Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

[Tanpa judul]

Mari Mengasihi Ibu Menyusui Demi Kelangsungan Pemberian ASI






"Breastfeeding is not a Choice, it's a Responsibility"


*Artikel ini diikutsertakan dalam lomba Esai yang diselenggarakan oleh sebuah RS pada tahun lalu. Ternyata oh ternyata lomba dibatalkan secara sepihak oleh panitia tanpa ada penjelasan resmi dari mereka. Jadi di re-write di blog saja ya buat obat kecewa hahaha. Selamat Membaca!😍



Masa dua tahun pertama kehidupan manusia, merupakan masa kritis untuk membentuk dasar pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang optimal dalam jangka panjang. Sehingga sangatlah penting untuk memastikan bahwa anak berusia 0-2 tahun, mendapatkan asupan gizi yang terbaik.

Caranya dengan memberdayakan para ibu untuk dapat melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan meneruskannya hingga anak berusia 2 tahun atau lebih.

Dan sebagai makhluk sosial yang memerlukan bantuan orang lain dalam menjalankan kehidupan, seorang ibu menyusui, tak mungkin berjuang sendirian. Ia membutuhkan bantuan berbagai pihak demi kelancaran proses pemberian ASI ke bayi.

Mengapa? Karena menyusui bukanlah sekedar kegiatan ibu menyodorkan ASI pada bayi. Tapi, ada begitu banyak faktor yang bisa memengaruhi keberhasilan proses menyusui. Dari hal yang sederhana misalnya, ASI akan lancar keluar jika si ibu merasa nyaman. Padahal kenyamanan ini berkaitan dengan apakah ibu sudah terpenuhi gizinya, cukupkah istirahatnya juga sudah tenangkah pikirannya? 

Jika memang semua jawabannya adalah YA, berarti kemungkinan produksi ASI bisa tinggi sesuai dengan yang diharapkan. Beda lagi jika ternyata si ibu dalam kondisi kelaparan, kecapekan atau stres karena berbagai tekanan. Jangan heran kalau kondisi seperti ini akan menghambat kelancaran produksi ASI. (Seperti yang saya alami saat anak pertama saya lahir kurang sempurna yang kemudian meninggal dunia)

Nah, beberapa pihak yang berperan dalam kesuksesan proses menyusui inilah yang disebut dengan support system ASI.

Siapa saja dan apa perannya, mari kita bahas satu per satu di sini!


sumber: pixabay

Ayah adalah supporter utama bagi kesuksesan pemberian ASI.



• Ayah perlu setuju akan pemberian ASI pada bayi oleh ibu

Setuju di sini, disertai komitmen bahwa sejak awal hanya ASI yang akan diberikan. Meski nanti ada kendala dalam prosesnya, jangan sampai si ayah langsung berubah pendirian dan berkeinginan berpindah ke susu formula. Sebagai orang yang paling dipercaya oleh ibu, ayah musti bersifat positif sehingga akan menguatkan rasa percaya diri ibu. 


• Ayah harus terlibat sepenuhnya dalam prosesnya 

Dukungan yang diawali sejak masa kehamilan hingga melahirkan, sebaiknya didasari pula pada pengetahuan seputar ibu, bayi dan ASI. Ayah bisa mengikuti sesi laktasi di rumah sakit, membaca buku seputar ASI, bergabung pada komunitas Ayah ASI, juga berkonsultasi aktif dengan bidan/dokter kandungan. Hingga setiap kali mental si ibu melemah, ayah selalu siaga di sampingnya.


• Ayah perlu menyediakan lingkungan yang menyenangkan bagi ibu menyusui 

Selalu punya waktu untuk mendampingi ibu, menyiapkan sandaran yang nyaman, memutarkan lagu kesukaan, menyiapkan minuman, memberi dukungan lewat sentuhan dan pijatan, atau menyendawakan bayi yang sudah selesai menyusu. Pastikan juga bahwa saat bepergian ibu juga tetap nyaman menyusui di perjalanan dan di tempat tujuan.


• Ayah berusaha pula membangun ikatan kuat dengan bayi

Saat bayi menangis, bantulah ibu untuk menenangkan bayi dengan menggendongnya, mengganti popoknya, mengajak berjalan-jalan, mendendangkan nyanyian atau memandikan. Kegiatan ayah dan bayi ini, selain akan memaksimalkan hubungan keduanya juga sekaligus memberi waktu bagi ibu untuk dapat rehat singkat.


• Proses pengaliran ASI dari ibu ke bayi perlu diperhatikan

Proses akan berjalan lancar jika kondisi psikis ibu dalam keadaan baik. Jadi perasaan ikhlas dan bahagia perlu dimiliki oleh ibu menyusui. Ayah bisa berkontribusi dengan mengambil cuti di awal persalinan, memberi ibu dukungan moral lewat pujian dan ucapan yang menyenangkan, membantu mengerjakan pekerjaan rumah serta memberikan hadiah.



sumber pixabay


Lingkungan akan memengaruhi kelangsungan pemberian ASI


• Lingkungan Rumah

Anggota keluarga lain yang tinggal di rumah, misalnya nenek, kakek, pengasuh bayi dan lainnya, hendaknya punya komitmen yang sama tentang pemberian ASI. Jangan sampai saat bayi rewel mereka memaksa agar bayi diberi saja susu formula, atau makanan selain ASI pada periode 6 bulan pertama. Dukungan moral dari lingkungan sekitar juga mempunyai peranan yang besar terhadap rasa percaya diri ibu untuk menyusui. 


• Lingkungan Kerja

Ibu bekerja memerlukan dukungan dari tempat kerjanya, diantaranya:

1. Tempat kerja yang mendukung dengan menyediakan tempat penitipan bayi, agar ibu dapat menyusui pada jam istirahat

2. Pada 6 bulan pertama pasca persalinan, jam kerja dibuat lebih pendek untuk memberi kesempatan ibu memberikan ASI ekslusif dengan optimal

3. Cuti pasca persalinan yang panjang sehingga memberi keleluasaan pemberian ASI eksklusif

Tetapi bila tidak memungkinkan, maka jika bayi ditinggal bekerja, bisa diberi ASI perah. Dan juga, untuk rekan sekerja, dukungan moral sangat berguna untuk memotivasi ibu dalam kelangsungan pemberian ASI.



sumber: pixabay


Komunitas Pendukung


Ibu yang mendapat dukungan dari sekitarnya, pada umumnya berhasil dalam menyusui bayinya. Terdapat hubungan antara rasa percaya diri ibu yang rendah dengan kegagalan menyusui bayi. Komunitas bisa menjadi salah satu pendukung dalam kesuksesan proses ini. Misalnya:


• Kelompok Pendukung (KP)

KP biasanya beranggotakan ibu hamil, ibu menyusui, suami atau anggota keluarga lain, perempuan yang belum hamil tapi sudah berkeinginan untuk menyusui bayinya nanti, atau tenaga kesehatan yang ingin belajar dan berbagi informasi dengan para ibu hamil/ menyusui. 

KP bisa melakukan pertemuan terjadwal yang dikoordinir oleh Puskesmas, pemerintah desa, lembaga sosial atau atas inisiatif masyarakat setempat.

Materi diskusi misalnya: masa kehamilan yang menyenangkan, Inisiasi Menyusui Dini, ASI eksklusif, kesehatan payudara dan produksi ASI, menyusui yang nyaman untuk ibu dan bayi, kecukupan gizi ibu dan MPASI.


• Komunitas berbasis online 

Komunitas untuk ibu menyusui yang berperan memberikan informasi dan motivasi bagi ibu menyusui. Di era digital seperti ini, komunitas ini memudahkan ibu untuk mengakses informasi seluas-luasnya tanpa harus pergi kemana-mana. Caranya pun mudah, tinggal menggunakan internet, mendaftar jadi anggota lalu bisa berdiskusi seputar topik ASI dengan ibu dari berbagai belahan dunia. Contoh komunitas ini: Komunitas Ibu Menyusui Indonesia.


• Organisasi ibu menyusui 

Organisasi yang terlibat langsung dalam kampanye pemberian ASI. Contohnya: Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), sebuah organisasi nirlaba berbasis kelompok sesama ibu menyusui dengan tujuan menyebarluaskan pengetahuan dan informasi tentang menyusui serta meningkatkan angka ibu menyusui di Indonesia. AIMI sudah memiliki cabang di berbagai propinsi yang berkegiatan dalam pemberian promosi, edukasi, dan advokasi mengenai menyusui.



sumber: pixabay


Fasilitas Kesehatan


Dukungan dari para profesional di bidang kesehatan sangat diperlukan bagi ibu. Pendidikan tentang pentingnya menyusui sudah harus diberikan sejak masa kehamilan, yang dilakukan oleh semua tenaga kesehatan baik bidan maupun dokter. Mereka berperan untuk memberikan informasi, mendampingi dan memberikan keterampilan yang diperlukan ibu untuk memulai dan melanjutkan menyusui. Informasi ini tidak hanya diberikan kepada ibu saja, melainkan juga kepada anggota keluarga lain yang berkaitan dengan kegiatan menyusui bayi. Diantaranya:


Penyelenggara Fasilitas Kesehatan harus menerapkan semua dari 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), sebagai berikut:

1. Memiliki kebijakan tertulis tentang menyusui yang dikomunikasikan secara rutin kepada semua petugas

2. Melatih petugas kesehatan dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk menerapkan kebijakan ini.

3. Menginformasikan kepada ibu hamil tentang keuntungan menyusui dan penatalaksanaannya.

4. Membantu ibu untuk mulai menyusui dalam setengah jam setelah lahir

5. Menunjukkan ibu cara menyusui dan bagaimana mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi

6. Tidak memberikan makanan dan minuman selain ASI kepada bayi baru lahir, kecuali ada indikasi medis

7. Melaksanakan rawat gabung-membuat ibu dan bayi selalu bersama selama 24 jam dalam sehari.

8. Mendorong untuk menyusui semau bayi

9. Tidak memberikan dot atau empeng kepada bayi yang disusui

10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung Menyusui dan merujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit atau Klinik.


Penyelenggara Fasilitas Kesehatan juga harus patuh pada Kode Pemasaran Internasional Pengganti ASI (KODE) dengan tidak menyebarluaskan pengganti ASI yang murah dan gratis atau mempromosikan produk yang berhubungan dengan susu formula. Pentingnya mematuhi Kode ini adalah untuk melindungi kegiatan menyusui dari praktik pemasaran yang tidak sehat.



sumber: presidenri go id


Peran Pemerintah


Diperlukan peran pemerintah yang konsisten dengan tujuan pembangunan kesehatan. Dukungan pemerintah terhadap gerakan kelangsungan pemberian ASI Eksklusif ini dapat dinyatakan melalui regulasi, anggaran dan dukungan moral. 

PP No. 33 tahun 2012 mengenai Pemberian ASI Eksklusif. Melalui PP ini, pemerintah memformalkan hak perempuan untuk menyusui (termasuk di tempat kerja) dan melarang promosi pengganti ASI. Hendaknya sosialisasi aturan ini lebih ditingkatkan sehingga berbagai pihak mengerti dan menerapkan.

Perlunya revisi terhadap aturan jatah cuti melahirkan bagi wanita pekerja. Sesuai dengan UU Tenaga Kerja No. 13/2003 jatah cutinya adalah 3 bulan, sehingga tidak cukup waktu bagi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan. Jika regulasi direvisi dengan mendukung ASI Eksklusif, diharapkan dalam jangka panjang Indonesia akan menghasilkan generasi penerus yang lebih sehat, cerdas dan berkualitas.

Perlu aksi nyata dari pemerintah untuk memberikan edukasi mengenai makanan bergizi ibu menyusui yang lemah secara ekonomi dan memiliki risiko tidak mendapatkan nutrisi yang cukup. Pendekatan ini berujung pada upaya untuk meningkatkan kelangsungan pemberian ASI.






Demikianlah siapa saja yang termasuk support system ASI beserta peranan pentingnya dalam menunjang kelangsungan pemberian ASI oleh ibu menyusui.


Jadi, mari mengasihi ibu menyusui, demi kelangsungan pemberian ASI untuk generasi penerus bangsa yang lebih sehat, cerdas dan berkualitas.💞





Happy Sharing


Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

48 komentar untuk " "

  1. btw aku salfok sama disclamernya mba kok iso dibatalin yah duh kurang sabar apa yah jadi bloher kini hahaha...
    btw aku masih menyusui memang betul lingkungan itu sgt pengaruhi keberlangsungan busui mba klo lingkungan support insyaAlloh 2 tahun bisa menysui tp beda lagi kalau lingkungannya ga support seperti minim info kayak keluarga temenku yang meyakini anak bayik mesti kasih sufor krn ASI ibunya ga kenyang *gemes dengernya mba padahal kapasitas bayi minum ASI kan ada takarannya, kalau nangis ya ga melulu krn lapar :( sedih akhirnya temenku berhenti jadi pejuang ASI dan memilih SUFOR

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, info lomba dari iparku, aku ikut....terus sampai hari H dan beberapa hari setelahnya enggak ada pengumuman pemenang seperti yang dijanjikan. Aku cek di medsosnya beberapa ada yang nanya ke admin-no respon. Aku enggak nanya by medsos tapi sopan kontak by email menanyakan, dijawab lomba dibatalkan tanpa ada penjelasan lagi hihihi

      Duh, sayang sekali temannya ya Mbak Herva:)

      Hapus
  2. Aku juga pejuang ASI dan sudah lulus, baru saja menyapih sebulan yang lalu.
    Setuju banget, mengASIhi bukanlah pilihan tapi tanggungjawab.
    Awal menyusui saya sempat depresi, karena stok asi sedikit sudah mau masuk kerja. Tapi dengan baca dari banyak sumber akhirnya bisa mengASIhi sampai 2 tahun dan saya bangga saya bisa melalui nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah ya Mbak..keren! Selamat sudah jadi pejuang ASI:)

      Hapus
  3. Support suami memang nomer satu ya mba, karena suami juga yang jadi benteng kita dari komentar-komentar orang tentang asi, termasuk komentar mertua yang nyuruh tambah sufor hehee. Jadi kalau mau si ibu berhasil menyusui, si bapak harus bisa jadi pengawal ASI.

    BalasHapus
  4. hahaha..iya Ibu Mertua nomor satu itu. Karena jawaban dari anak lanangnya yang bisa membuat Beliau mau mengerti :D

    BalasHapus
  5. Nasib ya jadi bloher, semakin di PHP ajah huhuhu

    btw kurang tuh mba, tambahin lagi.
    Suami support dengan beliin baju menyusui yang lucu buat busui.
    Biar busui bisa makin semangat menyusui di manapun muahahahaa.

    ASI emang tanggung jawab kita ya mba, dan hak semua bayi :)
    Sudah seharusnya, semua pihak bisa mendukung dan mensupport (eh mendukung dan mensuppor apa bedanya ya? Wkwkwkwk) ibu menyusui :)

    BalasHapus
  6. Berarti intinya ibu ibu menyusui itu harus berada dalam kenyamanan sepenuhnya ya?

    BalasHapus
  7. Setuju banget untunk menyusui sangat dibutuhkan peran serta keluarga dan lingkungan. Termasuk lingkungan kerja :)

    BalasHapus
  8. Betul mbak, kerasa banget lho dukungan keluarga khususnya suami. Anak aku dulu BBLR dan susah menyusui, kalau aku mau aku dah nyerah aja pakai sufor, tapi alhamdulillah lingkungan mendukung dan selalu kasi semangat utk ASI walau struggling :D

    BalasHapus
  9. Berikan ASI pada bayi selama 6 bulan, lalu diteruskan dengan ASI EXCLUSIVE, iya bener kakak faktor lingkungan sangat mendukung untuk kenyamanan ibu memberikan ASI pada bayinya

    BalasHapus
  10. Hiks.. Saya termasuk gagal memberikan ASIX kepada anak-anak Saya..
    Semangat terus yaaa ibu-ibu yang masih menyusui :)

    BalasHapus
  11. Hidup ASI saya sangat mendukung sekali untuk mengASIhi. Dulu waktu pertama menyusui ASI berasa sulit banget karena tekanan kanan kiri. Pas si Adek lahir memberi ASI terasa sangat mudah sekali karena sudah tutup kuping dan memberi ASI dengan keras kepala :D

    BalasHapus
  12. Ibu yang sedang mengASIhi harus nyaman, tenang dan banyak yang support ya biar ASI nya lancar.

    BalasHapus
  13. lengkap sekali mbak
    saya jadi tahu ada komunitasnya segala
    yang pasti perlu dukungan dari banyak pihak ya terutama suami
    agar ASI yang diberikan bisa maksimal

    BalasHapus
  14. Apapun itu memang seorang ibu punya tanggung jawab penuh dalam hal menyusui.. Karena biar ada ikatan batin kuat antara bayi dan sang ibu.

    Karena ASI lebih bermanfaat ketimbang susu kaleng dan sejenisnya..😄😄

    BalasHapus
  15. Hiis, penyelenggaranya gimana sih, curang gada penjelasan yang adil. Eh tapi semoga artikel ini membawa keberkahan ya, mba. Memberi faedah bagi yang baca, aamiin. Kebetulan aku busui

    BalasHapus
  16. Benar, keadaan jiwa ibu menyusui itu besar pengaruhnya dengan banyaknya ASI yang keluar

    BalasHapus
  17. Sepakaaat semuanya. Ibu menyusui itu perlu dibikin rileks dan happy dan suami wajib banget ada di barisan depan support istri ng-ASI demi kesuksesan ASI eksklusif dan terus hingga 2 tahun.

    BalasHapus
  18. huaaa, kalau ada revisi UU tentang cuti itu pasti menyenangkan banget ya Mbak. jadi anak-anak bisa mendapatkan hak sepenuhnya untuk ASI Ekslusif itu.
    semoga saja beneran ada revisi UU tersebut ya Mbak :)

    BalasHapus
  19. Saya pikir bahwa pemberian ASI hanya melibatkan antara ibu dan anak, ternyata tidak sesederhana itu ya. Lingkungan juga ikut berperan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yeaaahh, sangat berperan banget. Kalau enggak ada support kyknya bakalan susah juga ya menyusui... Krn ada sebagian org yg emang agak struggling nyusuin, butuh usaha lbh...

      Hapus
  20. Saya gagal ASI eksklusif pas anak pertama karena berbagai alasan, tapi alasan yang paling utama adalah saya belum terlalu paham betapa pentingnya ASI... *belum siap jadi ibu, hiks
    Tapi alhamdulillah, jadi pelajaran, anak ke-2 sampai ke-5 full ASI sampai 2 tahun lebih (lebihnya bervariasi).

    BalasHapus
  21. Aku setuju banget mbak Dian, kalau ayah dan lingkungan itu sangat mempengaruhi. Karena aku merasakan saat melahirkan anak pertama dan prematur, dan sempet macet ASI nya. Tapi saat suami dan orang mendukung aku untuk tetap ASI, Puji Tuhan sampai anakku yang prematur seperti ditiup karena cepat membesar dan gendutnya dalam waktu 2 bulan :D

    BalasHapus
  22. bun pasti kalo bikin tulisan, lengkap kap kap banget. Masyaallah tapi emang bener sih lingkungan itu mempengaruhi yes, kaka saya baru lahiran dan ASI anaknya, stress dikit enggak keluar, kasian bayinya. Jadi busui itu emang perlu perhatian ekstra untuk bahagia dan senang terus biar ASI lancar jaya, hihi. makasih bun sharingnya.

    BalasHapus
  23. Oalah ikut sedih saya karna ada pembatalan sepihak untuk artikel ini huhu. Meskipun saya belum mengASIhi, tapi saya yakin betul lingkungan dan support sistem untuk busui sangat diperlukan. Peran suami terutama dan lingkungan kerja misalnya. Karna setau saya tingkat stres kita juga mempengaruhi sama kelancaran mendapatkan ASI. Setuju semua sama tulisan diatas, setuju juga kalo memang haknya ank dapat ASI kita selama 2 tahun. Makasi ilmunya mbak

    BalasHapus
  24. Pemberian ASI eksklusif memang penuh dengan perjuangan. Rayuan menggunakan susu formula sudah gencar dilakukan sejak ibu selesai bersalin. Itu aku rasakan sendiri. Dokterku bilang bahwa ibu wajib melakukan IMD. Beliau pun bilang bahwa bayi baru lahir masih mempunyai cadangan makanan di tubuhnya sampai tiga hari sejak dia lahir. ASI dibutuhkannya bukan hanya karena lapar dan haus, tapi lebih ke kenyamanan. Tapi sayangnya saat dokter nggak ada, para bidan gencar banget menawarkan susu formula dan aku tahu itu jenis susu formula mahal. Hehehe, jadi berpikir yang bukan-bukan akunya.

    Begitu pulang, kemudian kembali bekerja, dorongan memberikan ASI datang dari lingkungan rumah. Dalam hal ini ibuku alias eyangnya anak-anak. Bayi diberi ASI biar badannya gemuk karena bayi gemuk itu berarti sehat. Padahal ya nggak begitu juga. Alhamdulillah sih, aku keukeuh ASI aja dan yeay! berhasiiil ...

    Semoga lingkungan kita lebih teredukasi lagi ya Mbak, mengenai pentingnya pemberian ASI.

    BalasHapus
  25. Alhamdulillah dua kali melalui masa menyusui dengan asi yang berlimpah, sampai mancar2 saat hendak diberikan sama bayi. Mungkin karena selera makan emaknya terlalu bagus (baca:rakus) dan yang pasti memang rasa bahagia saat mendekap buah hati mampu menyingkirkan segala masalah rasanya.

    BalasHapus
  26. Betul banget nih, support sistem ASI ini penting banget. Karena seringkali orangtua atau saudara, bagi yang tinggal di desa, ikut memprovokasi atau mengintervensi kegiatan menyusui sehingga sang ibu tidak lagi jadi pejuang ASI. duh, sedih kalo gitu

    BalasHapus
  27. Alhamdulillah ketiganya ASI karena memang berlimpah. Keluarga juga memdukung banget, ibu sudah wanti-wanti nggak boleh kasih sufor. Sebisa mungkin tetap ASI meskipun aku bekerja.

    BalasHapus
  28. Salah satu yang aku syukuri Mba Dian, allhamdulillab banget aku dimudahkan dalam pemberian ASI untuk Erysha. Allhamdulillah nggak banyak drama dan Erysha bisa ASI smpai usianya 2 tahun. Karena memang aku juga resign dari ngajar biar fokus juga waktu itu. Allhamdulillah dimudahkan

    BalasHapus
  29. Andai lombanya tidak dibatalkan, saya pastikan mbak Dian menang.

    Informasinya lengkap dan detail. Sangat mencerahkan.

    BalasHapus
  30. Sedih banget deh kalau tahu ada emak2 yg gak mau berjuang kasih ASI ke bayinya. Padahal di sisi lain ada emak2 yg berjuang keras agar ASI-nya keluar. Huhuhuuuu... Dan saya bersyukur bisa kasih ASI eksklusif untuk anak saya ��

    BalasHapus
  31. Setuju mba, dukungan dari semua pihak itu sangat diperlukan. Nyusuin nggak cuma perkara nyodorin PD ke bayi tapi transfer spirit, kasih sayang, dan karakter dari ibu. Semoga ke depan UU beneran bisa direvisi ya hehe..

    BalasHapus
  32. Support suami memang penting sekali ketika menyusui. Saya pun merasakannya dalam 3 kali menyusui ketiga anak kami. Apalagi orang tua tidak pro ASI, sering selalu menyuruh saya menghentikan ASI dan beralih ke sufor. Alhamdulillah karena sayanya keukeuh dan suami juga support banget, kami tidak pernah mengikuti saran tersebut.

    BalasHapus
  33. Yak, dukungan dari keluarga buat ngeASI itu memang penting banget. Jadi Ibu kan kudu strong, makanya orang sekitar kudu ngasih perhatian agar Ibu bahagia sehingga produksi ASInya lancar

    BalasHapus
  34. Semoga indonesia merevisi undang-undang tentang cuti melahirkan ya spy sampai 6 bln, bahkan di luar negeri, suami jg dpt cuti melahirkan ya biar bisa mendampingi istrinya selama bbrp minggu

    BalasHapus
  35. aku kangen banget buat menyusui, karena momen menyusui itu saat paling romantis buat berinteraksi dan bonding dengan anak.

    BalasHapus
  36. Saya tadi waktu periksa kandungan malah suami udah dibilangin sama ahli gizi, suruh mijitin punggung istri tiap malam buat persiapan asi.

    BalasHapus
  37. dukungan keluarga dan lingkungan emang ngaruh banget untuk suksesnya ASI eksklusif..ngerasain banget waktu jaman menyusui dulu. untungnya keluargaku dan lingkungan mendukung banget :)

    BalasHapus
  38. Wah ternyata ada juga ya komunitas untuk ibu2 yg sedang menyusui, bisa sharring2 info dan pengalaman disana ya..

    BalasHapus
  39. Nggak hanya suami yang menjadi support system bagi ibu memberikan ASI ya, bahkan orang di sekelilingnya punya kewajiban yang sama. Dulu anak keduaku yang bisa menikmati ASI sebanyak-banyaknya, karena di kantor aku bisa pompa ASI

    BalasHapus
  40. Peran pasangan itu paling utama untuk menguatkan istrinya supaya tetep semangat mengASIhi. Menyusui itu engga mudah butuh kesabaran dan ketelatenan supaya berhasil.
    Tulisan ini harus dibaca calon ibu dan pasangannya.

    BalasHapus
  41. Dukungan orang sekitar terutama suami memang sangat diperlukan oleh ibu yang baru melahirkan ya...tidak hanya mendukung pemberian ASI juga bisa mencegah ibu mengalami baby blues syndrom

    BalasHapus
  42. Mbak diaaan, thank you artikelnya. Keren banget. Aku lagi menyusui nih, n ngerasain banget semua yang mbak tulis bener adanya. Aku jadi merasai dikasihi deh. Hehehe

    BalasHapus
  43. jaman ngantor, kendala terbesar pemberian ASI anak-anakku adalah ketika harus perjalanan dinas dengan pesawat lebih dari 10 jam. Kalo skrg sih katanya udah bisa yah nitip ASI ke pramugari utk disimpan dalam alat pendingin pesawat.

    Jaman anak-anakku kecil belum bisa, dan memang kampanye ASI exclusive belum heboh. Jadi terpaksa harus buang ASI setiap abis mompa. Sedih bangeeett.

    Alhamdulillah 2 anak semua kebagian ASI selama 20 bulan dengan penuh perjuangan.

    BalasHapus
  44. Aku kurang mendapat support saat anak pertama. Selain terus dbanding-bandingkan dengan iparku yang ASI mbludak, poro Mbah takut cucunya kelaparan. Yawislah, akhirnya Najwa kenak sufor saat awal-awal lahiran. Bersyukur hal serupa tidak terjadi pada Najib. Memang ya, hidup sendiri itu lebih merdeka, meskipun kdg lelah gak ada yg bantuin, hihihi

    BalasHapus
  45. Dukungan suami sebagai inner circle terdekat penting banget deh. Terutama sebagai benteng untuk melindungi busui dari omongan mulut tajam diluar sana.

    BalasHapus