MAU MENGASAH OTAK AGAR KETAJAMANNYA TERJAGA? NEUROBIK SAJA!
Tahu nggak, layaknya sebuah pisau, agar tetap terjaga ketajamannya, otak kita butuh "diasah" juga!
Diasah?
Ya! Sel-sel otak yang dalam keseharian digunakan manusia untuk berpikir, ternyata membutuhkan latihan untuk menjaga kebugarannya. Dan, latihan ini disebut dengan neurobik atau senam otak.
Mengapa?
Karena ternyata, semakin dewasa seseorang, ia semakin kurang mengerahkan potensi otaknya untuk menghasilkan asosiasi terhadap banyak indera. Artinya, makin tua, orang cenderung mengatur agar hidupnya serba nyaman dan terukur, sehingga kegiatannya menjadi sebuah rutinitas yang dilakukan di bawah sadar. Padahal jika ini terus-terusan dilakukan, lama-lama otak bisa "terbunuh" (whaaat??😱). Sebab, rutinitas itu hanya menggunakan sedikit saja dari energi otak kita.
Otak yang sehat tidak hanya bisa meningkatkan daya ingat dan konsentrasi, akan tetapi juga dapat mengurangi potensi terserangnya beragam gangguan saraf seperti Alzheimer, Dementia serta berbagai penyakit otak lainnya. Sementara, fungsi otak secara umum akan berkurang karena adanya beberapa faktor seperti bertambahnya usia, perubahan hormon, tekanan pekerjaan, penggunaan obat terlarang, gaya hidup dan juga efek samping dari penggunaan obat saraf. Bagaimanapun, fungsi otak sebenarnya bisa kita tingkatkan dengan latihan otak yang teratur, kebiasaan makan yang sehat, perawatan kesehatan dan pengaturan gaya hidup.
Agar otak tetap terpelihara kebugaran, kekuatan dan kelenturannya maka latihan neurobik bisa jadi salah satu solusinya. Tujuannya untuk memberikan pengalaman mengejutkan yang menggunakan kombinasi rangsangan terhadap indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan sentuhan serta emosi.
Mau nggak kalau otaknya tetap bugar meski angka usia mengejar? (maaauuu!💪)
Nah, inilah beragam Neurobik yang bisa dilakukan:
1. Lakukan kegiatan pakai tangan kebalikan
Maksudnya, jika kita terbiasa menggunakan tangan kanan dalam keseharian, sesekali pakailah tangan kiri. Misalnya saat menyisir rambut, bercukur, atau menggosok gigi.
Kegiatan ini membuat otak kita terpaksa menonaktifkan sisi otak yang biasa dipakai dan mengaktifkan sisi otak lainnya.
![]() |
gosok gigi pakai tangan kiri |
2. Wewangian yang berbeda
Beberapa orang tanpa disadari sering memilih wewangian dengan keharuman yang sama di keseharian. Padahal dengan memperkenalkan aroma yang berbeda berarti kita sedang mengaktifkan jalur koneksi baru di otak. Jadi, jika sebelumnya selalu membeli sabun mandi dengan wangi lavender, lain kali coba aroma bunga lainnya. Atau jika di pagi hari selalunya disambut wangi kopi, sesekali ganti dengan aroma teh melati.
Kita terpola untuk melihat, memilih lalu mengambil sesuatu. Sehingga indera penglihatan lebih dominan daripada sentuhan. Nah, cobalah melatih kepekaan dengan berkegiatan dengan mata tertutup. Seperti saat mandi misalnya, tutup mata dan coba nyalakan keran, sabunan, ambil handuk dan berpakaian. Biarkan indera sentuhan kita yang bekerja untuk melatih tangan mengenali berbagai tekstur yang selama ini tak disadari karena mata terbiasa terbuka.
Kegiatan yang sama bisa dilakukan saat memilih baju yang ingin dikenakan, mencari sesuatu di laci atau mengambil makanan. Hingga kita berlatih memilih berdasarkan sentuhan pada teksturnya bukan karena melihat wujudnya.
4. Acak rutinitas
Seorang ibu rumah tangga hapal di luar kepala dimana meletakkan bumbu di dapurnya. Untuk menghindari keteraturan yang menjurus ke rutinitas, secara berkala tata ulang letaknya. Sedangkan bagi pekerja, bisa mencoba dengan memindahkan letak alat tulis dan komputer di meja kerja dari sisi kiri ke kanan dan sebaliknya. Selain itu, acak pula jadwal rutin keseharian kita. Misalnya, jika di rumah biasa masak dulu baru bebenah, coba ubah, bersih-bersih rumah dulu baru ke dapur kemudian. (ingat sarapan dulu yaa..biar nggak pingsan😁)
Kegiatan yang teratur akan membuat otak kita menjadi terprogram. Sehingga dengan merubahnya, akan membuat otak memprogram lagi, yang nantinya bisa meningkatkan kewaspadaan otak kita.
5. Interaksi sosial yang nyata
Maksudnya di sini, bukanlah berinteraksi di media sosial, tapi berhubungan dengan orang lain dalam keseharian yang bertujuan memunculkan respon emosional. Misalnya, dengan memilih berbelanja di pasar tradisional atau ke toko sebelah daripada di supermarket. Mengapa? Karena, berbagai indera akan digunakan saat memilih barang kebutuhan seperti indera penciuman, peraba serta perasa. Di sana pasti kita juga akan berbincang dengan penjual tentang harga dan kualitas barang, tawar menawar atau berbincang dengan sesama pembeli, yang kesemuanya ini merupakan kesempatan untuk berinteraksi.
Jika sudah berada beberapa jam di meja kerja, cobalah pergi ke pantry atau taman di luar kantor, untuk memberikan ransangan indera yang berbeda pada otak kita. Atau jika kita bekerja di rumah, setelah sibuk beberapa waktu di dalam rumah, keluarlah sejenak untuk menghirup udara segar di luar dengan berjalan-jalan di halaman. Dalam 15 menit saja, otak yang sejak tadi bekerja bisa rehat singkat.
7. Mau olahraga yang bisa melatih otak kita? Olahraga luar ruangan jawabannya!
Meski mengencangkan otot di pusat kebugaran juga bagus untuk kesehatan, tetapi akan lebih bagus lagi jika kita juga melakukan olahraga di luar ruangan. Karena jika telah terbiasa berolahraga di pusat kebugaran, bisa jadi kita rutin menjalaninya, seperti setelah alat treadmill ke sepeda statis lalu alat kardio. Kesemuanya itu kurang memberikan tantangan ke otak. Berbeda jika kita joging sendiri di jalanan. Kita harus memutuskan mesti belok atau lurus saja, juga bisa melihat pemandangan dan hal-hal yang bisa memberikan tantangan untuk otak.
Ketika kita membaca di dalam hati, hanya satu area di otak sebelah kiri yang diaktifkan. Tetapi saat mendengarkan, ada dua area di otak bagian kiri dan kanan yang diaktifkan. Sehingga, jika biasanya kita membaca buku di dalam hati saja, sesekali ajaklah pasangan untuk saling membacakan cerita untuk melatih ketajaman otak kita.
9. Bermain tebak benda
Kita telah terbiasa membedakan apa saja lewat penglihatan. Hal ini menjadikan indera peraba kita jadi kurang terlatih. Latihlah kembali dengan permainan tebak benda ini. Caranya dengan tanpa melihatnya, rabalah uang recehan dan tebak besarannya. Rasakan lewat rabaan yang mana uang logam seratus, dua ratus, lima ratus atau seribu rupiah. Ganti benda yang ditebak dengan yang lainnya dan lakukan bersama teman agar permainan ini menyenangkan.
Permainan ini bertujuan melatih kembali area otak yang menginterpretasi rabaan.
Dalam hubungan pernikahan yang sudah berlangsung lama, tantangan untuk menemukan cara dan menciptakan pengalaman baru bagi pasangan akan melatih otak kita. Karena faktor kebaruan dalam rangsangan seks tak hanya visual saja, tetapi juga bisa lewat indera penciuman, peraba, perasa, pendengaran dan penglihatan yang kesemuanya akan membuka peluang bagi latihan neurobik yang asyik!
Nah, langkah-langkah yang tak sulit bukan?
Jadi, mari kita kerahkan potensi otak kita dengan melakoni kegiatan di luar rutinitas sehingga otak akan terus terasah dan tetap tajam meski usia bertambah.
Bagaimana dengan teman-teman semua, punyakah pengalaman dan kegitan senam otak lainnya? Silakan bagikan di kolom komentar ya...Terima kasih😍
Salam,
Dian
*Inspirasi: majalah Intisari edisi Mei 2016
Seorang ibu rumah tangga hapal di luar kepala dimana meletakkan bumbu di dapurnya. Untuk menghindari keteraturan yang menjurus ke rutinitas, secara berkala tata ulang letaknya. Sedangkan bagi pekerja, bisa mencoba dengan memindahkan letak alat tulis dan komputer di meja kerja dari sisi kiri ke kanan dan sebaliknya. Selain itu, acak pula jadwal rutin keseharian kita. Misalnya, jika di rumah biasa masak dulu baru bebenah, coba ubah, bersih-bersih rumah dulu baru ke dapur kemudian. (ingat sarapan dulu yaa..biar nggak pingsan😁)
Kegiatan yang teratur akan membuat otak kita menjadi terprogram. Sehingga dengan merubahnya, akan membuat otak memprogram lagi, yang nantinya bisa meningkatkan kewaspadaan otak kita.
5. Interaksi sosial yang nyata
Maksudnya di sini, bukanlah berinteraksi di media sosial, tapi berhubungan dengan orang lain dalam keseharian yang bertujuan memunculkan respon emosional. Misalnya, dengan memilih berbelanja di pasar tradisional atau ke toko sebelah daripada di supermarket. Mengapa? Karena, berbagai indera akan digunakan saat memilih barang kebutuhan seperti indera penciuman, peraba serta perasa. Di sana pasti kita juga akan berbincang dengan penjual tentang harga dan kualitas barang, tawar menawar atau berbincang dengan sesama pembeli, yang kesemuanya ini merupakan kesempatan untuk berinteraksi.
![]() |
belanja di pasar tradisioanal |
6. Rehatkan otak sejenak
Jika sudah berada beberapa jam di meja kerja, cobalah pergi ke pantry atau taman di luar kantor, untuk memberikan ransangan indera yang berbeda pada otak kita. Atau jika kita bekerja di rumah, setelah sibuk beberapa waktu di dalam rumah, keluarlah sejenak untuk menghirup udara segar di luar dengan berjalan-jalan di halaman. Dalam 15 menit saja, otak yang sejak tadi bekerja bisa rehat singkat.
7. Mau olahraga yang bisa melatih otak kita? Olahraga luar ruangan jawabannya!
Meski mengencangkan otot di pusat kebugaran juga bagus untuk kesehatan, tetapi akan lebih bagus lagi jika kita juga melakukan olahraga di luar ruangan. Karena jika telah terbiasa berolahraga di pusat kebugaran, bisa jadi kita rutin menjalaninya, seperti setelah alat treadmill ke sepeda statis lalu alat kardio. Kesemuanya itu kurang memberikan tantangan ke otak. Berbeda jika kita joging sendiri di jalanan. Kita harus memutuskan mesti belok atau lurus saja, juga bisa melihat pemandangan dan hal-hal yang bisa memberikan tantangan untuk otak.
![]() |
joging |
8. Mendengarkan orang membaca
Ketika kita membaca di dalam hati, hanya satu area di otak sebelah kiri yang diaktifkan. Tetapi saat mendengarkan, ada dua area di otak bagian kiri dan kanan yang diaktifkan. Sehingga, jika biasanya kita membaca buku di dalam hati saja, sesekali ajaklah pasangan untuk saling membacakan cerita untuk melatih ketajaman otak kita.
9. Bermain tebak benda
Kita telah terbiasa membedakan apa saja lewat penglihatan. Hal ini menjadikan indera peraba kita jadi kurang terlatih. Latihlah kembali dengan permainan tebak benda ini. Caranya dengan tanpa melihatnya, rabalah uang recehan dan tebak besarannya. Rasakan lewat rabaan yang mana uang logam seratus, dua ratus, lima ratus atau seribu rupiah. Ganti benda yang ditebak dengan yang lainnya dan lakukan bersama teman agar permainan ini menyenangkan.
Permainan ini bertujuan melatih kembali area otak yang menginterpretasi rabaan.
![]() |
bermain tebak benda |
10. Latihan neurobik paling oke: hubungan seksual!
Dalam hubungan pernikahan yang sudah berlangsung lama, tantangan untuk menemukan cara dan menciptakan pengalaman baru bagi pasangan akan melatih otak kita. Karena faktor kebaruan dalam rangsangan seks tak hanya visual saja, tetapi juga bisa lewat indera penciuman, peraba, perasa, pendengaran dan penglihatan yang kesemuanya akan membuka peluang bagi latihan neurobik yang asyik!
Nah, langkah-langkah yang tak sulit bukan?
Jadi, mari kita kerahkan potensi otak kita dengan melakoni kegiatan di luar rutinitas sehingga otak akan terus terasah dan tetap tajam meski usia bertambah.
Bagaimana dengan teman-teman semua, punyakah pengalaman dan kegitan senam otak lainnya? Silakan bagikan di kolom komentar ya...Terima kasih😍
Salam,
Dian
*Inspirasi: majalah Intisari edisi Mei 2016