Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengunjungi Domba Coffee Bali

Dalam sesi kunjungan UMKM pada training Retirement Readiness (PMPK) yang saya dan suami ikuti, selain ke Bali Ayu Nature, kami juga mengunjungi Domba Coffee, sebuah UMKM Artisan Coffee Roaster dan Eksportir di Bali yang berlokasi di Jln. Mertanadi II No. 77 Abian Base, Kuta, Bali.

Kunjungan yang ditujukan untuk menambah wawasan dan inspirasi langsung dari praktisi ini melengkapi training PMPK (Pembekalan Masa Purna Karya) yang diselenggarakan oleh kantor tempat suami saya bekerja, yang berlangsung selama 5 hari di The Patra Bali Resort & Villas pada 19 - 23 Mei 2025. 

Memang training yang menyasar pekerja (bersama pasangannya) dari unit usaha di seluruh Indonesia, jelang 1-5 tahun masa purna karya mereka ini, tak hanya diisi dengan sesi berbagi ilmu dan diskusi dengan para ahli, tapi juga ada kunjungan ke UMKM untuk mendapatkan insight terkait bisnis yang ingin ditekuni pasca pensiun nanti.

Salah satunya, Domba Coffee, UMKM yang memulai usaha dari mesin pemanggang kopi manual sederhana dengan 50 kg biji kopi hijau pada 1998, yang saat ini telah berkembang menjadi 20 ton kapasitas produksi setiap bulan!!

Domba Coffe Bali

Tentang Domba Coffee

Kunjungan ke Domba Coffee ini sungguh bikin saya hepiiiii, sebab saya dan suami adalah penikmat kopi.

Kami jadi bertambah ilmu tentang perkopian yang dibagikan langsung oleh pelaku usaha dengan pengalaman lebih dari 20 tahun, yang memulai bisnisnya dari skala mikro hingga menjadi perusahaan menengah di Bali. 

Berada di jantung Kuta, Bali dan menempati area seluas 2.300 m², Domba Coffee didirikan oleh Charles Huang yang memulai kariernya di bidang pariwisata sebagai pemandu wisata. Karena alasan kesehatan yang membuat ia tak bisa aktif lagi bekerja, ia terinspirasi untuk memperkenalkan kopi berkualitas baik kepada tamu-tamunya. 

Berbekal "the power of kepepet", Pak Charles mencoba ide usaha kopi, hasil dari bisikan doa - kopi dengan nama 'domba'. Dengan memanggang biji kopi di rumah dan menjualnya dalam kemasan sederhana kepada tamu-tamunya, hingga bisa memiliki tempat produksi sendiri di Nusa Dua yang di kemudian hari pindah ke Kuta.

Dengan mempekerjakan penduduk di sekitar lingkungan (kebanyakan perempuan), Domba Coffee terus berkembang tak hanya memproduksi kopi, tapi juga memiliki aneka varian teh dan kakao/coklat. Tak itu saja Domba Coffee juga menawarkan layanan konsultasi untuk kedai kopi yang sedang berkembang dan mendistribusikan produk terbaiknya untuk hotel, restoran, dan kedai kopi di Indonesia dan mancanegara.

Sungguh perjuangan panjang sebuah usaha yang patut untuk diteladani oleh para pemula!

Menggunakan 4 minibus, sore itu rombongan PMPK sampai di Domba Coffee Factory dan disambut oleh istri owner-nya (maafkan saya lupa siapa nama Beliau, kita sebut Bu Charles Huang saja ya...). 

Nah, Bu Charles mengajak kami berkeliling di lokasi pabrik dengan sekitar 30 pekerja. Melalui gudang berisi karung tumpukan kopi, mesin tempat penggilingan, lalu menuju ruang presentasi, dengan ditemani aroma kopi di sekitar area yang beneran menggoda.

Wangi kopiiii....! 

Sembari bercerita soal awal mula usaha sekaligus tanya jawab dengan peserta, kami disuguhi 2 varian kopi - dalam jeda waktu, beserta air putih sebagai penetralnya.

Mencicipi kesegaran kopi murni di ruangan yang dipenuhi wanginya aroma salah satu komoditas dunia yang dibudidayakan di lebih dari 50 negara, plus obrolan hangat tentang kopi Nusantara..., sungguh momen yang istimewa!




Belajar Soal Kopi di Domba Coffee Bali

Domba Coffee yang merupakan UMKM binaan Pelindo ini menawarkan berbagai varian kopi. Semua produk menggunakan biji kopi pilihan serta diolah secara tepat dan cermat, sehingga dihasilkan rasa dan aroma kopi yang nikmat.

Salah satu produk Domba Coffee adalah jenis peaberry atau kopi lanang yang hanya memiliki satu biji kopi di dalam buahnya, berbeda dengan kopi biasa yang berbiji dua. Bentuk biji kopi lanang ini lebih bulat dan padat, tidak sama dengan kopi biasa yang cenderung pipih dengan sisi rata. 

Bentuk yang berpengaruh pada rasa yang lebih pekat dan aroma kopi yang lebih kuat, yang membuat kopi yang bisa dibilang 'cacat' ini harganya lebih mahal karena produksi yang lebih sedikit dengan kualitas yang dianggap lebih baik karena semua nutrisi terkonsentrasi dalam satu biji.

Oh ya, biar tahu bedanya, kami diminta mencoba kedua jenis kopi ini, kopi lanang dan kopi biasa tanpa diberi tahu lebih dulu yang mana. Dan, beberapa peserta berhasil menebaknya!

Kemudian, mungkin di antara teman-teman pernah mengalami saat minum kopi A, asam lambung langsung naik, sementara kalau minum kopi B kok aman-aman saja lambungnya...bisa gitu ya, ..

Well, bisa jadi kopi A dan B tadi berbeda jenisnya, yang A adalah kopi robusta sedangkan yang B adalah arabika. 

Ya, kopi arabika biasanya lebih aman untuk lambung dibandingkan kopi robusta karena memiliki tingkat kafein dan keasaman yang lebih rendah. Meski, tergantung juga karena sensitivitas lambung setiap orang berbeda, jadi penting untuk memperhatikan bagaimana tubuh bereaksi terhadap jenis kopinya.

Arabika lebih diminati pecinta kopi karena rasa dan aromanya yang kompleks, dengan beragam rasa seperti buah-buahan, kacang-kacangan, dan bunga, dengan aroma yang halus. Sedangkan robusta dihargai karena kandungan kafein yang tinggi dan rasa pahit  dengan aroma yang lebih kuat.

Oh ya arabika juga lebih sulit dibudidayakan dan membutuhkan perawatan yang lebih sulit dibandingkan robusta. Ini membuat harga kopi arabika lebih mahal karena perawatannya lebih rumit dengan hasil panen yang lebih rendah. Sedangkan kopi robusta lebih murah sebab lebih mudah ditanam dan hasil panennya lebih tinggi.



Domba Coffee: Kopi, Teh, Coklat...Semua Ada!


Well, mau arabika atau robusta, Domba Coffee menyediakan kopinya. Baik dalam bentuk kopi bubuk atau biji kopi, tinggal pilih yang mana karena pilihan jenis kopi tetap tergantung pada preferensi pribadi.

Seperti saya dan suami yang lebih pilih arabika dan dalam bentuk biji kopi karena di rumah ada mesin penggiling kopi. Sebab wangi kopi yang digiling dadakan baru diseduh kemudian, bagi saya tuh sungguh istimewaaa...

Karenanya, saat pulang saya dan suami tak lupa membeli beberapa pack kopi produksi Domba Coffee, juga teh dan varian coklatnya. (Oh ya, di sini tidak ada coffe shop ya, adanya galeri/toko produk saja)

Di antaranya kami membeli: Bali Golden Peaberry Rp 225.000/225 gram, Bali Golden Blend Rp 150.000/225 gram, Volcano Arabica Rp 200.000/225 gram, Silver Needle White Tea Rp 110.000/20 gram, Black Tea Rp 90.000/50 gram, dan Cocoa Pure Powder Rp 130.000/180 gram.

Kalau begini lengkap deh oleh-oleh buat serumah, kopi buat bapak (dan ibu), teh buat ibu dan coklat buat anak-anak.

Akhirnya kami rombongan peserta Pembekalan Masa Purna Karya pun melanjutkan perjalanan, meninggalkan UMKM Domba Coffee yang penuh inspirasi.

Senada dengan quotes yang ada di kemasan salah satu produknya: 
"Sejak tahun 1998, Domba Coffee mengerti bahwa secangkir kopi nikmat akan mencerahkan hari Anda. Disangrai sepenuh hati di Kuta, Bali. Setiap cangkir Domba Coffee ada kerja keras dari petani dan komunitas lainnya. Komitmen kami untuk menciptakan ekosistem yang sehat serta kesejahteraan untuk masyarakat yang kami layani."

Nah, buat teman-teman yang ingin mencoba produk-produk Domba Coffee Bali silakan beli langsung ke sini atau ke official shop-nya yang ada di marketplace kesayanganmu ya. 

Mari kita semua dukung UMKM yang memiliki peran penting dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia!💖


Domba Coffee Factory
Jl. Mertanadi II Br. Abianbase No.77, Kuta, Bali
IG @dombacoffee | http://domba.coffee/  
WA +62 85100421164
domba_coffee@yahoo.com




Salam Semangat

Dian Restu Agustina





Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

14 komentar untuk "Mengunjungi Domba Coffee Bali"

  1. Wangi kopi, saya suka banget itu. Secara natural berasa berada di kebun, cabut rumput, lalu pas bakar sampahnya ada biji kopi jatuh kering ikut terbakar, seperti itu wanginya bikin lapar. Hehehe bikin haus kali ya?

    Tapi masalahnya saya tidak minum kopi. Baik robusta maupun arabica tetap bikin saya suka nyeri ulu hati setelah mencicipi nya. Abis itu kapok deh minum kopi. Cuma menghirup wanginya aja

    Tapi saya sangat dukung UMKM yang memiliki peran penting dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Jadi salut sama Pak Charles dan Istri. Semoga usahanya menginspirasi yg lain ya

    BalasHapus
  2. Lha kirain jualan olahan domba, selain pelbagai minuman
    Ternyata bukan, Domba Coffee lebih mengutamakan sensasi minuman kopi
    Jadi penasaran alasan dinamakan "domba" karena baru aja menyimak podcast tentang olahan kambing yang berbeda dengan olahan domba

    BalasHapus
  3. MashaAllaa.. nikmatnyaa..
    Aku sebenernya gak tau bedanya kopi yang baru digiling sama kopi yang disimpen.
    Rasanyaa.. lidahku baru bisa bedain antara kopi sachet ama kopi asli. Fresh gitu rasanya kan yaa... dan ada sensasi pait-paitnya gituu..

    Kopi Indonesia memang se-kaya ituuu rasanya yaa..
    Alhamdulillah kalau ngolahnya bener, gajadi aslam yaa..

    BalasHapus
  4. Meski ngga bisa minum kopi, tapi aku penyuka aromanya.
    Bahkan aroma pas masih digiling aja aku suka apalagi kopi yang udah jadi.
    Sayang kondisi jantung dan lambung yang ngga bisa nerima kopi jadi bikin aku hanya bisa ngeteh atau paling aman lemon tea kalo kebetulan nongkrong di kafe :D

    BalasHapus
  5. wow, walau bisa dibilang industri rumahan, tapi kapasitas produksi di Domba coffee sudah mencapai 20 ton per bulan.
    Oh, baru tahu saya kenapa ada kopi yang dinamai kopi lanang, ternyata karena cuma ada 1 biji di dalamnya.

    BalasHapus
  6. Senangnya kantor suami mengadakan kegiatan menjelang purna karya yang bermanfaat begini ya mbak. Siapa tahu selepas pensiun jadi usahawan yang sukses di bidang yang diminati.

    Btw, saya penasaran dengan filosofi pemilihan nama Domba Coffre untuk produk kopi oleh pak Charles Huang

    BalasHapus
  7. Wah! Ada kopi lanang, ya. Suami saya kayaknya bakal suka kalau ke sana. Dia penggemar kopi lanang. Kalau berkesempatan ke Bali, kayaknya harus ke sana nih

    BalasHapus
  8. Wah bagus mbak ada pembekalan kyk gini jadi bisa mendapat inspirasi seandainya pensiun mau usaha apa ya supaya senantiasa produktif.
    Usaha kopi ini juga ok banget, aku belakangan kepikiran juga buat usaha kopi rumahan gitu hehe tapi belum kesampaian. Rencana mau ngumpulin modal dulu.
    Setuju kopi yang digiling sendiri tu wanginya beda dan lebih nikmat belakangan kami juga menikmatinya tanpa gula. Makin ke sini udah gk terlalu suka yang creamy2 hehe

    BalasHapus
  9. Wah bagus mbak ada pembekalan kyk gini jadi bisa mendapat inspirasi seandainya pensiun mau usaha apa ya supaya senantiasa produktif.
    Usaha kopi ini juga ok banget, aku belakangan kepikiran juga buat usaha kopi rumahan gitu hehe tapi belum kesampaian. Rencana mau ngumpulin modal dulu.
    Setuju kopi yang digiling sendiri tu wanginya beda dan lebih nikmat belakangan kami juga menikmatinya tanpa gula. Makin ke sini udah gk terlalu suka yang creamy2 hehe

    BalasHapus
  10. Sejak menyukai kopi tapi sering kecele karena perut suka bermasalah, akhirnya aku juga belajar memilah kopi, hehe. Apalagi suami juga sekarang minumnya kopi giling. Sempat kepikiran apa buka usaha kopi juga ya, seperti Domba Kopi begini, haha mengkhayal aja dulu deh

    BalasHapus
  11. Ya ampun.. gemes amat nama coffee shopnya. Domba banget gak tuh. Hahaha. Noted. Kapan-kapan kalau ke Bali, dan sempat ke daerah Kuta, mau ah icip-icip sajian kopinya di sini

    BalasHapus
  12. Namanya menggelitik sekali. Koq Domba ya? Hehe.. Memang ada Domba doyan kopi? Eh gimana sih, jadi penasaran mau nyobain kaaan

    BalasHapus
  13. Domba Coffee Bali dari namanya unik banget ya. pengalaman ngopi dengan Kualitas kopi yang prima. Bakalan jadi destinasi wajib bagi pecinta kopi yang mencari ketenangan.

    BalasHapus