Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketika Memutuskan Enggak Mudik Lebaran



Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ditetapkan secara resmi berlaku di Jakarta setelah Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto menyetujui dan menandatangani surat persetujuan PSBB untuk menangani pandemi Covid-19 itu pada Senin (6/4/2020) malam. Selanjutnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan, penerapan PSBB di Jakarta dimana lamanya PSBB bisa diperpanjang apabila kasus Covid-19 masih mengalami peningkatan di Indonesia. Terakhir, pemerintah pusat mengeluarkan keputusannya mengenai pengaturan mudik ini. Di mana sejak 24 April 2020, kegiatan pulang kampung ke halaman ini dilarang dan akan ditindak oleh aparat keamanan. 

Bagi yang sudah terlanjur pulang sebelum aturan ini, pemerintah hanya mengeluarkan himbauan untuk tidak pulang kampung. Mereka yang terlanjur  pulang kampung, harus mematuhi aturan 14 hari karantina di dalam rumah. Selain itu, bagi masyarakat yang mudik, maka statusnya otomatis menjadi ODP (Orang Dalam Pengawasan). Kemudian transportasi publik yang akan digunakan pemudik juga diatur agar tidak terjadi kepadatan, sehingga ada jarak antara penumpang satu dan lainnya. Dengan adanya aturan ini, maka pihak otoritas di daerah hingga tingkat Rukun Tetangga (RT) bisa bekerjasama dan memastikan orang yang mudik mematuhi aturan karantina. Duh, lalu bagaimana dengan saya?


Mudik Lebaran


Nah, di awal-awal corona merebak di Indonesia, saya sudah rasan-rasan sama suami tentang kemungkinan tidak bisa mudik lebaran tahun ini. Dan ternyata bisik-bisik ini bakalan jadi nyata. 

Meski dulunya, saya sekeluarga juga pernah enggak mudik ketika lebaran tiba, tapi ini sama sekali berbeda. Pasalnya, dulu masalahnya ada di dana tapi kini penyebab enggak mudiknya karena pandemi. Sehingga rasanya nyesek sekali! Hiks!

Tradisi Mudik Bagi Saya dan Keluarga


Sejak tahun 1994 saya sudah tinggal jauh dari orang tua untuk kuliah dan lanjut bekerja di Denpasar, Bali. Setelahnya saya menikah dan pindah ikut suami ke Pangkalan Brandan, Jakarta, Amerika dan kembali ke Jakarta lagi. Selama kurun waktu itu beberapa lebaran saya belum tentu pulang. Saat di Bali sih, karena status yang masih gadis, saya selalu pulang saat lebaran. Meski pada saat sudah bekerja hanya sekilas info pulangnya alias hitungan hari saja. Tapi lumayan lah masih bisa nengok orangtua!!

Nah, setelah menikah, saya tinggal di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara, yang saat itu mesti ditempuh dengan moda yang panjaang dan berbiaya besar. Maklum rutenya adalah: Brandan-Medan lewat darat, Medan-Jakarta pesawat, Jakarta-Madiun/Kediri via kereta api. Atau jika ada uang lebih: Brandan-Medan lewat darat, Medan-Jakarta-Surabaya pesawat, Surabaya-Kediri lewat darat.

Biaya pulang ini mesti disisihkan tiap bulan sehingga baru bisa tertunaikan tiap 2 tahun sekali. Kalau diingat-ingat rasanya tuh sedih, lebaran di negeri orang, sementara yang lain bisa pulang. Tapi mau gimana lagi, nasib perantau yang mencari sesuap nasi ya begini ini hihihi

Kemudian ketika saya sekeluarga pindah ke Jakarta, moda kereta api adalah favorit kami. Biasanya, kami pulang ke Madiun dulu sebelum lebaran atau ke Kediri dulu, jadi ganti-gantian. Oh ya, Madiun dan Kediri terpisah jarak 80 km dan biasa kami tempuh dengan bis atau kereta api saat itu. Nah, awal pindah kami pun pernah enggak pulang saat lebaran. Maklum, punya cicilan rumah dan pinjaman ke adik ipar untuk nambahin DP rumah...membuat kami benar-benar nyaris enggak punya tabungan apalagi untuk dana mudik lebaran. Sehingga lebarannya di Jakarta saja, bertiga sama si Sulung dan berusaha bahagia berlebaran di rumah sendiri (meski kepemilikannya masih sharing sama Bank Permata hahaha)

Nah, ketika kami pindah ke New Orleans untuk bea siswa suami, selama 2 tahun di sana, kami juga enggak pulang sama sekali. Sayang ongkosnya, mending ditabung buat nglunasin KPR sepulang ke Jakarta nanti.

Dan, beneran, balik Jakarta semua hutang dilunasi sehingga kami enggak punya beban lagi. Alhamdulillah

Selanjutnya...kami bisa pulang kampung tidak hanya saat lebaran saja. Karena orang tua saya dan Ibu Mertua (Bapak Mertua meninggal saat kami baru pulang dari Amerika) sama-sama sudah sepuh dan tidak kuat lagi main ke Jakarta, maka kami yang mengunjungi mereka. Setiap lebaran dan libur semester saya pulang ke Madiun dan Kediri dengan menggunakan kendaraan pribadi. Apalagi setelah Tol Trans Jawa tersedia yang bikin makin mudah saja mudiknya. Oh ya, kalau lebaran sekeluarga perginya, tapi kalau libur semester di bulan Desember biasanya saya hanya pulang bertiga dengan anak-anak saja.

Jadi sudah sekitar 9 tahun ini saya pasti mudik saat lebaran dan liburan. Sehingga jika tahun ini enggak mudik itu rasanya pasti bakalan....syedih enggak karuan!

Mudik lebaran
Saya, Ibu Mertua, si Sulung dan si Bungsu

Memang Sebegitu Pentingkah Mudik Itu Bagi Saya?



Saya enam bersaudara perempuan semua. Dulu yang tinggal jauh dari orangtua ada dua, saya dan kakak nomor tiga yang tinggal di Makassar. Nah, kini kakak saya ini sudah pindah dan punya rumah di Kediri. Sehingga semua saudara saya sekarang tinggal di Kediri. Membuat mereka bisa sewaktu-waktu mengunjungi Bapak Ibu. Lha, saya cuma sekali dua dalam setahunnya. Tentu rasa kangennya numpuk warbiyasaa!!

Apalagi di keluarga besar saya ada tradisi:

  • Sowan Bapak Ibu Tercinta

Bapak Ibu saya Alhamdulillah masih sehat semua. Usia Bapak 81 tahun dan Ibu 75 tahun. Bapak punya sakit gula sehingga beberapa tahun terakhir harus terapi insulin setiap hari. Kondisi ini membuat Beliau susah bepergian jauh. Maka Bapak Ibu terakhir datang ke Jakarta itu 5 tahun yang lalu. Karena itulah momen mudk lebaran jadi kesempatan saya untuk sowan ke Bapak Ibu. Sehingga memutuskan untuk enggak pulang saat lebaran nanti pasti berat di hati!

  • Tradisi Sungkeman

Jadi setelah salat Ied, biasa kami segera bersiap untuk tradisi sungkeman pada Bapak dan Ibu. Berurutan dari anak pertama dan seterusnya. Meski kadang enggak bisa lengkap, karena kakak-kakak saya kadang ada yang gantian hari pertama di rumah mertuanya. Oh ya, dalam sungkeman ini kami saling bermaaf-mafan dan Bapak dan Ibu akan memberikan doa dan nasihat singkat pada masing-masing anak cucu sehingga kadang suasana pun berubah mengharu biru. Jadi yang lebih tua akan duduk dan disungkemi adik-adiknya atau anak-anaknya dan begitu seterusnya. Saat ini dari 6 putri sudah "berkembang" menjadi 12 cucu dan 2 cicit. Ramee!!

  • Mangan Ora Mangan Sing Penting Ngumpul #eh

Berbeda dengan suami dan keluarga besarnya yang karena satu dan lain hal kurang dekat antar saudara, Alhamdulillah keluarga besar saya sangat erat ikatannya. Jadi lebaran beneran jadi momen kumpul keluarga besar yang selalu saya rindukan. Sampai-sampai saat saya pulang, seharian kakak-kakak saya akan ngumpul semua di rumah Bapak Ibu dan baru pulang ke rumahnya saat malam tiba. Atau mereka jemput anak-anak saya dan diajak jalan kemana-mana. Beneran rame seperti nostalgia jaman kami kecil dulu, ngobrol seruuu!! Oh ya, keempat kakak saya adalah guru, jadi kalau pas libur sekolah juga libur kan, jadi pas banget mereka bisa ketemu saya di rumah Bapak Ibu.

  • Jalan-jalan dengan Keluarga Besar
Hal lain yang menyenangkan kalau mudik lebaran, biasa kami merencanakan pergi jalan-jalan dengan keluarga besar. Jadi, meski kakak-kakak saya punya kendaraan sendiri, tapi kami biasa sewa bis kalau pergi. Kami biasa jalan di hari keempat atau kelima dan pernah pergi berwisata seperti ke Malang, Surabaya, Tulungagung, Blitar atau paling jauh ke Lumajang, kediaman Paklik saya. Oh ya, semua biaya share cost sesuai jumlah anggota keluarga, dan semua kena tarikan sama, kecuali Bapak ibu tentunya. Bahkan untuk mendidik agar anak-anak juga punya andil maka setiap anak bayar sendiri dari angpao lebaran mereka hahaha. Meski ada yang protes termasuk Sulung saya, tapi Budhenya bersikeras meminta biar mereka tahu kalau punya uang dan pengin jalan-jalan ya harus bayar. Tapi enggak sampai gontok-gontokan kok, karena semua happy aja dengan acara jalan ini hihihi

  • Kulineran Khas Lebaran

Ibu saya terbiasa menyiapkan aneka penganan khas lebaran sendiri dan enggak pesan seperti yang saya lakukan sekarang (entah saya ini nurun siapa haha). Dari kue kering, kue basah, lauk pauk...semua dimasaknya. Karena Ibu adalah anak tertua dan Bapak anak nomor tiga maka, momen lebaran juga jadi waktu bagi adik-adik dan ponakan Bapak Ibu untuk silaturahmi ke rumah kami. Maka, menyiapkan suguhan untuk para tetamu wajib hukumnya bagi Ibu. Nah, karena usia yang makin senja, kini Ibu jarang bebikinan lengkap lagi. Jadi ganti kakak-kakak saya yang bawa menu tertentu lalau nanti dikumpulkan jadi satu. Itupun enggak sebanyak dulu. Lebih praktisnya untuk tamu sekarang disediakan yang simpel saja. Apalagi menu semacam opor ayam dan kawan-kawan sudah terlalu biasa dan di banyak rumah ada. Jadi Ibu menyiapkan bahan rujak cingur, dan siapa yang mau silakan bikin sendiri. Selain itu ada juga bakso komplit, yang adonannya dibikin sendiri oleh kakak saya. Jadi sebelum lebaran dia sudah bikin bakso berapa kilo dan di hari H tinggal nyiapin pelengkapnya. Sementara kalau jajanan khas lebaran seperti madumongso Ibu masih bikin sendiri, sedangkan kue kering kalau enggak kakak saya bikin ya beli...


Meski sekarang Mertua saya tinggal di Madiun, tapi dulunya Beliau berdua tinggal untuk bekerja di kota saya, Kediri. Bahkan suami saya lahir sampai lulus SMA di sini. Ini membuat kami berdua punya banyak kenangan yang sama. Seperti warung bakso dan rujak yang enak dimana, kalau pulang makan sego tumpang itu wajib hukumnya, berkunjung ke tempat wisata untuk bernostalgia, juga banyak hal lain yang mengingatkan kami akan masa muda. Maka, puas-puasin kangennya pada kampung halaman saat mudik lebaran itu juga sungguh sangat saya rindukan.



alasan tidak mudik lebaran
Bapak Ibu - Feb'20 saat menghadiri wisuda cucunya di Univ. Airlangga


tips tidak mudik lebaran
Bapak, Ibu, kelima kakak dan saya (ka-ki nomor 1 sampai 6)


Ketika Memutuskan Enggak Mudik Lebaran, Lalu...



Nah, jika saya lebaran nanti enggak mudik, saya berusaha enggak galau tingkat dewa. Demi keselamatan bersama, saya rasa keputusan ini terbaik bagi semua. Dan agar tetap happy saat lebaran kali ini, maka saya akan:

  1. Menyiapkan hati untuk berlebaran dengan keluarga inti. Meski berat tapi berempat Insya Allah bisa kami lalui.
  2. Menyiapkan penganan lebaran untuk dikonsumsi sendiri. Mumpung anak-anak #schoolfromhome jadi jelang lebaran diajak saja bebikinan kue biar lebih berasa saat makan nanti karena hasil bikinan sendiri 
  3. Mengirimkan bingkisan untuk Ibu Mertua dan Bapak Ibu saya. Paling tidak meski anak tercinta enggak bisa hadir semoga bisa menjadi pelipur lara
  4. Bersiap untuk melakukan video call di hari H, sehingga silaturahmi tetap jalan meski tak ada di hadapan
  5. Menjadikan momentum lebaran kali ini sebagai momen evaluasi diri untuk memperbaiki hubungan dengan Allah Yang Maha Kuasa, suami dan anak-anak saya, keluarga besar dan sanak saudara, tetangga, teman-teman juga sesama. Yakin dan percaya jika Allah tidak akan menguji hamba di luar batas kemampuannya. Tetap berusaha dan doa, agar pandemi ini segera pergi dan semua bisa normal kembali! Aamiin...


Foto keluarga saat lebaran 2 tahun silam


Nah, bagaimana dengan teman-teman. Mudik enggak nanti lebaran?
Oh ya, jaga kesehatan dan tetap utamakan sabar dan syukur atas segala yang dianugerahkan-Nya. 



Stay Healthy - Stay Safe - Stay Home


signature-fonts
Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

25 komentar untuk "Ketika Memutuskan Enggak Mudik Lebaran"

  1. Rasanya beraaaattt, tapi ya sudahlah diterima saja dgn lapang dada ya Mak.
    InsyaAllah bakal ada waktu dan momentum yg tepat untuk berkumpul bareng kluarga besar
    Stay safe, semuanyaaaa

    BalasHapus
  2. duh kebayang sedihnya ga bisa mudik lebaran ini. sabar ya mba...
    kalo aku udah ga mudik lagi sejak berhenti merantau dan menetap di bogor. keluarga besar suami ada di bogor. sedangkan keuargaku masih di jabodetabek. jadi ga jauh2an :)

    BalasHapus
  3. Hidup itu ada metamorfosisnya yaaa Mba Dian. Mungkin tahun ini kita memang tak bisa mudik dulu. Kami pun sekeluarga yg berencana mudik ke Bekasi lanjut ke Padang jadi pending karena berasal dari red zone, Surabaya. Insya Allah mudiknya bisa menunggu, yang penting komunikasi dengan keluarga, khususnya orang tua dan keluarga mertua di kampung halaman tetap lancar.

    BalasHapus
  4. Memang ada kalanya sesuatu tidak terlaksana karena satu dan lain hal ya, Mbak Dian. Kayak tidak mudik ini. Dulu ada waktu luang mudik, tapi jauh dan biaya. Sekarang jarak dekat, tapi virus corona. Padahal memang menurut saya, momen lebaran kumpul bersama keluarga tidak bisa terganti denggan momen lainnya.

    BalasHapus
  5. Saya juga selalu mudik selama ini Kak, makanya sedih banget kalau pemerintah putuskan nggak boleh mudik. Akan tetapi, demi kebaikan bersama diterima aja. Beruntung bulan lalu udah sowan ke Ibu.

    BalasHapus
  6. Aku juga gak mudik Mak. Hiks sedih pastinya sih. Tapi gimana lagi, demi kebaikan bersama. In sha Allah akan diberi waktu dalam kondisi yang lebih menyenangkan. Gak seru juga kalau justru kita was was sama kesehatan orang tua karena kita berpotensi jadi carier juga. Tettep semangat mbak.

    BalasHapus
  7. sebenarnya ortu saya satu kota aja. Tapi mertua yang nun jauh di sana. Tahun saya juga nggak mudik lebaran mbak.
    Sepertinya persiapan yang akan mba lakukan untuk lebaran nanti akan saya pakai juga

    BalasHapus
  8. Aku mungkin juga enggak, Mbak. Huaaaa, sedih. Aku selama 7 tahun ini selalu mudik, jadi ini bakalan jadi yang pertama. Sedih abnget rasanya, tapi yawislah siapkan hati saja. Btw, tadinya aku berencana mampir Semarang sama Solo. Mau ke area kota tua di 2 kota tersebut. tapi rencana tinggallah rencana. Bubar sudah semuanya.

    Btw, Mbak Dian 6 bersaudara cewek semua. Aku 4 bersaudara Mbak. Kacek 2, wkwkwk. Alhamdulillah bapak ibuk masih sehat ya, Mbak. Semoga sehat-sehat terus.

    BalasHapus
  9. Rencana kami mudik Lebaran ke Jakarta bakal batal kali ini, karena enggak mungkin juga mendatangi daerah yang jadi epicentrum covid-19.
    Sepertinya bakal Lebaran berempat saja, saya dan anak-anak, karena kemungkinan besar suami enggak balik ke Yogyakarta.
    Kita nikmati dengan hati ikhlas sajalah :)

    BalasHapus
  10. Wah seru ya yg msh pnya kampung halaman.pasti.mudik. Nah klo saya nih lupa kampungnya di halaman berapa alias ga pernah mudik. Lah gimana mau mudik wong ga pnya kampung wkwkwk

    BalasHapus
  11. Mudik ketemu keluarga, memang sesuatu yang sangat menyenangkan. Namun demi kepentingan kita bersama, untuk mencegah penyebaran covid-19. Memang sebaiknya tahun ini tidak mudik dulu

    BalasHapus
  12. Huhuhu, pasti bakalan beda banget ya lebaran tahun ini. Semua gak boleh mudik. Semoga gak pada mudik. Biar si wabah gak makin parah. Dan semoga wabah ini segera berlalu. Huhuhu… aku pun sedih ngebayangin gak bakal etemu mama lebaran ini. :(

    BalasHapus
  13. sedih yaaa Dian,
    tidak mudik dan tidak ketemu orangtua, mana mereka sudah sepuh ... hiks hiks...

    semoga Allah menjaga Ibu dan Bapak ya, sellau diberi kesehatan amiiiin

    BalasHapus
  14. Ya Allah Mbak Dian, nikmatnya ya,, bapak ibu masih sehat walafiat ya, saya keduanya udah ga da sejak 2013 (ibu) dan 2018 (ayah) lalu. Btw, pernah tinggal di Brandan ternyata ya Mbak, pantesan pernah kebaca komen2nya familiar ama Brastagi dll. Hmm biar kutebak, suaminya Mbak Dian kerja di BUMN itu ya hihi. Nice tips buat yg gak jd mudik ya Mbak

    BalasHapus
  15. Mungkin saya termasuk yang nggak kenal mudik. Karena always stay di Solo.. haha. Dan beruntungnya punya suami yang nggak suka mudik. Kami tipikal yang gak suka sama momentum. Jadi kalau yang lain mudik pas lebaran, suami justru mudik ya jauh2 bulan sebelum lebaran. Biar gak kena macet dll

    Semoga nanti akhir tahun bisa mudik ya Mbak Dian.

    BalasHapus
  16. Memang sedih ya mbak. Kebayang ntar pas puasa, masih bisa jajan takjil gak yaaa. Lalu bagaimana tarawihnya? Dan soal gak mudik juga bikin terhenyak. Tapi kalau memang demikian keadaannya, ya lebih baik begitu. Biar Indonesia lekas pulih dari corona ini. Aminnnnn

    BalasHapus
  17. Aku satu tim sama mba Sara.
    Justru menghindari hari liburan untuk mudik, karena pernah sebelumnya ada pengalaman, betapa sangat-sangat jauuuh dari nyaman.

    Btw,
    Semoga Covid cepat berlalu, mbak Dian dan keluarga bisa membasuh rindu yang menggebu.

    BalasHapus
  18. Saya juga seumur-umur belum pernah lebaran gak sama orangtua saya. Saya sendiri udah merantau ketika lulus smp.
    sampai kuliah ke bandung, bekerja ke aceh, tetap lebaran pulang ke orang tua, waktu itu orang tua saya masih di Muara Bungo Jambi. Bahkan sampai menikah pun lebarannya masih di dekat ayah dan ibu. Sampai lebaran 2019 kemarn masih bersama keluarga saya.

    Mudik ke Mertua gak pernah pas lebaran.. karena tiket nya jadi tambah mihil pas lebaran hehehe.

    tapi ada isu suami bakalan di pindahkan ke pulau lain, yang sepertinya akan sedikit berpikir untuk mudik.
    semoga dikasi rezeki biar bisa terus berlebaran bersama ibu saya.

    BalasHapus
  19. Memang agak-agak piye gitu ya Mbak, memikirkann mudik saat ini. Saat kondisi masih belum jelas.
    Tapi saya juga sudah minta izin tidak pulang. Tabungan kami sudah terkuras saat pembatasan ini

    BalasHapus
  20. Sabar Mbak Dian. Berat banget rasanya. Ini ibu, bapak, dan adik juga nggak mudik.Aku jadi lebaran ama anak2 aja di rumah. Semoga saja nanti pas mau kenaikan kelas Covid berlalu dan bisa kunjung ke Cirebon. Sekalian jalan2. Heheheh

    BalasHapus
  21. Insya Allah bisa ya mba menjalani masa-masa ini dengan tidak mudik. Kondisi sedang tidak memungkinkan untuk pergi-pergi gini. Pasti semua juga bakalan maklum. Semoga saja wabah ini segera berlalu dan kita bisa kembali berkumpul dengan keluarga besar.

    BalasHapus
  22. Saya pun sedih ga bisa mudik
    Tapi apa mau dikata, memang harusnya begitu daripada membuat masalah di kampung halaman apalagi saya dari Zona Merah

    BalasHapus
  23. kudu ikhlaaaas ga mudik tahun ini. Meski berharap bisa tetap mudik kalau kondisi memungkinkan, ya. Aku udah izin ibuku buat ga mudik. Trus palingan nanti video call aja rame-rame supaya tetap terjalin silaturrahim.

    BalasHapus
  24. Sedih banget akuuu bacanya. Tahun ini aku juga ngga mudik. Tapi buat situasi seperti sekarang, ngga mudik adalah salah satu bukti cinta kita terhadap keluarga kita:')

    BalasHapus
  25. Alhamdulillah msh ada org tua yang sehat. Saat ini cara mengungkapkan kasih sayang ke ortu dgn tidak mengunjunginya, semoga semua sehat2 ya

    BalasHapus