Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Puasa Istimewa di Masa Wabah Corona

Tahun 2020 ini, kelak akan menjadi tahun bersejarah, di mana orang akan mengenangnya sebagai tahun corona. Tahun yang berawal dari timbul dan tersebarnya virus corona berjenis Covid-19, yang meski bernama akhir 2019 tapi menimbulkan kehebohan di seluruh dunia pada tahun berikutnya. Tahun di mana anak-anak kelas akhir tidak lagi menjalani Ujian Nasional sebagai syarat kelulusannya. Tahun yang membuat anak-anak bersekolah bersama orangtuanya di rumah. Tahun yang memaksa banyak usaha gulung tikar lantaran tak diperkenankan buka. Tahun yang menyebabkan orang bekerja dari rumah. Tahun yang membuat orang khawatir dan berpikir untuk pergi kemana-mana karena takut terkena penyakitnya. Dan,.... tahun di mana puasa Ramadan tak dihiasi Tarawih serta ibadah dan tradisi Ramadan lainnya yang biasa lekat dengan berkumpul dan silaturahmi. Sungguh, tahun yang berbeda, yang menjalaninya pun berasa istimewa terlebih di bulan puasa.
Suka Duka Puasa di Masa Wabah Corona

Puasa Dulu dan Kini


Tahun-tahun sebelumnya selama bulan puasa, anak-anak saya tetap bersekolah hanya saja disesuaikan jadwalnya. Biasanya mereka masuk sekolah pukul 06.40 (SD) dan 06.45 (SMP). Tapi saat puasa jadwal mundur jadi pukul 07.30. Begitu juga dengan kepulangannya, selepas Zuhur sudah pulang ke rumah. Pelajaran pun tidak diisi dengan mata pelajaran seperti biasanya. Tapi diganti dengan kegiatan Amaliyah Ramadan dengan kegiatan: Dhuha, kultum, tadarus, setoran hafalan, menonton video Islami dan kegiatan bermuatan Ramadan lainnya. Kemudian ada jadwal harian yang mesti dilakukan juga di rumah dengan pendampingan orangtua seperti salat wajib, sunnah, kegiatan buka puasa dan sahur, yang kesemuanya dibuatkan laporan untuk diketahui guru.

Sementara suami saya, saat bulan puasa, masuk kerja seperti biasa, pukul 07.00 pagi. Tapi kalau biasanya pulang jam 16.00, selama Ramadan pulang dimajukan jadi pukul 14.30. Sehingga dengan jadwal ini, diharapkan para pekerja bisa berbuka puasa bersama keluarga di rumahnya.

Kemudian, untuk rutinitas, biasa saya sudah bersiap sejak sore untuk memasak hidangan berbuka. Enggak selalu masak sendiri semua, kadang takjil saya beli di tetangga, makanan utama baru bikin sendiri. Atau sebaliknya ada sayur atau lauk yang beli tapi takjil masak sendiri. Maklum kala Ramadan, biasanya begitu banyak aneka penganan dijual sehingga kita tinggal beli jika tak masak sendiri. Juga lantaran suami, saya atau anak-anak sesekali ada acara buka puasa bersama, jadi enggak berbuka di rumah. 

Lalu setelah berbuka, kami akan salat Tarawih di masjid komplek hingga bisa sebentar bersilaturahmi dengan para tetangga. Lanjut sahur bersama. Benar-benar rutinitas Ramadan yang menyenangkan dan kehadirannya selalu saya rindukan .

Tapi....bulan puasa saat ini, sayangnya semua itu tidak bisa lagi saya jalani lantaran ada Pembatasan Sosial Berskala Besar. Membuat anak-anak berkegiatan Amaliyah Ramadan di rumah juga suami masih bekerja dari rumah. Sehingga kami belajar, bekerja dan beribadah di rumah!

Sedih? 

Pastinya...tapi, ternyata ada banyak sekali hikmah dari kondisi ini!


Hikmah Puasa di Masa Wabah Corona



Ya, begitu banyak hikmah yang saya dapatkan saat berpuasa di bulan istimewa, di masa yang tak biasa ini, yakni:


Makin Banyak Waktu Beribadah Bersama

Ramadan ini saya sekeluarga bisa salat berjamaah di rumah baik salat wajib maupun sunah. Hal yang tak biasa, karena sebelumnya Zuhur (dan kadang Ashar) di hari kerja suami menunaikannya di tempat kerja. Karena corona, salatnya jadi terus bersama, bergantian jadi imamnya. Sehingga melatih anak-anak saya untuk menjadi imam juga. Mengasah hapalan mereka, jadi bonusnya. Pun tadarusan barengan. Sungguh sebuah momen yang bikin kami makin erat sebagai keluarga.


Buka Puasa Selalu Bersama

Sudah jalan 10 hari puasa dan selama itu saya, suami dan kedua anak kami selalu buka puasa bersama. Hal yang tak biasa, karena kadangkala suami ada acara buka puasa bersama, demikian juga saya atau anak-anak ada bukber di sekolahnya. Rasanya bagaimana? Bahagia pastinya!


Lebih Banyak Konsumsi Makanan Buatan Sendiri

Karena corona, maka banyak penjual yang tak lagi menjajakan hidangan khas Ramadan di sepanjang jalan. Selain ada pengawasan dari petugas kelurahan/Satpol PP atau pengurus RT, memang banyak yang enggak berani jualan, karena orang yang pergi ke luar rumah juga enggak seramai biasanya. Yang beli sebagian besar juga menyangsikan kebersihannya terkait virus yang bergentayangan dimana-mana. Alhasil, nyaris tiap hari menu buka/sahurnya adalah masakan sendiri. Bagusnya, kreativitas pun muncul, bikin makanan yang enggak biasa dimasak jadi dibikin sendiri dan enaaak (kwkwkw, dipuji sendiri saja yak...!). Tak hanya itu, kedua anak saya juga jadi unjuk gigi ikut menyiapkannya. Jadi deh, rameee seseruan nyiapin menu bersama-sama!


Amaliyah Ramadan di Rumah

Dulu saat berkegiatan Ramadan di sekolah saya enggak banyak tahu anak-anak ngapain saja. Tapi kini meski dengan keterbatasan yang ada, sekolah masih mengadakan zoom meeting tiap hari, guru melakukan video call untuk setoran hapalan, video kultum yang dilakukan guru secara bergiliran dan anak membuat ringkasan, anak-anak diberi kesempatan menyampaikan kultum secara bergantian....Ah, rasanya tetap sungguh bermakna meski Amaliyah Ramadannya dikerjakan di rumah saja


Well, menunaikan ibadah Ramadan di tengah wabah memang tak mudah. Tapi begitu banyak hikmah yang bisa kita petik karenanya. Maka, daripada terus menyesali keadaan, lebih baik kita lapangkan hati dengan ikhlas menjalani. Insya Allah, ikhtiar dan doa akan membuat pandemi ini segera pergi!

Yuk, selalu semangat dan berusaha tetap sehat! 


#BPNRamadan2020


Salam Bahagia

signature-fonts
Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

1 komentar untuk "Puasa Istimewa di Masa Wabah Corona"

  1. Banyak banget hikmah yang saya juga dapatkan dari pandemi covid-19 ini mba dian, mulai dari sering memasak untuk anak-anak dan suami sampai kegiatan belajar yang selalu menjadi pantauan dan saya temani. MasyaAlloh saya banyak bersyukur meskipun saya juga ingin wabah ini segera berlalu aamiin Ya Alloh.

    Ramadhan tahun ini sangat berbeda namun banyak banget nikmat yang bukan materi yang Alloh berikan untuk saya. Alhamdulillah

    BalasHapus