Digital ParenThink - Tips Mengasuh Kids Zaman Now
Launching dan Review Buku Mona Ratuliu: Digital ParenThink - Tips Mengasuh Kids Zaman Now
"Setelah lulus SD, Mima saya izinkan menggunakan smartphone. Ternyata sejak itu dia sibuk sendiri dan mulai tidak suka berkegiatan selain aktivitasnya mengutak-atik smartphonenya. Dari situ saya tahu bahwa ketika Mima memiliki smartphone sendiri, risikonya terlalu besar. Akhirnya saya mengambil keputusan untuk menghentikan penggunaan smartphone padanya dan mengganti dengan ponsel biasa..." (Mona Ratuliu)
Jlebbbb!!
Jujur saat seorang Mona Ratuliu mengatakan kalimat itu, saya merasa malu! Saya yang memiliki anak hampir sepantaran dengan Mima, putri sulung Mona, ternyata selama ini lebih memilih menyayangi anak dengan cara yang tak seharusnya. Karena, ketika anak saya mulai tergantung pada smartphone-nya, saya belum bisa setegas itu bersikap padanya. Hiks!
Maka, ketika saya bisa hadir bersama teman-teman dari Mom Blogger Community dan mendengar langsung beraneka tips dari Mona Ratuliu berkaitan dengan cara mengasuh kids zaman now, hati saya langsung merasa wow!
Alhamdulillah! Benar-benar tambah ilmu dah...
Alhamdulillah! Benar-benar tambah ilmu dah...
Ya, Mona Ratuliu, seorang artis, istri dari Indra Brasco, yang juga Ibu dari 3 putra-putri, Davina Shava Felisa (Mima), Barata Rahadian Nezar (Raka), dan Syanala Kania Salsabila (Nala), memutuskan menulis buku setelah kebingungan menjadi orangtua di tengah zaman dengan perangkat teknologi yang kian maju.
Dan, buku kedua yang bertajuk "Digital ParenThink | Tips Mengasuh Kids Zaman Now" diluncurkan dalam sebuah acara yang dihelat pada hari Kamis, 16 Agustus 2018 di Avenue of The Stars, Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan.
Sebuah booklaunch yang seru habiss!
Dimulai pada sekitar pukul 3 dan berakhir pada pukul 6 sore, Mona berhasil membuka mata Ayah Bunda dan undangan yang ada untuk tidak memberikan stigma negatif lagi pada anak-anak kita.
Disampaikannya bahwa julukan generasi micin, generasi nunduk dan istilah berkonotasi negatif lainnya hendaknya jadi penyemangat orangtua untuk menyelamatkan anak-anaknya.
Karena sejatinya jika ada pendampingan dan pengarahan, dunia digital akan sangat membantu orangtua dalam proses pengasuhan.
Dimulai pada sekitar pukul 3 dan berakhir pada pukul 6 sore, Mona berhasil membuka mata Ayah Bunda dan undangan yang ada untuk tidak memberikan stigma negatif lagi pada anak-anak kita.
Disampaikannya bahwa julukan generasi micin, generasi nunduk dan istilah berkonotasi negatif lainnya hendaknya jadi penyemangat orangtua untuk menyelamatkan anak-anaknya.
Karena sejatinya jika ada pendampingan dan pengarahan, dunia digital akan sangat membantu orangtua dalam proses pengasuhan.
Acara booklaunch ini sendiri dihadiri oleh orangtua yang penasaran akan pola asuh yang tepat berkaitan dengan penggunaan gadget. Ada pula sharing dari undangan yang berbagi pengalaman seputar Digital ParenThink. Dan, dimeriahkan juga dengan penampilan musisi remaja Rafi Sudirman dan penyanyi cilik Naura.
Pokoknyaaaa, sekitar 3 jam lama durasinya sampe enggak terasa... !!
Tak hanya itu, ada pula Novita Angie dan Ersa Mayorie yang berurutan memandu booklaunch yang meriah dan bertabur hadiah ini!
Mona Ratuliu, mengawali acara dengan curhatan bahwa betapa dulu, dia pernah merasa gagal menjadi Ibu.
Whaaaat? Benarkah?
Whaaaat? Benarkah?
Ya, Mona pernah berada pada masa dimana anak-anaknya seharian sibuk sendiri dengan gadgetnya. Sampai-sampai menemukan juga aktivitas anaknya berselancar di dunia maya yang bikin hampir copot jantungnya.
Nah, beraneka pengalaman dan pelajaran inilah yang membuatnya merasa sayang untuk menyimpan sendiri. Hingga Mona dengan seizin keluarganya pun memutuskan membagikan ceritanya kepada seluruh keluarga Indonesia lewat buku ini.
Nah, beraneka pengalaman dan pelajaran inilah yang membuatnya merasa sayang untuk menyimpan sendiri. Hingga Mona dengan seizin keluarganya pun memutuskan membagikan ceritanya kepada seluruh keluarga Indonesia lewat buku ini.
Mona dan keluarga |
Selanjutnya, Mona juga mengatakan bahwa dirinya termasuk orangtua yang agak kewalahan mengejar perkembangan teknologi. Sebagai manusia yang pernah hidup di era sahabat pena, koleksi prangko, koleksi kaset, telepon umum, wartel, mesin ketik, dan hal ‘vintage’ lainnya, sungguh Mona merasa bingung dengan zaman ini. Begitu aku figure publik kelahiran 1982 ini.
Kebingungan Mona beralasan, dia bimbang antara memperbolehkan anak-anaknya bersentuhan dengan gadget atau tidak. Meski pada akhirnya anak-anaknya tak bisa menghindar dari perangkat teknologi mutakhir tersebut.
Mona bercerita, anak pertamanya, Mima, berkenalan dengan gadget sejak kelas 4 SD dan Raka sejak usia lima tahun. Sejak saat itu anak-anaknya mengalami perubahan.
Mona juga mengatakan bahwa dia melengkapi bukunya dengan pengetahuan beberapa pakar di bidangnya masing-masing. Tak ketinggalan, kisah anak-anak yang sukses memanfaatkan gadget, seperti Naura (penyanyi), Naya (pengusaha slime), Keisya (sukses jualan pastry di Instagram), hingga Rafi Sudirman (pemusik).
Jelasnya, Digital ParenThink adalah buku panduan lengkap bagi orangtua dan anak milenial, begitu ungkap Mona.
Dalam acara, Mona juga mengundang para narasumber yang ikut ambil bagian berbagi pengalaman dalam bukunya. Diantaranya ada Rafi Sudirman dan Mamanya.
Mona bercerita, anak pertamanya, Mima, berkenalan dengan gadget sejak kelas 4 SD dan Raka sejak usia lima tahun. Sejak saat itu anak-anaknya mengalami perubahan.
Mona juga mengatakan bahwa dia melengkapi bukunya dengan pengetahuan beberapa pakar di bidangnya masing-masing. Tak ketinggalan, kisah anak-anak yang sukses memanfaatkan gadget, seperti Naura (penyanyi), Naya (pengusaha slime), Keisya (sukses jualan pastry di Instagram), hingga Rafi Sudirman (pemusik).
Jelasnya, Digital ParenThink adalah buku panduan lengkap bagi orangtua dan anak milenial, begitu ungkap Mona.
Mona-Ersa |
Dalam acara, Mona juga mengundang para narasumber yang ikut ambil bagian berbagi pengalaman dalam bukunya. Diantaranya ada Rafi Sudirman dan Mamanya.
Rafi musisi remaja yang memanfaatkan dunia digital untuk belajar sendiri bermusik dan menciptakan aransemen lagu. Merupakan salah satu bukti bahwa jika penggunaannya tepat, gadget bisa bermanfaat.
Oh ya, dalam acara yang diselingi tanya jawab seputar buku dan pengasuhan di era digital ini juga disampaikan prinsip yang dijalankan oleh keluarga Mona-Indra, diantaranya: gadget itu milik orangtua, anak hanya pinjam untuk menggunakannya.
Kemudian, ada juga kesepakatan yang dibuat antara orangtua dan anak bahwa kesempatan bermain gadget diberikan asalkan kewajiban si anak sudah dijalankan. Dan proses penulisan buku yang selama 4 bulan plus 2 bulan setelahnya untuk mempercantik kemasan agar enak dibaca siapa saja dan enggak bosenin saat dibaca
bersama teman-teman dari Mom Blogger Community |
Nah, bagi yang penasaran dengan isi buku Digital ParenThink ini, berikut reviewnya:
Judul Buku: Digital ParenThink | Tips Mengasuh Kids Zaman Now
Penulis: Mona Ratuliu
Kategori: Parenting
Penerbit: Noura Publishing
Cetakan/Terbit: 1 / Juli 2018
Jumlah Halaman: 199
ISBN: 978-602-385-513-1
Harga: Rp 69.000,00
Buku bertema parenting bertaburan. Seminar bermateri pola pengasuhan terkini diadakan di sana sini. Diskusi masalah bagaimana mendidik anak dengan cara terkini dihelat di berbagai tempat. Belum lagi beragam penelitian dan tayangan yang bisa diakses orangtua kapan saja dan dimana saja tersaji online dengan mudahnya ditonton atau dibaca!
Lalu, buat apa sih semua itu? Ngapain juga coba, susah-susah belajar jadi ortu? Kan bisa kita contoh saja pola asuh orangtua kita yang sudah terbukti sukses membesarkan kita? Tinggal copy-paste saja...!! Mudah!
Nah, Mona, menggaris bawahi alasan adaptasi pada pola pengasuhan di pembuka bukunya.
Zaman sudah berubah! Percepatan perubahannya pun ngebut sekali sehingga mau tidak mau. orangtua zaman sekarang musti pintar-pintar beradaptasi. (hal 2)
Lalu, Mona juga mengingatkan bahwa perbedaan cara pandang antara orangtua dan anak-anaknya kini, diantaranya disebabkan mereka berbeda generasi.
Perbedaan generasi ini akhirnya memicu perbedaan kepercayaan, keyakinan, karier, keluarga, peran gender, lingkungan pekerjaan dan lainnya.
Selanjutnya dipaparkan pula karakteristik masing-masing generasi yang masing-masing punya kelebihan dan kekurangan.
Dimana, disimpulkan bahwa dengan bergantinya zaman, maka begitu banyak hal baru yang ada di keseharian yang membuat orangtua tak boleh berhenti belajar. Karena, jika berhenti berarti akan ketinggalan zaman.
Sedangkan jika penggunaannya sudah overdosis maka penggunaan gadget ini akan bisa memengaruhi: kesehatan fisik (mata, text neck) dan mental (terpapar konten pornografi)
Selanjutnya, Mona mengupas materi dari sisi orang tua zaman now berdasar diskusi bareng psikolog Elizabeth Santosa, yang memberi istilah sebagai lazy parents!
Sebab, ortu sekarang, maunya selonjoran, main hp, ngomel, enggak mau repot, tapi pengin anaknya pinter, hebat, bertanggung jawab, .....de el el. Mana mungkin terwujud, kalau ortu enggak mau usaha! (hal 69) #tutupmuka hiks
Tak sampai di situ, buku Digital ParenThink juga mengulas tentang "Membatasi Anak Bermain Gadget, Mungkinkah?"
Dimana di bab keempat buku ini disampaikan ciri deteksi dini anak yang adiksi pada gadget. Juga beberapa ide permainan menarik yang bisa dilakukan sebagai pilihan bermain seru tanpa gadget. Dan juga, beraneka cara yang bisa dilakukan orangtua untuk membuat kesepakatan dengan anaknya terkait penggunaan gadget.
Kemudian, buku terbitan Noura Publishing yang bertebal 199 halaman ini juga memaparkan tentang tips bagi orangtua bagaimana caranya mendidik generasi yang tangguh yang tentu harus disesuaikan dengan tipe anaknya.
Dimana Mona lewat bukunya juga mengingatkan orangtua untuk bergaul lahir batin dengan anaknya dengan cara hadir sepenuhnya, melibatkan segala raga, segenap jiwa. (hal 129)
Tak lupa, disarankan agar orangtua menemani anak eksis di media sosial. Dimana hal ini didasari akan batasan umur yang sejatinya diterapkan bagi penggunanya.
Karena dikhawatirkan anak-anak yang masih di bawah batas usia belum bisa berpikir dan bertindak bijak saat menggunakannya diantaranya: mengumbar foto, status, komentar, data pribadi, mengaskses situs kekerasan atau pornografi, menjadi korban cyberstalking atau cyberbullying dan efek kecanduan. (hal 139)
Sekalian ada Dos and Dont's bermedia sosial!
Lengkaaaap, ada!
Nah, uniknya buku Digital ParenThink ini juga dilengkapi curhatan beberapa anak zaman now, di bab terakhir buku dalam bahasan "Aku Kids Zaman Now"
Dimana salah satunya, ada Mima, putri sulung Mona yang menyatakan bahwa menurutnya setiap orang harus mencoba at least seminggu tanpa smartphone dan coba melakukan hobi. Enjoy the moment, ngobrol, main bareng dan banyak lain. Believe me, it's worth it! begitu ungkap Mima. (hal 165)
Lalu ada Naura yang berhasil mewujudkan mimpi menjadi seorang penyanyi. Dimana sebelumnya lewat dunia digital lah dia termotivasi, memulai karir dan bisa sukses memanfaatkannya bagi perkembangan karirnya.
Lain lagi cerita Naya yang bisnis slime onlinenya berawal dari modal 50 ribu yang diberikan Bundanya dan kini telah beromset puluhan juta dan berpegawai 8 orang. Woow!
Kemudian Keshia yang sukses berbisnis pastry dan berkat promosi di media sosial kini omsetnya mencapai 200-300 juta per bulan.
Rafi Sudirman juga tak ketinggalan menceritakan bahwa lewat gadget dia bisa menimba ilmu musik hingga kini sukses menjadi salah satu musisi muda berbakat di Indonesia.
Finally, di akhir buku, Mona Ratuliu menyimpulkan bahwa jika dosisnya tepat maka gadget pasti bisa berdampak positif bagi anak. Pun, dia mengajak orangtua untuk mendampingi anak-anak tumbuh dan berkembang di era digital. Dan senantiasa yakin akan hal baik yang akan terjadi pada anak-anaknya.
Lalu, buat apa sih semua itu? Ngapain juga coba, susah-susah belajar jadi ortu? Kan bisa kita contoh saja pola asuh orangtua kita yang sudah terbukti sukses membesarkan kita? Tinggal copy-paste saja...!! Mudah!
Nah, Mona, menggaris bawahi alasan adaptasi pada pola pengasuhan di pembuka bukunya.
Zaman sudah berubah! Percepatan perubahannya pun ngebut sekali sehingga mau tidak mau. orangtua zaman sekarang musti pintar-pintar beradaptasi. (hal 2)
Lalu, Mona juga mengingatkan bahwa perbedaan cara pandang antara orangtua dan anak-anaknya kini, diantaranya disebabkan mereka berbeda generasi.
Perbedaan generasi ini akhirnya memicu perbedaan kepercayaan, keyakinan, karier, keluarga, peran gender, lingkungan pekerjaan dan lainnya.
Selanjutnya dipaparkan pula karakteristik masing-masing generasi yang masing-masing punya kelebihan dan kekurangan.
Dimana, disimpulkan bahwa dengan bergantinya zaman, maka begitu banyak hal baru yang ada di keseharian yang membuat orangtua tak boleh berhenti belajar. Karena, jika berhenti berarti akan ketinggalan zaman.
Kemudian, Mona merunut istilah gadget mulai dari pengertiannya dan pengaruhnya pada perkembangan anak dengan menyertakan hasil penelitian terkait juga pengalaman dari guru dan orangtua mengenai anak-anak yang terkena dampak negatif dan merasakan dampak positif.
Diantaranya disampaikan bahwa ada beberapa aspek perkembangan anak yang akan terpengaruh oleh penggunaan gadget, yakni: perkembangan motorik, fisik, moral, sosial, bahasa, identifikasi gender, neurologi dan kognitif
Diantaranya disampaikan bahwa ada beberapa aspek perkembangan anak yang akan terpengaruh oleh penggunaan gadget, yakni: perkembangan motorik, fisik, moral, sosial, bahasa, identifikasi gender, neurologi dan kognitif
Sedangkan jika penggunaannya sudah overdosis maka penggunaan gadget ini akan bisa memengaruhi: kesehatan fisik (mata, text neck) dan mental (terpapar konten pornografi)
Selanjutnya, Mona mengupas materi dari sisi orang tua zaman now berdasar diskusi bareng psikolog Elizabeth Santosa, yang memberi istilah sebagai lazy parents!
Sebab, ortu sekarang, maunya selonjoran, main hp, ngomel, enggak mau repot, tapi pengin anaknya pinter, hebat, bertanggung jawab, .....de el el. Mana mungkin terwujud, kalau ortu enggak mau usaha! (hal 69) #tutupmuka hiks
Tak sampai di situ, buku Digital ParenThink juga mengulas tentang "Membatasi Anak Bermain Gadget, Mungkinkah?"
Dimana di bab keempat buku ini disampaikan ciri deteksi dini anak yang adiksi pada gadget. Juga beberapa ide permainan menarik yang bisa dilakukan sebagai pilihan bermain seru tanpa gadget. Dan juga, beraneka cara yang bisa dilakukan orangtua untuk membuat kesepakatan dengan anaknya terkait penggunaan gadget.
Kemudian, buku terbitan Noura Publishing yang bertebal 199 halaman ini juga memaparkan tentang tips bagi orangtua bagaimana caranya mendidik generasi yang tangguh yang tentu harus disesuaikan dengan tipe anaknya.
Dimana Mona lewat bukunya juga mengingatkan orangtua untuk bergaul lahir batin dengan anaknya dengan cara hadir sepenuhnya, melibatkan segala raga, segenap jiwa. (hal 129)
Tak lupa, disarankan agar orangtua menemani anak eksis di media sosial. Dimana hal ini didasari akan batasan umur yang sejatinya diterapkan bagi penggunanya.
Karena dikhawatirkan anak-anak yang masih di bawah batas usia belum bisa berpikir dan bertindak bijak saat menggunakannya diantaranya: mengumbar foto, status, komentar, data pribadi, mengaskses situs kekerasan atau pornografi, menjadi korban cyberstalking atau cyberbullying dan efek kecanduan. (hal 139)
Sekalian ada Dos and Dont's bermedia sosial!
Lengkaaaap, ada!
Nah, uniknya buku Digital ParenThink ini juga dilengkapi curhatan beberapa anak zaman now, di bab terakhir buku dalam bahasan "Aku Kids Zaman Now"
Dimana salah satunya, ada Mima, putri sulung Mona yang menyatakan bahwa menurutnya setiap orang harus mencoba at least seminggu tanpa smartphone dan coba melakukan hobi. Enjoy the moment, ngobrol, main bareng dan banyak lain. Believe me, it's worth it! begitu ungkap Mima. (hal 165)
Lalu ada Naura yang berhasil mewujudkan mimpi menjadi seorang penyanyi. Dimana sebelumnya lewat dunia digital lah dia termotivasi, memulai karir dan bisa sukses memanfaatkannya bagi perkembangan karirnya.
sampul belakang buku |
Lain lagi cerita Naya yang bisnis slime onlinenya berawal dari modal 50 ribu yang diberikan Bundanya dan kini telah beromset puluhan juta dan berpegawai 8 orang. Woow!
Kemudian Keshia yang sukses berbisnis pastry dan berkat promosi di media sosial kini omsetnya mencapai 200-300 juta per bulan.
Rafi Sudirman juga tak ketinggalan menceritakan bahwa lewat gadget dia bisa menimba ilmu musik hingga kini sukses menjadi salah satu musisi muda berbakat di Indonesia.
profil penulis |
Hmmm, benar-benar buku Digital ParenThink merupakan panduan lengkap bagi orangtua dan anak milenial....!!
Teman-teman ingin baca juga? Dapatkan di toko-toko buku di Indonesia yaaa!
Elva, saya dan Mona Ratuliu |
Selamat Membaca dan Berjuang Bagi Kesuksesan Anak-anak Kita!
Dian Restu Agustina
Ya ampuuun, itu mona ratuliu kok mukanya gitu2 aja siiiih , ga berubah cantiknyaa :D. Dr dulu selalu ngefans banget ama dia.
BalasHapusTtg gadget aku jg blm bisa tegas mba. Tp kayaknya memang hrs tega. Aku hrs nyembunyiin gadget anak2 sih pas aku ama suami di kantor biar mereka ga main2 hp. Yg aku takutin cm bahaya radiasinya itu
Wah, bukunya keren abis isinya. Jd pengen deh... Uda tersedia di book store apa belum ya?
BalasHapusMakin mupeng ama buku ini, kemaren mau ikutan PO eh gak jadi-jadi, hiks.
BalasHapusMasalah gadget emang bikin pusing ya.
Jangankan buat anak sebesar Mima, anak saya yang masih kelas 2 SD saja sudah mulai bikin urat-urat keluar demi mendisiplinkan masalah gadget hiks.
Bagus banget ini bahasannya mba.. ah seneng banget bisa ada acara bareng disana cba dibandung juga yah semoga yah.. makasi mba reviewnga aku mau coba beli ah ini
BalasHapuskeren ya mbak mona....komplit artis dan penulis buku dan juga jg jauh dari gosip
BalasHapusBtw itu kisah keisha beneran mba? Wow banget yaa.. Memang internet dan dunianya itu seperti pisau ya bisa bermanfaat dan bisa membuat celaka. Jadi sebagai orangtua jamannya sahabat pena harus banget ikut mengerti dunia internet supaya anak juga gak dikekang padahal punya bakat positif di sana.
BalasHapusKeren ulasan-ulasan nya mantap. Kayaknya wajib punya ini buku biar bisa dampingi anak dengan gadget tanpa galau.
BalasHapusIsh, yang nulis sama bukunya kereeeen. Inforgafisnya juga cakep. Btw sebagai generasi X aku emang ga suka kerja di dunia formal hihihi
BalasHapusSaya juga belum bisa tegas, tapi sudah mulai biasa membatasi anak-anak dengan smartphone. Istilahnya tarik ulur. Ada pengawasan pastinya. Semoga kita semua bisa menjaga amanah kita semua, Aamiin..
BalasHapusIsinya daging banget buat Ortu Zaman Now yaa mbak.
BalasHapusAda pembahasan tentang mendidik anak sesuai zamannya yang tentu berbeda dengan zaman didikan Ortu kita dahulu.
Dan di akhir buku, ada pula kisah anak-anak sukses dengan memanfaatkan gadgetnya.
Wahh, bener2 wajib beli nih buku 👍
Lengkap banget ulasanya mbak Dian, jadi kepo sama bukunya
BalasHapusIsi bukunya daging banget buat Ortu Zaman Now yaa Mbak Dian.
BalasHapusGadget memang bagai 2 mata pisau. Dia bisa bermanfaat, juga bisa menjerumuskan.
Jadi penasaran, pingin segera dapetin bukunya ��
Mona sekeluarga kompak banget pakai kaos mewakili generasinya. Beda² tapi kompak. Memang harus dibatasi ya gadgetan. Kalau enggak, nanti kurang ngobrol...
BalasHapusah andaikan aku ikut yaaa.. mupeng bukunyaaa mbakk
BalasHapusPenasaran banget sama bukunya, semoga saya bisa memilikinya. Betewe sekelas artis kayak Mona Ratuliu saja bisa setegas itu sama putrinya yah, apalagi kita. Emak-emak yang bukan artis, hehehe ....nampar muka sendiri
BalasHapusSaya setuju banget dengan pernyataan bahwa gadged adalah milik orang tua dan anak hanya pinjam. Sayang ya banyak orang tua yang nggak paham dampak gadged. thx sharingnya mbak Dian
BalasHapusSeru banget acaranya. Bukunya juga berdaging meskipun kemasannya girly abis. Tapi emang parenting Mona Ratuliu terkenal modern dinamis meskipun tegas untuk bbrp hal. Jadi pengin beli nih
BalasHapusKayaknya buku ini wajib dihunting nih. Aku juga belum bisa tegas sama Aisha yang sekarang udah dikasih gadget. Meskipun boleh pake dihari weekend tetep aja kalo udah gitu dia sibuk sama gadgetnya sendiri.
BalasHapus