Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menjejak Amerika Bersama Peggy Melati Sukma

Buku "Menjejak Amerika" Bersama Peggy Melati Sukma.....

Judul Buku: Menjejak Amerika - Kuketuk Langit Dari Kota Judi

Penulis: Peggy Melati Sukma dan Imam Shamsi Al

Penerbit: Noura

Cetakan/Tahun Terbit: Kesatu/Mei 2017

Jumlah Halaman: 330




Hai semua..

Saat menghadiri acara Meet Up Blogger Muslimah Bersama Teh Khadija beberapa waktu lalu, saya sempat #belanjasambilsedekah sebuah buku.

Buku tersebut merupakan karya Peggy Melati Sukma bersama Imam Shamsi Ali yang bertajuk:
"Menjejak Amerika - Kuketuk Langit dari Kota Judi"
Dan buku setebal 330 halaman ini, bisa ditebus dengan sedekah sebesar 100 ribu rupiah. Kenapa disebut #belanjasambilsedekah, tak lain karena hasil penjualan akan dipergunakan untuk menjalankan berbagai program dakwah dan kemanusiaan yang diinisiasi Teh Peggy ini. Jadi dari umat, kembali ke umat. 

Juga, buku ini merupakan bagian  dari seri Dakwah Keliling Dunia yang dituliskan khusus untuk perjalanan ke Amerika dan Kanada. Yang diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Noura pada bulan Mei 2017.

Peggy Melati Sukma

Bagian sampul depan buku, didominasi warna merah dan biru sebagai penggambaran bendera Amerika. Juga ada gambar welcome pledge dari kota Las Vegas yang dicantumkan sebagai simbol dari negara Amerika yang bertuliskan "Welcome to fabulous Las Vegas, Nevada". Dan juga tulisan "Hollywood" yang melegenda. Selain itu juga ada sosok perempuan berhijab yang menghadap ke arahnya/membelakangi kamera.

Sementara di sampul belakang buku ada endorsement dari beberapa tokoh ternama tentang isi bukunya. Diantaranya ada Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, Prof Dr. KH Din Syamsudin, tokoh perempuan yang juga anggota DPD RI, Fahira Idri dan Artis/pegiat sosial, Dewi Sandra.

Juga pada sampul belakangnya, ada ilustrasi kota New York dengan gedung-gedung tinggi dan Patung Liberty yang jadi icon Amerika.

Peggy Melati Sukma

Lalu, membuka halaman depan akan kita temukan puja-puji syukur Teh Peggy kepada Allah Sang Maha Pemberi Inspirasi atas terbitnya buku ini.

Kemudian ada sepatah kalimat hikmah dari Tuan Guru Bajang, Muhammad Zainul Majdi, Gubernur NTB saat ini, yang berisikan gambaran Teh Peggy. Dimana disebutkan, betapa jalan hidupnya mengajarkan kita bahwa berjuang untuk Islam bisa dilakukan siapa saja.

Selanjutnya untuk isinya buku ini dibagi menjadi beberapa bagian, dimana ada bab yang ditulis oleh Teh Peggy dan bab yang ditulis oleh Imam Shamsi. Masing-masing saling melengkapi dalam satu bahasan yang sinergis tentang perjuangan Islam khususnya di Amerika.

Kemudian, untuk pembahasan buku diantaranya mengenai:

Mukadimah: Understand America

Ditulis oleh Imam Shamsi Ali pada halaman 8-31 yang bertajuk "Understand America". Dimana Beliau menekankan bahwa Dakwah dalam Islam itu tidak bertujuan untuk memindahkan orang dari agamanya dengan begitu saja ke dalam Islam. Sebab keimanan dan hati berada di luar tanggung jawab manusia. Karena Allah lah pemegang kendali utama yang akan menunjuk dan membuka hati sesiapa yang dikehendaki-Nya.

Sehingga target utama dakwah sebenarnya adalah untuk menyampaikan informasi dan pemahaman kepada masyarakat (baik Muslim maupun non-Muslim). Tentang bagaimana sesungguhnya Islam dan bagaimana Islam bisa menjawab tantangan dalam masyarakat dari skala keluarga hingga global.

Dimana, semua proses itu dilakukan dengan dialog dan edukasi serta tidak ada unsur pemaksaan maupun kekerasan di dalamnya.

Lalu Imam Shamsi Ali yang pernah menjadi Imam Besar di Masjid dan Pusat Budaya Islam New York ini, juga memaparkan betapa selama ini orang di negara Muslim termasuk Indonesia pada umumnya sudah pre-judgment terhadap Amerika. Dalam benaknya, Amerika itu tidak baik, anti-Islam dan memusuhi Muslim. Sehingga memang benar adanya, berdakwah di masyarakat Barat itu berat, bagai sebuah perjalanan jihad yang paling besar.

Peggy Melati Sukma

Kemudian, Imam Shamsi Ali juga memaparkan tentang penyebab kesalahpahaman Barat dan Islam yakni karena: perbedaan mendasar antara pola pikir masyarakatnya. Masyarakat Barat mendahulukan pemikiran kritis sementara masyarakat Timur, termasuk Indonesia mengedepankan penerimaan.

Kedua, orang Barat cenderung menyukai keterbukaan dan keingintahuan sehingga membuat mereka tidak berhenti belajar dan menjelajah untuk sampai ke tujuan. Sementara budaya Timur beranggapan banyak bertanya berarti kurang kuat imannya.

Beliau juga menuliskan bahwa secara sosial, sebenarnya kehidupan masyarakat Amerika itu Islami sekali. Kedisiplinan waktu, keteraturan, kebersihan lingkungan, penghargaan terhadap orang lemah dan lansia, kesetaraan, kebersamaan, akuntabilitas publik yang jelas, filantropis, keadilan sosial yang bagus, kemakmuran merata....Yang kesemuanya dijelaskan Imam Shamsi, untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih proposional antara Amerika terhadap Islam dan sebaliknya.

Aku dan Amerika

Lalu, pada bagian satu ada tulisan Teh Peggy yang mengingatkan bahwa sebenarnya Allah itu cuma mau kita bertakwa. Allah hanya mau melihat rangkaian hidup kita sudahkah ke jalan-Nya. Dan jika sesekali dalam perjalanan itu kita terkalahkan oleh godaan setan sehingga tercatat dosa, maka Allah sudah siapkan pembersihnya: tobat.

Kemudian Teh Peggy juga bercerita tentang permohonan visa Amerika 5 tahunan yang diajukan pada saat sudah berhijab ternyata bisa diloloskan dengan tanpa kendala. Sehingga membuatnya yakin bahwa bumi ini semua milik Allah. Jadi kita hendaknya siap memperjuangkan agama dan kesatuan umat dimanapun kita diperlukan.

Amerika: Bangsa Imigran

Amerika adalah negara imigran, begitu paparan Imam Shamsi di bagian selanjutnya. Imam yang juga penerima Ellis Island Honor Award pada 2009, sebuah penghargaan yang diberikan pada para imigran yang dianggap berkontribusi dan berjasa pada Amerika ini, mengingatkan mereka yang berkulit putih sebenarnya adalah juga pendatang. Umumnya mereka melarikan diri dari daratan Eropa karena kesulitan. Sementara warga kulit hitam datang karena dipaksa/menjadi budak bangsa kulit putih ini.  Demikian seterusnya warga Amerika tumbuh dan berkembang bersama membangun negerinya.

Imam Shamsi menjelaskan bahwa pembutaan sejarah Amerika memang kuat. Seolah bangsa kulit putih dianggap warga Amerika asli dan non-putih adalah imigran. Dan ketika Presiden Obama terpilih itu adalah sejarah yang membanggakan bagi perjalanan pergerakan kesetaraan kulit. Tapi kebanggaan ini melukai hati mayoritas kulit putih sehingga white supremacy makin menjadi-jadi sampai dipuncaki saat Donald Trump terpilih menjadi presiden.

Imam juga menjabarkan mengapa American Dreams begitu menghantui banyak orang di muka bumi ini. Imam Shamsi memberikan alasan bahwa Amerika dianggap memberikan banyak peluang material (ekonomi, pendidikan, kesehatan...) dan non-material (American values: keadilan, kesetaraan, kebebasan..). Sehingga banyak orang di penjuru dunia tergiur karenanya.

Menjejak Amerika

Selanjutnya disebutkan, Teh Peggy akhirnya atas pertolongan Allah bisa berangkat ke Amerika untuk misi dakwahnya pada tahun 2015. Semua diawali saat Teh Peggy berkesempatan sharing pada Imam Shamsi tentang aktivitas dakwah pasca hijrah saat sang Imam berkunjung ke Indonesia. Lalu, ditindaklanjuti dengan dukungan berbagai pihak diantaranya kolaborasi korporasi untuk pembiayaan misi dakwah ke sana. Yang kesemuanya diyakininya adalah pertolongan dari Allah semata.

Di bab ini, Teh Peggy menceritakan kisah dakwahnya yang dimulai di Los Angeles dan dihadiri oleh umum. Mayoritas merupakan warga asal Indonesia yang bermukim di sana dan acara bertempat di gedung KJRI. Dakwah disampaikan dalam bahasa Inggris diselingi bahasa Indonesia, agar dimengerti semua jamaah. 

Berikutnya, dakwah berlanjut ke Atlanta, Philadelphia, Washington DC, Boston dan New York. Di kesemua tempat ini Teh Peggy mendapatkan begitu banyak pengalaman yang sungguh di luar dugaan. Seperti menemukan bahwa Muslimah Amerika harus menghadapi tantangan konformitas budaya. Dimana sebenarnya tahu bahwa yang dilakukan itu tak sesuai dengan syariah Islam, tapi tak mampu untuk menolaknya.

Kemudian ada juga kisah seorang muslimah asal Indonesia yang bersuamikan warga Amerika yang sbelumnya berprofesi sebagai dokter gigi di US Airforce. Tapi karena mendapatkan diskriminasi lantaran hijab yang dikenakan sejak bertugas, akhirnya membuatnya keluar dari pekerjaan dan sekarang memilih untuk menjalani praktik pribadi.

Juga, saat di Boston, Teh Peggy saat masuk sholat sempat mendengar azan berkumandang dari masjid Islamic Society of Boston. Ternyata ini bisa terjadi lantaran perjuangan komunitas Islam sehingga diterbitkanlah ijin mengumandangkan azan dari walikota setempat. 

Menjejak Amerika

Kemudian, Teh Peggy kembali ke Amerika pada Juni 2015 untuk agenda dakwah ke Las Vegas dan Fort collin serta mengurus event Islamic Cultural Night di New York.

Dimana pada kunjungan kedua kalinya ini banyak hal yang berkesan di hati. Seperti saat ke Las Vegas, betapa saudara-saudara Muslim kita di sana menjaga eksistensi Islam dengan cara mengadakan charity program dengan komunitas lain seperti komunitas gereja, Yahudi dan lainnya. Untuk menunjukkan "Hi, look at us, Islam itu tersenyum, lho!"

Dan dilanjutkan dengan acara Islamic Cultural Night yang berlangsung dengan sukses dan menghasilkan sebuah ide gerakan Telling Islam to the World yang resmi dicanangkan pada Desember 2015 untuk bisa berkontribusi pada dakwah di Amerika. Program ini diinisiasi Nusatara Foundation, Urban Syiar dan Dompet Dhuafa.

Meski ternyata di belakang hari banyak yang salah mengerti pada kegiatan ini. Mereka beranggapan mengapa juga Teh Peggy ngurusin yang jauuuh sedangkan yang dekat saja masih belum tentu keurus. 

Teh Peggy beralasan, ini didasari dari seluruh penduduk Amerika, yang Muslim hanya sekitar 1,6 % saja (termasuk Muslim asal Indonesia yang minoritas jumlahnya). Tentu mereka memerlukan support energi, dakwah, sedekah dari masyarakat dan lembaga di negara asal mereka.

Apalagi, tulis Teh Peggy lagi, Islam itu rahmatan lil 'alamin. Artinya, seluas-luas mana kita mampu menyebarkan ajaran Islam ke penjuru dunia. 

Dan sebagai awal, di acara penggalangan sedekah dengan melelang beberapa furniture rumah Teh Peggy, terkumpul hampir 500 juta yang meski masih jauh dari dana pembangunan sebuah Mualaf Center di New York yang besarnya 14 M, tapi merupakan sebuah awal yang sangat baik.

Lalu diceritakan pula pada Juli 2016, Imam Shamsi, bersama yayasannya, Nusantara Foundation, menginisiasi event dalam rangka Idul Fitri di kota New York, Yang berbuah selepas Idul Fitri, Dewan Perwakilan Daerah New York akan melakukan perayaan khusus untk kaum Muslim. Dan Idul Fitri dan Idul Adha menjadi hari libur nasional di New York.

Dan Teh Peggy kemudian datang lagi ke Amerika pada Juli 2016 dimana di sana sedang panas-panasnya situasi menjelang pemilihan Capres. Sehingga sempat menjadi saksi sebuah Islamophobia. Saat itu Teh Peggy menghadiri sebuah forum bertajuk To Make The World To Be a Better Place bersama tokoh lintas agama dan audience beragam latar belakang.

Tiba-tiba ketika seorang Muslim muda akan bicara ada teriakan-teriakan hinaan. Mereka menuduh Islam sebagai sumber kekacauan dan lainnya. Sampai-sampai suasana riuh rendah. Akhirnya Imam Shamsi dan Teh Peggy protes keras dan meninggalkan forum tersebut.

Peggy Melati Sukma

Chalenging Islamophobia

Bicara tentang Islamophobia, dalam buku ini Imam Shamsi menjabarkan faktor penyebabnya, diantaranya: 
  • Ketidaktahuan: beragama di Amerika tidak lebih dari formalitas tanpa makna
  • Muslim reality: semrawutnya dunia Islam secara sosial
  • Peranan media: di Barat "media" kadang lebih dipercaya daripada kitab suci
  • Faktor sejarah: perkembangan Islam di Amerika menimbulkan ketakutan tersendiri  bagi sebagian warganya.
  • Tujuan duniawi: puluhan juta dana digunakan untuk menakut-nakuti masyarakat AS tentang Islam.
Lalu bagaiman cara menghadapinya:
  • Basis Tasbih (Ruhiyah): ingat semua atas ijin Allah jadi bermohonlah pada-Nya
  • Benahi diri sendiri: pembenahan internal di masyarakat Islam sendiri
  • Public Engagement: interaksi dengan lingkungan setempat.
Peggy Melati Sukma

Dan ketika Teh Peggy kembali ke New York pada September 2016 untuk acara American Muslim Parade yang dibayangi oleh demo dari pendukung Trump. Sungguh sebuah tantangan dakwah yang menjadi ladang sabar dan jihad.

Imam Shamsi sendiri menyikapi tantangan dakwah dengan cara:
  • Membangun keseimbangan pada setiap isu yang ada
  • Kurangi emosi
  • Iqra: membaca untuk memahami yang benar tentang berbagai masalah
  • Menghindari generalisasi
  • Menangkap peluang
Dan pada bagian akhir buku pun disajikan paparan Imam Shamsi Ali tentang tidak perlunya Islam mengkhawatirkan Amerika. Apalagi setelah dipimpin oleh Presiden Donald Trump. Karena Amerika itu bukan hanya seorang Donald Trump. Tapi merupakan negara yang dibangun di atas dasar konstitusi yang solid dengan masyarakat yang menghormati keragaman dan toleransi. 

Juga, Imam Shamsi mengajak semua yakin dan percaya bahwa harapan dan optimisme selalu ada. Di ujung terowongan panjang pasti ada cahaya yang akan kembali menyinari bumi Amerika dan alam semesta. 

Peggy Melati Sukma


Dan akhirnya saya simpulkan bahwa buku ini menarik untuk dibaca dikarenakan penulisnya, Peggy Melati Sukma sedemikian lebur pada niat dan semangat hijrahnya. Sehingga kita akan menemukan banyak hal positif dengan membaca kisah dakwahnya. 

Sementara penulis lainnya, Imam Shamsi Ali memanglah salah satu tokoh Islam yang disegani di Amerika. Dimana buah pemikirannya memang layak dijadikan rujukan karena begitu banyak pengalaman yang telah dilakukan dalam memperjuangkan Islam.

Sayangnya, konsep buku yang selang-seling seperti ini kadang sedikit membingungkan. Jadi serasa loncat dari satu bahasan ke bahasan lainnya. Cuma ini minor saja sifatnya karena tertutupi oleh menariknya kisah yang dijalani Teh Peggy dan Imam Shamsi selama mengemban misi dakwahnya. 

Akhir kata, semoga dimudahkan segala misi dakwah yang dijalankan oleh Teh Peggy dan Imam Shamsi Ali ini.

Aamiin.



Selamat Membaca,

Dian Restu Agustina







Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

28 komentar untuk "Menjejak Amerika Bersama Peggy Melati Sukma"

  1. Kece yaaa bukunya, lebih kece lagi yang baca.
    Aaah merindukan bisa baca buku setebal gini sebagai me time 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi iya mbak..ini bacanya pun nyicil sayaaa hahaha:D

      Hapus
  2. cukup besar jg dana yg terkumpul , semoga dananya bisa mensukseskan dakwah..... dl saya suka nnton film yg diperanin mbak peggy :)

    BalasHapus
  3. Islamphobia ini menjadi momok ya. Tapi saya percaya, ukhuwah saudara-saudara muslim disana. Semoga jalan dakwah saudara-saudara kita di Amerika dimudahkan.

    BalasHapus
  4. teh peggy keren istiqomah dakwahnya
    biar banyak yang tidak lagi pusiiiiiiiiiiing
    apalagi di benua amerika
    bukunya sangat direkomendasikan

    BalasHapus
  5. sumpeeehhh keren bangett...
    seorang Maba Peggy menunjukan istiqomanya dan melanjutnya dakwahnya..
    luar biasa ya. semoga kita bisa mengubah islampobia dengan cara mempercaiki diri

    BalasHapus
  6. Siang tadi, Mbak Peggy Melati Sukma bicara dihadapan kami semua tentang kisah hijrah beliau. Entah kenapa saya jadi merasa sangat 'kecil' sekali. Masih mudah goyah. Sesungguhnya istiqomah itu teramat berat ya, Mbak Di :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga speechless Mbak Tia saat berada di acara Mbak Peggy waktu ini...
      Bilang hijrah itu mudah..istiqomahnya yang benar-benar susah :(

      Hapus
  7. Wah Peggy Melati Sukma ya, baru tau beliau berhijab sekarang ( saya kemana aja ya )
    keren ya hijrahnya dan istiqomahnya yang patut diacungi jempol mah. Inspiring banget

    BalasHapus
  8. Gak nyangka Mbak Peggy bisa seperti saat ini. Semoga bisa tetap istiqomah, aamiin.
    Sepertinya bukunya keren ya mbak,..

    BalasHapus
  9. Wah terima kasih tulisannya mba, jadi tahu aktivitas sekarang Peggy Melati Sukma, semoga istiqomah. aaamiinn

    BalasHapus
  10. Mbak, aku nggak banyak komen. Aku pengen beli di mana ya? Gramedia ada kali yak? Pengen banget aku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di olshop Mbak..40-60 ribu. Kalau di Urban Syiar-organisasi Peggy Melati Sukma, 100 rb termasuk sedekah

      Hapus
  11. Ternyata keadaan di Amerika, tidak seperti yang suka diberitakan oleh media kita, ya...
    Saya membayangkan beratnya berhijrah dan kemudian berdakwah di lingkungan minoritas. Saluut dengan perjuangan Peggy Melati Sukma...semoga tetap istiqomah ya...

    BalasHapus
  12. Ini membuka pikiran saya selama ini. Saya berfikir amerika akan menolak wanita muslim berhijab, ternyata saya salah

    BalasHapus
  13. Wih, bagus dan kontemporer nih buku. Yang meresensi pas pula karena udah pernah ke Amrik :) Duh, baru tahu kalo teh Peggy 'akrab' dengan Imam Shamsi Ali. Dakwahnya keren gitu. Catet ah, jadi salah satu calon buku yang akan saya buru, insya Allah. Makasih tulisannya ya, Mbak 😘

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Mbak Teh Peggy dan Imam Shamsi berkolaborasi dalam berbagai project dakwah :)

      Hapus
  14. Bagus banget produknya,,,top..

    BalasHapus