Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Buku: A Female Rider's Diary

"Sendiri. Tak Berarti sepi. Sendiri. Bukan berarti tak berani. Sendiri. Tetaplah menginspirasi." (Denik)


A Female Rider's Diary, sebuah buku karya Denik, seorang penulis perempuan yang unik. Buku yang menceritakan kisah perjalanan penulis dari Jakarta (tepatnya Tangerang - kota tempat tinggalnya), sampai ke Surabaya dengan menggunakan kendaraan roda dua. Yang menarik, Denik melakukannya sendiri saja, tanpa teman, hanya berbekal perlengkapan secukupnya dan tanpa pengetahuan yang cukup perihal kendaraan. 


A Female Rider's Diary


Bermodal niat dan tekad kuat serta keyakinan "aku bisa" yang didukung doa restu almarhum Ibunya, ia tempuh rute sepanjang itu dengan kondisi motor yang bisa disebut parah. Di perjalanan ia tak hanya bisa bersilaturahmi ke rumah sepupu dan teman, menjumpai kawan baru, mencicipi kuliner setempat, menyinggahi berbagai lokasi menarik dan bahkan bisa bertandang ke tempat tinggal penulis idolanya, Ahmad Tohari. 

Kesemuanya diceritakan dengan runut yang kadang membuat kita terheran, berhias senyuman pun jadi penasaran. Sebuah kisah yang sungguh menginspirasi, sesuai yang disampaikannya di pengantar cerita: "Bahwa sendiri, tak berarti sepi. Meski sendiri, tetaplah memberi arti!" (hal 8)

Termotivasi oleh Buku A Female Rider's Diary


Mbak Denik, begitu saya biasa memanggil penulis yang di keseharian identik dengan kebaya dan kain Nusantara ini. Sosok yang penuh energi yang kadang bikin saya nyaris enggak percaya dengan apa yang telah dilakukannya. Betapa tidak, ia pernah menjelajah dengan sepedanya (dengan tetap berkain dan kebaya) ke Bogor, Jakarta, Tangerang bahkan nggowes juga keman-mana saat di Lampung. Di mana petualangannya itu dirangkum dalam buku "Ketika Srikandi Bersepeda."

Tak hanya itu, Mbak Denik juga menemui tokoh panutannya, tokoh seniman, penulis, penyanyi dan kepala daerah, dengan didampingi sepeda, berjuang dengan segala cara bahkan sampai harus menempuh jarak yang jauh. Dan kerennya, kisah inspiratif ini pun dibagikan dalam buku 'Bersepeda ke Hatinya"

Nah, tak kalah menarik dari kedua karya terdahulu, di buku "A Female Rider's Diary", Mbak Denik juga membagikan banyak hal positif di buku setebal 172 halaman ini. Semangat dan tekad yang warbiyasa, ketangguhan dan kekuatan menghadapi cobaan, keberanian mengambil keputusan, menjunjung tinggi tali silaturahmi, kesetiakawanan yang tak terbantahkan....dan masih banyak pesan moral yang bisa kita temukan.

Hal yang memikat lainnya, ada quote-quote penyemangat yang disertakan saat pergantian bab di bukunya. Berdampingan dengan foto yang diambil di sepanjang perjalanan dan sejarah tempat ia singgah yang menambah makin ketjee kisahnya.

Oia, hebatnya lagi dari buku ini, kita juga jadi tahu rute yang ditempuh jika memakai roda dua dari Tangerang ke Surabaya itu lewat mana saja. Mungkin bagi orang Jawa Timur (seperti saya) itu hal umum mengingat ini rute mudik (non jalan tol) saya. Tapi bagi yang belum pernah pasti jadi wawasan baru. Apalagi di buku disertakan juga total biaya yang dikeluarkan pada saat itu (Idul fitri tahun 2016) yakni sebesar Rp 1.161.500 serta peta wilayah dan daftar kota di rute yang ditempuh.

Speechless beneran deh saya baca kisah perjalanan Mbak Denik, sendirian, berkendara roda dua, menempuh perjalanan sejauh itu pula. Enggak heran, sepupunya yang disinggahi di Banyumas, di tengah keterkejutannya berucap, "Arek gendeng! Aku pikir kamu bercanda. Ternyata betulan sudah di sini. Sendirian, naik motor pula. Dasar gendeng!"(hal 70)


Review Buku: A Female Rider's Diary


Tentang Buku A Female Rider's Diary


Judul Buku: A Female Rider's Diary
Penulis: Denik
Penerbit: Azizah Publishing
Cetakan: Pertama (Des 2020)
Halaman: 172
Editor: R. Azizah
Desain Sampul: Miftahuddin Al-Afasyh
ISBN: 978-623-6912-13-3
Harga: Rp 65.000 (langsung beli ke penulisnya)


Kata Mereka

"Jika dalam kisah pewayangan ada Srikandi, prajurit perempuan yang pemberani. Lalu pada era kesultanan Mataram kita mengenal Pandhansari, Senopati wanita yang tangguh. Maka Denik layak mewakili keduanya. Buku ini membeberkan bagaimana keberanian dan ketangguhan Denik dalam menempuh perjalanan maha menantang. Dari Jakarta hingga Surabaya sendirian. Bermodal sepeda motor matic. Tanpa pengawalan. Dan enjoy. Wow!" (Heru Sang Amurwabumi, Karyawan dan Penulis Emerjing Indonesia Ubud Writer Festival 2019 asal Nganjuk)

"Mbak Denik itu wanita paling kece yang pernah saya temui. Jauh-jauh dari Jakarta ke Pati motoran pakai jarik pula. Luar biasa sekali. Bahkan teman-teman saya tidak percaya kalau saya punya teman sekeren Mbak denik. Dia itu orangnya ramah sekali. Rasanya yang muda ini kok ya kalah gitu ya sama Mbak Denik. Sukses ya Mbak. Semangatmu menginspirasi banyak perempuan. Semoga Allah selalu melindungimu." (April Cahaya, Karyawati dan Penulis asal Pati)


Buku: A Female Rider's Diary



Tentang Penulis

Denik, mantan guru TK yang kemudian memilih menjadi guru les privat dan pekerjaan freelance lain. Alumni The Writer's Workshop yang diselenggarakan oleh Aksara Institute dan alumni Bimtek Penulis Sejarah Kemendikbud ini menyukai kebaya dan kain Nusantara. Dengan berkain dan kebaya ia tetap bisa melakukan hobinya berpetualang dan traveling. Dan bersama seorang kawan yang juga sama-sama menyukai kebaya, cerita perjalanan itu dituangkan dalam buku duet berjudul Backpacker With Kebaya.

Hobinya bersepeda, berenang dan berkebun. Dari hobi bersepeda terbitlah sebuah buku solo dengan judul Ketika Srikandi Bersepeda (Gong Publishing) dan Bersepeda ke Hatinya (Ellunar Publisher). Buku Ketika Srikandi Bersepeda bahkan telah dibedah oleh Dewan Kesenian Tangerang. Buku lainnya dirilis secara keroyokan seperti Love asta (Gong Publised), Definisis Cinta (Perahu Literasi), Ode to Roy (Epigraf), Its Me (Ellunar Publishing) dan Sinema Indonesia, Apa Kabar? (Lovrinz Publishing)

Denik mengawali dunia tulis menulis dari majalah sekolah dan majalah remaja. Lalu berlanjut dengan menulis di blog. Beberapa tulisan di blog bahkan pernah memenangi kompetisis blog yang diselenggarakan oleh Rumah Blogger Indonesia (RBI), Gramedia Blogger Competition, Blogger Muslimah, Fiksisna Community dan KOMiK Kompasiana.

Denik yang tinggal di Tangerang ini bisa dihubungi melalui email: denik.erni@gmail.com dan follow IG: @Denik Erni serta Facebook: Denik atau bisa juga mengintip coretannya di blog:

  • https://catatandenik13.blogspot.com 
  • https://jejakdara.blogspot.com
  • https://www.kompasiana.com/denik13

Jadi, Buku A Female Rider's Diary Ini...,


menarik sekali buat dibaca meski ada sedikit ganjelan sih yaa, karena sama sekali enggak menceritakan gimana kisah perjalanan pulangnya ke Tangerang. Apakah menempuh rute yang sama, mampir-mampir jugakah ke tempat teman/saudara atau bagaimana. Apakah masih naik motor atau kendaraan ditinggal mengingat di Surabaya disebutkan selain silaturahmi dalam rangka Idul Fitri juga ada kepentingan. Enggak ngeh juga saya.. Hm, tapi siapa tahu bakal dijadikan buku baru ya?

Yang pasti dari buku ini saya benar-benar belajar banyak hal, diantaranya seperti yang dituliskan Mbak Denik, 
"Hidup harus dirayakan dengan kegairahan dan semangat yang menyala. Hidup tidak melulu cuma harta, status dan kehormatan. Karena banyak hal yang akan kita peroleh dari sebuah perjalanan."(hal 15)


Nah, gimana kalau teman-teman, sejauh apa pernah berkendara roda dua? Apakah sendirian atau ada temannya? Kalau saya motoran sendiri dari Denpasar ke Tabanan bolak-balik saat KKN, atau di kesempatan lain paling sejauh 1-2 kota saja. Selebihnya pernah agak jauh tapi perginya rombongan sama teman atau saat sudah menikah dengan suami. Jadi belum pernah kayak Mbak Denik ini yang total menempuh jarak sekitar 800 km!!💖 


Revie Buku Denik
foto saya dengan penulis bersama buku sebelumnya


Selamat Membaca

signature-fonts

Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

30 komentar untuk "Review Buku: A Female Rider's Diary"

  1. Aku speechless kak, pas tau mba Denik ini sepedaan dari Tangerang ke Surabaya. Benar-benar waw banget. Apalagi melewati jalur yang bisa dibilang, bukan jalur cepat kan. Tapi, bener juga ya, selama perjalanan bisa sekalian menikmati pemandangan dan menikmati perjalanan. Dan pastinya anti kena macet juga ya. Keren beneran pengalaman mba Denik ini. - Ipeh

    BalasHapus
  2. Wow,,, dari Jakarta ke Pati motoran pake jarik? Yuni saja yang dari Madura ke Jember motoran pake gamis berasa banget capeknya. Secara kan pake jarik itu lebih ketat ketimbang gamis yang lebih longgar.

    Tapi emang sih, jarik/kebaya itu seharusnya bukan menjadi penghalang jika kita ingin berpetualang.

    BalasHapus
  3. Uwow! Aku gedeg-gedeg baca review ini loh Mba Dian. Kebayang lahyaw jalan ratusan km naik motor, dewekan pulak! Waw.. itu antara nekat dan niat sih kalo kubilang. Dan udah pasti aku nggak akan berani melakukannya hahaha. Salut buat Mba Denik, warbyasaak energi dan nyalinya. Empat jempol buat perempuan pemberani seperti beliau.

    Bukunya pasti seinspiratif penulisnya ya.. cuss ah aku mau melipir ke kontaknya. Maturnuwun Mba Dian

    BalasHapus
  4. pemberani sekali ya mbak Denik ini. Pasti staminanya luar biasa. Naik motor, apalagi jarak jauh, butuh fisik yang kuat. Kendalanya selain panas, hujan, badan pegal, adalah ngantuk... Salut deh! Makasih mbak Dian sudah mereview buku yang keren ini

    BalasHapus
  5. Udah kebayang serunya perjalanan pake motor, pernah aku alami juga. Mudik dari Cilegon ke Bandung pake motor... Seru biarpun badan berasa ringsek, hahaha

    BalasHapus
  6. Waaw penulisnya menarik sekali profilnya. Bukunya pasti juga menarik.
    Keren pengalamannya. Apalagi pas sepedaan pakai jarik itu. Jaraknya jauh pula.
    Sendiri tak berarti sepi. Sendiri.tetap menginspirasi..quote yang indah dan bermakna skalii

    BalasHapus
  7. Wah, tersandung akuh Mba. Eh, tersanjung... hehehe. Terima kasih loh Mba atas ulasannya. Matur suwun sanget ngih.

    BalasHapus
  8. Mbak Denik ini orang yang luar biasa keren ya, jadi makin penasaran pengen baca bukunya. Pasti banyak pengalaman dan banyak memberikan inspirasi bagi para pembacanya, salut mbak Denik

    BalasHapus
  9. Dari membaca review Mbak Dian saja, aku sudah terpukau sama sosok Mbak Denik. Luar biasa sekali melakukan perjalanan dengan motor dan sepeda ke kota-kota yang boleh dibilang jauh lah. Apalagi aku merasa punya spirit yang sama bahwa hidup adalah sebuah perayaan.

    BalasHapus
  10. Buku yang ditulis oleh seorang traveler biasanya membelajarkan, apalagi kalau penulisnya mampu mendalami makna dalam perjalanannya. Oya, saya bingung di bagian ini, Mbak: didukung doa restu almarhum Ibunya. Maksudnya gimana? Ibunya sudah meninggal, doa restunya sebelum ibundanya meninggal?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sudah minta izin melakukan perjalanan dan diizinkan. Tapi pada saat perjalanan dilakukan Ibundanya sudah meninggal

      Hapus
  11. ya ampun keren banget mbak Denik ini.. ikutan merinding dan kecipratan energi positifnya :)
    sepakat sama mbak Dian, aku juga suka dengan kalimat mbak Denik yg mbak Dian kutip halaman 15 :D kl hidup butuh dirayakan :)

    BalasHapus
  12. Mbak Denik ini pernah mengisi materi pas aku baru gabung di komunitas ODOP. Masha Allah ya ternyata beliau perempuan yang menginspirasi sekali. Jadi ingin baca bukunya.

    BalasHapus
  13. Keren emang Kompasianer yg satu ini. Selain unik juga karyanya bikin kita terpukau.

    Iya itu salut kalau pakai kebaya naik motor jarak jauhnya hehehe

    BalasHapus
  14. "Sendiri. Tak Berarti sepi. Sendiri. Bukan berarti tak berani. Sendiri. Tetaplah menginspirasi." (Denik)

    Kata pembuka yang menarik. Sangat menginsipriasi sekali. Ada energi yang berbeda yang mengalir

    BalasHapus
  15. Mba Denik ini hijaber? Masya Allah, super sekali motoran ke Surabaya sendiri. Kelihatan banget Mba Denik menikmati perjalanannya, nyaris tak ada yang tak tersinggahi, khususnya saudara dan handai taulan. Pastinya buku ini bakal menjadi catatan sejarah buat Mba Denik.

    BalasHapus
  16. Merinding aku baca cerita tentang mba Denik ini Mba Dian..
    Beneran "gendeng" membuat perjalanan sendiri. Hihi langsung teringat kalo aku suka naik motor tapi gak juga sampe sejauh itu mba.. hahaha
    Pengen baca bukunya jadinya. Pengen tau gimana rasanya rute yang dilalui. Apakah ada lewat hutan-hutan yang menyeramkan seperti yang sering kubaca ceritanya di Medsos.

    BalasHapus
  17. Mbak Denik ni nggak cuma "gila" dalam hal bersepeda. Tapi juga dalam hal blogging. Bisa-bisanya eh Mbak Denik ini rutin nulis tiap hari di berbagai blog dan berbagai macam tema. Mantap banget eh~

    BalasHapus
  18. MasyaAllah kayak pernah tau beliau ini deeh :) Jadi penasaran pengen ikut baca bukunyaaa

    BalasHapus
  19. bener-bener menginspirasi tulisannya. learning point yang saya dapat salah satunya adalah soal kegigihan dan kebahagiaan. kalau kita melakukannya karena hati akan selalu bahagia ya. kalau kita sudah cinta dengan sesuatu memang pastinya lebih menyenangkan ya melakukannya

    BalasHapus
  20. Wah, menarik ide bukunya. Padahal sederhana, tapi bikin mulut ternganga saat membaca. Kereen bener deh mbak Denik. Aku kok sejak jadi emak, udah malas naik motor sendiri. Bahkan bonceng lama2 pun udah pegel rasanya.

    BalasHapus
  21. Wih salut ternyata mba Denik tuh rider toh, keren sih nih ceritanya ku jadi penasaran sih pengen baca cerita lengkapnya di bukunya mba

    BalasHapus
  22. Wah aku kenal sosok ini juga
    Senang lihatnya inspiratif dimana mana
    Mau seperti beliau tapi aku merasa useless aja ini

    BalasHapus
  23. Kerennya si mbak penulis ini, menjelajah dunia dengan bersepeda. Menjadi sesuatu yang langka sih kalau jaraknya jauh2 gini. Biasanya kan hanya untuk sekedar hobi, ini mah bener2 sudah dilakukan karena hobi dan cinta.

    BalasHapus
  24. Uwaaah nama tempat tinggalku, Banyumas disebut! :D

    Banyak yang bilang kalau pengalaman paling mengesankan dan kadang mengubah cara pandang adl melalui perjalanan yang panjang. Rasanya jadi semacam ada makna baru, memaknai kembali, dan lainnya.

    Aku penasaran sama perjalanannya melalui buku ini, kalau baca langsung pasti exciteeed :D

    BalasHapus
  25. kereeen nih :) perjalanan memang bisa ngasih pelajaran ttg banyak hal ya :) luar biasa nih hehe

    BalasHapus
  26. Salut sekali dengan keberanian mba denik ini loh mba Dian.
    Bersepeda menyusuri jalan.
    Dan mba Dian pun berhasil menggugah lewat review yang benar-benar ciamik

    BalasHapus