Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jadi Lebih Baik dengan Berhijrah

Jadi Lebih Baik dengan Berhijrah 

Sesaat saya pandang dari ranjang, tubuh mungil itu tersengal-sengal. Pandangan saya berkaca, mengingat 13 hari antara hidup dan mati perjuangannya. Kekurangan fisiknya di mata manusia yang menurut Sang Maha Pencipta telah sempurna, membuat saya tak sanggup membayangkan kehidupannya di masa depan. Hati rasanya masih tak terima. Mengapa anak pertama yang saat hamil telah dijaga sebaik-baiknya, lahir dengan tak lengkap organnya. Satu hal yang terjadi di luar perkiraan suami dan saya, sebagai pasangan baru yang seharusnya menyambut kelahirannya dengan gembira.



Dan, ketika pandangan saya menajam, sengalan napas itu pun padam. Dia berpulang! Saya tak tahu lagi bagaimana menggambarkan perasaan. Sedih, kecewa, marah..! Berjuta rasa ada! Dan, itu berbumbu rasa kesal pada Allah Sang Maha Pencabut Nyawa, mengapa harus saya?


Butuh waktu untuk menata pecahan hati dan menyusunnya kembali. Dukungan suami (yang sebenarnya juga merasakan kehancuran yang sama), orang tua, sanak saudara, sahabat tercinta...Tanpa mereka semua, mungkin tak jua sembuh luka saya. Beberapa sesi terapi, muhasabah diri dan ribuan ayat yang terpanjat. Hingga membuat penolakan akan kebenaran berbalik menjadi sebuah kekuatan. Kekuatan niat dan tekad untuk jadi lebih baik dengan berhijrah.

Saya yang dulunya tak peduli dengan agama sendiri, mulai membuka diri. Sadar dan tertampar, bahwa ada Allah Yang Maha Besar. Percaya bahwa tidak ada sesuatu pun yang terjadi di dunia ini selain atas izin-Nya. Bila Allah sudah berkehendak maka tidak ada seorang pun yang dapat menolak. Karena sesungguhnya setiap kehendak dan kekuasaan yang Ia takdirkan adalah baik adanya. Saya yakin ada hikmah di balik semua masalah. Saya percaya bahwa bayi saya memang lebih baik berada di surga, daripada nanti harus menjalani segala macam operasi dan terapi.

Tekad untuk jadi lebih baik lagi pun saya awali dengan menutup aurat. Meski bukan hal mudah untuk meyakinkan diri, sementara di lingkungan keluarga besar saat itu tak ada panutan. Tak ada juga jaminan jika saya telah melakukannya pasti saya akan membaik dengan sendirinya. Keputusan yang tentu harus diiringi dengan niat bulat untuk mempelajari segala sendi syariat.
by: Pixabay
Apakah sulit? Pasti! Banyak hal duniawi yang menyenangkan harus ditinggalkan. Beberapa kegiatan harus dilupakan. Beragam sisi musti dijauhi. Gaya slebor dengan pakaian terbuka, berubah jadi tertutup pada auratnya. Bicara seenaknya terlupa adab agama, berubah sopan bertutur kata. Ibadah yang dulunya bolong-bolong makin tertata tak berjeda. Hati yang dipenuhi penyakit iri, tinggi hati, buruk sangka, pelan tapi pasti, dijauhi. Gaya hidup yang sejalan dengan larangan-Nya, ditinggalkan. Hal yang menjadi perintah-Nya, dijalankan. Dan, semua itu ternyata, nikmatnya luar biasa! Hidup rasanya jadi lebih ikhlas, sabar makin tak berbatas dan syukur pun terus tertutur. Alhamdulillah, saya merasa jadi lebih baik dengan berhijrah.

Memang berani berbeda dari lingkungan sekitar menuntut pengorbanan. Dari bubarnya niat karena kelemahan iman, rasa takut, sampai kekhawatiran kehilangan teman atau pekerjaan. Semangat berhijrah dengan beragam dinamika dan tantangan yang bersumber pada Inni Muhajirun Ila Rabbi - aku berangkat menuju Rabb-ku.

by: pixabay

Tidak ada perjuangan seberat hijrah. Berlandaskan iman, seorang hamba memutuskan pilihan, apakah hanya diam saja di tempat dalam keburukan atau bergerak menuju kebaikan. Al harakah fiha barakahdalam gerak ada berkah. Pergerakan yang beranjak dari kesadaran, bukan kemarahan. Sadar jika iman itu bernilai tinggi yang hanya dapat dibuktikan dengan pengorbanan. 

Apalagi kini, jalan untuk berhijrah makin mudah. Lingkungan Islami yang bertebaran, kemudahan dari pemangku negeri dan akses informasi yang membumi. Diantaranya, media online Saliha yang mendampingi muslimah agar menjadi saliha dan inspiratif. Beragam informasi tentang Culinary, Oase, Welness, Travel, Love dan masih banyak lagi, tersaji di sini. Tinggal klik saja!


Akhirnya, mari kita evaluasi diri! Sudahkah berhijrah? Andai belum, mari mulai! Jika sudah, ayo mantapkan langkah! Yuk, sama-sama kita berhijrah menuju rida Allah SWT untuk menjadi lebih baik lagi! Insya Allah💖


Dian Restu Agustina








Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

38 komentar untuk "Jadi Lebih Baik dengan Berhijrah"

  1. Masya Allah ... kekuatan dari keinginan untuk berubah, mendekat kepada Allah. Baarakallahu fiik, Mbak. Semoga semakin baik dan semakin baik setiap harinya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...Terima kasih, Mbak..Semoga kita semua dimampukan menjadi insan yang lebih baik dari hari ke hari. Aamiin:)

      Hapus
  2. harus berani berhijrah
    bismillah...

    BalasHapus
  3. Sama mba, dulu awal saya berhijrah itu terasa berat sekali. Begitu juga waktu pertama kli berjilbab lalu dinyinyirin. Rasanya itu ssuatu

    BalasHapus
  4. Beratnya hijrah bukan hanya tantangan dari lingkungan. Tapi lebih kepada diri sendiri melawan kecintaan pd hawa nafsu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, Mbak...diri ini sendiri yang paling berat untuk dihadapi:)

      Hapus
  5. Barakallahu fiik mba Dian, semoga istiqomah.

    BalasHapus
  6. Luar biasa mbak, semoga Istiqomah. Si kecil akan membantu orang tuanya masuk surga. Amiin

    BalasHapus
  7. Semoga istiqomah mba Dian. Apapun tantangan dan kekhawatiran, hijrah membuat hati lebih damai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Terima kasih dukungannya Mbak Nur:)
      Benar..hijrah membawa kita ke kedamaian.

      Hapus
  8. wahhh saya kira aplikasi saliha itu ya mba yang lagi trend saat ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan..ini Saliha portal berita muslimah yang saliha dan inspiratif :)
      Belum ada aplikasinya..

      Hapus
  9. Tantangan berikutnya adalah konsisten terhadap pilihan hijrah kita. Semoga kita istiqomah ya mba di jalannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup, benar ..konsisten itu salah satu tantangan terberat...!
      Aamiin..:)

      Hapus
  10. Semoga selalu istiqomah ya Mba dan terus dibimbingNYA. Amiin

    BalasHapus
  11. Barakallah mnak, terharu bacanya, insyaAllah jadi tabungan di akhirat, sikecil nanti yang akan menunggu orang tuanya di pintu syurga dan saat ini sedang di jaga oleh nabi Ibrahim dan istrinya

    BalasHapus
  12. Bismillah..smoga kita selalu bisa istiqomah dlm berhijrah ke arah yang lebih baik ya mba

    BalasHapus
  13. Skenario Allah memang tak pernah bisa diduga ya, Mbak? ternyata kehilangan buah hati menjadi jalan hidayah datang menyapa. Subhanallah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak..Alhamdulillah..Jalan hidayah tak pernah bisa tertebak manusia :)

      Hapus
  14. Semoga tetap istiqomah bagi yang sedang berhijrah. Aamiin

    BalasHapus
  15. Alhamdulillah kisah inspiratif penuh ketegaran yang mendorong saya untuk menulis juga. Terima kasih, Mbak 😘 Ngikut lombanya di hari terakhir, deh. Saya mah Mrs. Deadliner 🙈

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah akhirnya ikut juga....Siip, jangan diulangi lagi ya hihihi! Kalau ada lomba buruan nulisnya, jangan pas DLnya..#memarahi :D

      Hapus
  16. Dibalik semua peristiwa itu, pasti ada hikmahnya. Seperti mbak Dian yang alhamdulillah bisa hijrah ke arah yang lebih baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, Mbak..Alhamdulillah. Semoga kita selalu bisa mengambil hikmah dari sebuah peristiwa dan bukan hanya terus menyesalinya.

      Hapus
  17. Speechless mbak...turut berduka atas berpulangnya si kecil. Semoga istiqomah ya, inshaAllah di waktu dekat diberi amanah lagi oleh Sang Pemberi Hidup

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Mbak
      Alhamdulillah sudah diberi ganti 2 anak lelaki..
      Yang meninggal anak pertama saya

      Hapus