Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saya dan Puisi


Jauh sebelum mengenal blog, saya terlebih dulu menulis fiksi, khususnya cerpen dan puisi. Enggak pernah belajar secara serius sih, hanya corat-coret mengikuti kata hati yang lagi pedih #eaaa. 

Nah, berhubung di tengah kegabutan saat buka-buka file lama nemu beberapa, saya pindahin ke blog saja cerpen dan puisinya. Sehingga tersimpan dan sewaktu-waktu mau dibaca tinggal buka.

So, enjoy it!!

Saya dan Puisi


Secangkir Kopi Damai Untuk Dunia


Mau tahu resep secangkir Kopi Damai saya?
Pertama, saya ambil cangkir porselen buatan Cina
Lalu satu sendok kopi Toraja dan gula pasir Jawa sesuai selera
Kemudian siram air panas yang dididihkan dengan gas dari pulau Sumatera

Kopi Damai, saya nikmati dengan pisang goreng Pontianak
Atau sepotong lumpia Semarang yang enak
Bisa juga sekerat bika Ambon yang legitnya,… alamak!
Lalu, duduk di kursi rotan Kalimantan sambil melamun sejenak

Jika tak sempat, saya nikmati Kopi Damai di kedai kopi waralaba dari Amerika
Saya suka espresso atau cappuccino yang bercita rasa Italia
Bersanding dengan si roti keong croissant Perancis
Meski, saat bayar pakai Rupiah hati saya meringis

Kadang, malam hari saya ngopi di warung kopi Bang Rojali
Bareng sama Mas Eko, Bang Bonar, Koko Tan, Bli Made dan Uda Ramli
Kami akan bicara tentang emas Papua sampai berita kuota haji dari Arab Saudi
Tak lupa pula membahas riuhnya liga Inggris dan carut marutnya PSSI

Obrolan kami kadang memanas bagai suhu gurun pasir Sahara
Lain waktu adem meski tak sedingin suasana Kanada
Banyak tawa membahana serasa mati ketawa ala Rusia
Atau muka melara saat bicara tentang korban sipil di Syria

Saya bermimpi dunia bisa sedamai secangkir kopi saya
Manusia berteman dengan nyaman bagai kopi dengan camilannya
Setiap orang bermitra, sama seperti kopi yang bisa dinikmati bersama siapa saja
Tanpa memandang beda, layaknya kopi yang enak diminum dimana-mana

Tidakkah kamu ingin hidupmu tenang nan tenteram?
Tidak bisakah kamu menghormati sesama karena kita semua berbagi dunia?
Dapatkah kamu hindari kata-kata yang akan menyakiti hati yang lainnya?
Sanggupkah kamu jauhi perang opini yang tak memenangkan siapapun juga?

Damai itu bukan sekedar kata tapi juga dalam rupa
Percuma koar-koar “Ayo, ciptakan perdamaian dunia!” jika di mulut saja
Sia-sia hafal kitab suci jika masih memaki saudara sebangsa
Sayang jauh-jauh belajar ke negeri orang, tapi hobi menyebarkan hasutan kebencian belaka

Cobalah sesaat renungkan apa tujuan hidupmu
Apakah peperangan fisik dan mental dengan banyak korban akan memuaskanmu?
Mungkinkah senyum yang mengembang di berbagai belahan dunia tak ada dalam mimpimu?
Tidakkah kehidupan yang aman sentosa menjadi angan-anganmu?

Ah, kurasa kamu perlu mendamaikan hati dan pikiranmu dulu
Dan, sepertinya kamu perlu minum secangkir Kopi Damaiku


Bumi Memanggilmu


Bumi ini cuma satu-satunya
Ia bukanlah punyaku, atau milikmu, bukan pula kepunyaan mereka 
Bumi juga bukan warisan dari nenek moyang
Melainkan pinjaman dari anak cucu tersayang

Lantas sudahkah kamu menjaga bumi yang tak ada duanya?
Ah, mana bisa! Aku cuma manusia biasa, bukan ahli apa-apa!
Wah, jangan salah! Justru kamulah yang paling berperan
Membuat bumi ini tetap lestari di masa depan

Mulailah dari rumahmu, pisahkan sampah menurut jenisnya
Sisihkan sampah organik dan jadikan kompos penyubur tanaman
Gunakan kembali benda, meski dalam fungsi yang berbeda
Pilah sampah untuk di daur ulang menjadi barang baru atau hasil kerajinan

Lalu, berhematlah akan segala sesuatu
Air, bahan bakar minyak, listrik pakailah dengan bijak dan bila perlu
Jika makan jangan sisakan, sayang jika ada makanan yang terbuang 
Hindari barang sekali pakai dan pilih yang bisa digunakan berulang

Saat bepergian kamu bisa berbagi kendaraan dengan teman
Bisa juga naik kendaraan umum atau jalan kaki yang menyehatkan badan
Ingat bawa air minum dan tas daur ulangmu
Hingga tak kau hasilkan sampah yang baru

Oh ya, tanam sendiri sayuranmu di rumah
Hiasi juga lingkunganmu dengan pohon-pohon yang indah
Agar udara dan air bersih jumlahnya tetap berlimpah
Hingga bumi selalu  hijau, nyaman dan indah



Bumiku, Bumimu, Bumi Kita


Buana cedera tersedan-sedan tangisannya membahana
Atas laku hamba yang tak menjaga karunia pun tiada rasa syukurnya
Meski berjuta warsa mendiami bumi tapi sekutil belaka rasa memiliki
Cuma keduk hasil alam serta campakkan kotoran sana-sini

Kini tatkala bentala kian baya, lapuk, remuk dan nyaris ambruk
Apakah insan masih patut diam tak hiraukan isak tangisnya?

Sira bisa bawa tas belanja sendiri agar plastik tak membiak merusak bumi
Situ pilah dulu sampahmu, kurangi, gunakan lagi serta daur kembali
Hasil jagat harus dihemat agar anak cucu nanti ikut jua menikmati
Jika pokok rimba ditebas segera tancap bibit baru lagi

Cintailah pertiwi sepanjang hayat masih melekat di jasad
Relalah awak jalan kaki, bus atau naik kereta api ketimbang pakai tunggangan pribadi
Padamkan pula lentera griya bila tak berguna
Dan, biasakan sangu ransum dari rumah agar tak berlimpah kau buang sampah

Tirta untuk semua manusia, maka gunakan secara seksama
Hijaukan pelataran dan bikin rabuk sorangan
Lindungi satwa pun ayomi habitatnya
Beli pula rakitan dan pangan asal Nusantara

Sudahkah engkau mengerjakan itu semua? Seberapa pedulikah anda pada sang buana?
Mayapada perlu uluran tanganmu! Jagat raya butuh kamu rengkuh!
Ayo singsingkan lengan, tegapkan jalan dan ajak semua kawan!
Selamatkan Bumi tempat kita berpijak ini!
Kalau bukan kamu siapa lagi? Jika bukan sekarang, tunggu kapan?
Karena bumi ini, bumiku, bumimu, bumi kita


Love

signature-fonts
Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

1 komentar untuk "Saya dan Puisi"