok malah nangis!"

Lalu saya pun dibawa ke ruang pemulihan (kamar pasien) lewat pintu belakang ruang bersalin. Keluarga besar yang sedang cemas menunggu di depan ruang bersalin nggak tahu kalau saya sudah keluar dari situ. Saya di ruang rawat pun keheranan sambil menunggu. Akhirnya, setelah bertanya ke perawat, mereka baru tahu. Semua nggak mengira kalau prosesnya bisa secepat itu. Mereka pikir saya masih di dalam dan belum lahiran.

Tak lama, saya pun mengabari suami akan kelahiran bayi kami. Tangisan saya pun pecah di telepon saat menceritakan kisahnya. Suami pun di ujung sana terdengar terbata. Apalagi, saat tahu bahwa bayi kami sehat dan baik-baik saja.

Suami juga bilang, saya dan si Mas tinggal saja dulu di Kediri, sampai kuat untuk dijemput dan balik ke rumah lagi. Setelah sekitar dua bulan, suami pun menjemput saya dan si Mas yang berkondisi sehat. Saya memberikan ASI eksklusif sejak hari pertama melahirkan dan Alhamdulillah ASI lancar tanpa ada hambatan. Dan, sekembalinya ke Pangkalan Brandan, ASI pun saya lanjutkan sampai usia 2 tahun 1 bulan. 


Kini, bayi yang kami nanti itu sudah menginjak usia remaja. Usia yang mengkhawatirkan banyak orang tua akan pengaruh pergaulan bagi putra-putrinya. Sebagai orang tua, tentu ada rasa khawatir di hati. Tapi itu tak harus membuat saya dan suami jadi takut menghadapi. Insya Allah dengan dasar agama yang utama dan bimbingan serta teladan dari orang tua, semua akan baik-baik saja.

Kisah saya inilah yang membuat saya benar-benar yakin pada janji Allah. Janji yang termaktub dalam lembaran ayat suci. Tepatnya pada Surat Al-Insyirah ayat 5 dan 6: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al-Insyirah: 5-6).

Ayat yang jika betul-betul direnungkan sungguh luar biasa maknanya. Jika kita benar-benar mentadabburinya, sungguh berbagai kesempitan akan terasa ringan dan semakin mudah kita cari jawaban. 

Percayalah...!

Bahwa di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan yang begitu dekat. Mungkin di awal kesulitan, belum datang pertolongan atau jalan keluar. Namun ketika hati sudah begitu pasrah dan segala sesuatu telah diserahkan seluruhnya pada Allah, Rabb tempat bergantung segala urusan, kemudahan pasti akan datang. 

Kuncinya adalah sabar. Sabar menanti adanya kelapangan adalah solusi. Dan, bukan selalu mengeluh tanpa ingat Yang Maha Pemberi. Insya Allah💖



Barakallah fii umrik, Mas!



Salam,

Dian Restu Agustina


#ODOPOKT19
Tulisan ini diikutsertakan dalam Program One Day One Post Oktober 2017

Blogger Muslimah Indonesia

Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

10 komentar untuk " "

  1. betul ya mbak, kita melihat anak sdh besar rasanya spt apa ya dulu saat melahirkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mbak..ingat kisah dan perjuangan melahirkannya:)

      Hapus
  2. hiii adek lucunya udah segede emaknya hehe
    iya mbak percaya saja sama Allah ya insha Allah lancar urusan
    eh mbaknya kediri mana ya
    mbahku dulu juga di kediri, di Banyakan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih gede dia dari emaknya sekarang, Mas..

      Saya Campurejo, dekat terminal bus Kediri

      Hapus
  3. Alhamdulillah, abang udah besar ya mbak...barakallah..secakep ibunya.. ^^

    BalasHapus
  4. Perjuangan sekali ya, Teh. Memang sabar akan berbuah manis :)
    Alhamdulilah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah.. Benar, sabar.. Semua akan indah pada waktunya :)

      Hapus
  5. habis badai selalu ada pelangi setelahnya
    Alhamdulillah, smoga anaknya jadi anak yang soleh
    aamiin

    BalasHapus