Review Buku: Jadi Ibu Terbaik Siapa Takut?
Judul Buku: Jadi Ibu Terbaik Siapa Takut?
Penulis: Srie Ningsih
Kategori: Non Fiksi (Parenting)
Penerbit: Bitread Publishing
Terbit: 2018
Jumlah Halaman: 178
ISBN: 978-602-5804-069
Harga: Rp 61.000,00
"Ibu adalah segalanya - dia adalah hiburan dalam kesedihan kita, harapan dalam penderitaan dan kekuatan dalam kelemahan. Dia adalah sumber cinta, kasih sayang, simpati dan ampunan. Orang yang kehilangan ibunya telah kehilangan jiwa murni yang selalu memberkati dan melindunginya." (Kahlil Gibran - hal 149)
Seorang perempuan, setelah menikah akan berubah statusnya dari gadis menjadi seorang istri. Dimana perubahan status ini acapkali memerlukan waktu tersendiri untuk beradaptasi. Baik itu dengan laki-laki yang menjadi pasangan hidupnya, keluarga besar suami yang kini menjadi keluarga barunya dan segala hal tentang pernak-pernik rumah tangga lainnya.
Kemudian, jika Allah berkehendak, tak lama status istri itu bertambah lagi dengan status baru, yaitu menjadi seorang Ibu. Dan,...tantangan dari sebutan baru ini, makin banyaaak pasti!!
Diantaranya, jika perempuan ini bekerja di luar rumahnya, maka ia harus pintar-pintar membagi waktu agar bisa mengurus rumah tangga dengan tetap profesional pada pekerjaannya. Sedangkan jika ia bekerja di rumahnya, tentunya akan berhadapan dengan segambreng pekerjaan di keseharian yang rasanya seperti tak ada habis-habisnya.
Lalu, sulitkah itu? Tentuuuu...!!
Tapi jika semua ini dijalani dengan keikhlasan hati, mendapat dukungan full dari suami, juga disertai semangat untuk terus meningkatkan kualitas diri, Insya Allah semua akan berjalan dengan baik dari hari ke hari.
Apalagi di era digital seperti sekarang ini, para ibu tak perlu pusing lagi jika ingin mempelajari beraneka ilmu pola asuh anak alias parenting. Karena, banyak buku dan majalah yang mengupasnya, berjuta informasi terbagi secara online di gawai kita, bertaburan tayangan ada di layar kaca, juga beragam pelatihan, seminar dan diskusi tersedia melengkapinya. Itu semua masih ditambah lagi dengan begitu banyaknya komunitas ibu-ibu yang bisa menjadi tempat untuk bertukar pikiran dan berbagi pengalaman sehingga seorang ibu tak lagi merasa sendirian.
Nah, melengkapi buku-buku parenting yang sebelumnya telah ada, hadir sebuah buku yang layak jadi tempat berburu ilmu bagi para ibu.
Buku itu berjudul "Jadi Ibu Terbaik Siapa Takut?" karya Srie Ningsih yang diterbitkan oleh Bitread Publishing baru-baru ini.
Sebuah buku setebal 178 halaman yang mengupas beragam sisi kehidupan perempuan yang awalnya didominasi urusan domestik saja sedangkan kini sudah berkembang dengan pesatnya sehingga bisa berkarya di semua lini kehidupan masyarakat yang ada.
Sehingga, penulis yang memakai istilah ibu yang bekerja di rumah dengan sebutan Ibu Rumah Tangga Murni dan ibu yang bekerja di luar rumah dengan Ibu Rumah Tangga Bekerja, menjabarkan beberapa alasan kenapa seorang ibu memilih salah satu diantaranya.
Karena bagi penulis, apa pun pilihannya, keduanya sama baiknya. Sama-sama memiliki konsekuensi yang musti dihadapi dan mempunyai dampak positif maupun negatif baik bagi diri sendiri, suami, anak dan masyarakat sekitarnya.
Juga, kedua pilihan memerlukan persiapan yang matang diantaranya: persiapan mental dan keyakinan, fisik, visi, pengaturan waktu, kreatifitas, kemampuan berkomunikasi dan masih banyak lagi.
Sehingga, penulis yang memakai istilah ibu yang bekerja di rumah dengan sebutan Ibu Rumah Tangga Murni dan ibu yang bekerja di luar rumah dengan Ibu Rumah Tangga Bekerja, menjabarkan beberapa alasan kenapa seorang ibu memilih salah satu diantaranya.
Karena bagi penulis, apa pun pilihannya, keduanya sama baiknya. Sama-sama memiliki konsekuensi yang musti dihadapi dan mempunyai dampak positif maupun negatif baik bagi diri sendiri, suami, anak dan masyarakat sekitarnya.
Buku ini juga menjabarkan tentang tips untuk menjadi Ibu Terbaik yang berperan tak hanya sebagai Menteri Pendidikan, Manajer, Menteri Keuangan, Psikolog, Sahabat, Dokter, Koki, Baby Sitter, Sopir/Ojek, Bodyguard, Tukang dan peran lainnya di rumahnya.
Selain itu, secara tuntas juga ada serangkaian langkah yang dituliskan berdasarkan pengamatan, penelitian dan pengalaman penulis dalam menjalani kehidupan rumah tangga secara mandiri.
Uniknya lagi, dalam buku bersampul dominasi warna biru ini, ada beberapa cerita dari para ibu hebat baik dari Indonesia maupun Mancanegara yang berbagi pengalaman bagaimana mereka melakoni peran sebagai Ibu dengan segala tantangannya.
Misalnya, ada Tri Veterani, seorang Ibu yang juga pramugari maskapai penerbangan yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Dimana dikatakan, ia sangat bersyukur dengan kemudahan teknologi saat ini yang sangat membantunya untuk berkomunikasi dengan keluarga meski terpisah ribuan kilometer jaraknya. (hal 138)
Selain itu, secara tuntas juga ada serangkaian langkah yang dituliskan berdasarkan pengamatan, penelitian dan pengalaman penulis dalam menjalani kehidupan rumah tangga secara mandiri.
"Seorang Ibu tidak pernah berpikir apa yang dia dapatkan dari anak-anaknya, tapi dia selalu bertanya, apa yang bisa dia berikan untuk anak-anak dan keluarganya." (Srie Ningsih - hal 42)
Misalnya, ada Tri Veterani, seorang Ibu yang juga pramugari maskapai penerbangan yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Dimana dikatakan, ia sangat bersyukur dengan kemudahan teknologi saat ini yang sangat membantunya untuk berkomunikasi dengan keluarga meski terpisah ribuan kilometer jaraknya. (hal 138)
Ada juga, Manikarori Rosky di Kuala Lumpur yang menyampaikan bagaimana ia bangun lebih pagi agar bisa menyiapkan sarapan dan pergi ke kantor dengan LRT serta menyerahkan pengurusan domestik pada asisten rumah tangga yang bekerja secara part time. Tapi, ia masih bisa membimbing sendiri anaknya belajar, berbisnis online dan belajar menulis.(hal 140)
Tak ketinggalan pula kisah dari negeri sendiri, dimana ada Dwi Astuti yang tinggal di Tangerang dan berprofesi sebagai guru. Ia tidak memiliki asisten rumah tangga, sehingga pekerjaan sehari-hari disiasati dengan melibatkan anak-anak untuk bersama-sama menyelesaikannya.(hal 141)
Kemudian agar seimbang, ditampilkan pula pendapat anak-anak tentang ibunya, diantaranya, Chusnul, 17 tahun, yang curhat: memang anak butuh materi, tetapi hati mereka jauh lebih butuh sentuhan dari ibunya. Anak juga ingin bercerita tentang harinya yang lelah, tapi saat anak ingin bercerita sang ibu masih sibuk bekerja dan akhirnya si anak memendam perasaannya sendiri. (hal 151)
Tak ketinggalan pula kisah dari negeri sendiri, dimana ada Dwi Astuti yang tinggal di Tangerang dan berprofesi sebagai guru. Ia tidak memiliki asisten rumah tangga, sehingga pekerjaan sehari-hari disiasati dengan melibatkan anak-anak untuk bersama-sama menyelesaikannya.(hal 141)
Kemudian agar seimbang, ditampilkan pula pendapat anak-anak tentang ibunya, diantaranya, Chusnul, 17 tahun, yang curhat: memang anak butuh materi, tetapi hati mereka jauh lebih butuh sentuhan dari ibunya. Anak juga ingin bercerita tentang harinya yang lelah, tapi saat anak ingin bercerita sang ibu masih sibuk bekerja dan akhirnya si anak memendam perasaannya sendiri. (hal 151)
Lain lagi dengan komentar Edwina, 19 tahun, yang beranggapan Mamanya super banget. Meski saat kecil memang sedih kalau ditinggal Mamanya bekerja, tapi ia merasa bangga punya Mama bekerja dan berpengalaman banyak. Ia juga merasa Mamanya selalu ada saat ia membutuhkannya, bahkan ketika ia tinggal jauh dari rumah untuk kuliah Mamanya selalu rutin meluangkan waktu untuk mengunjunginya. (hal 153)
Sementara, tanggapan anak yang ibunya bekerja di rumah misalnya disampaikan oleh Fachrurozi, yang mengatakan ia bahagia dapat melihat senyum indah Mamanya di setiap hari karena Mamanya selalu ada menemani. (hal 154)
Lalu, buku ditutup oleh penulisnya dengan bahasan Ibu Juga Manusia. Dimana, dikatakan bahwa dalam pengabdian untuk orang-orang tercinta, tentu seorang ibu masih punya banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Bahkan kadang sikap kondisionalnya pasti ada dan tidak luput dari salah dan khilaf yang tidak disengaja. Tapi hal ini manusiawi karena nyatanya Ibu Juga Manusia.
Juga, ibu rumah tangga murni maupun bekerja masing-masing punya tugas dan tanggung jawab yang harus diselesaikan. Sehingga apapun pilihan, yang paling penting lakukan semua tugas dengan sebaik mungkin dan penuh tanggung jawab. (hal 175)
Sungguh, buku ini lengkap mengulas tentang apa dan bagaimana menjadi Ibu Terbaik bagi anak-anaknya. Penjabaran disertai alasan, referensi penelitian, pengamatan dan berdasarkan pengalaman, yang bisa jadi bahan acuan bagi ibu-ibu untuk menjadi Ibu terbaik disesuaikan dengan pilihan masing-masing, apakah menjadi Ibu Rumah Tangga Murni ataukah Ibu Rumah Tangga Bekerja.
Lay out yang simpel dengan tulisan rapi nyaris tanpa kesalahan pengetikan membuat buku nyaman dibaca kapan dan dimana saja.
Hanya saja, barisan kata-katanya tidak diselingi tampilan ilustrasi, gambar, foto atau pemakaian huruf yang berbeda. Coba ada, pasti saat baca lebih enak rasanya.😉
Akhirnya, buku ini recommended jadi bacaan bagi calon ibu, ibu baru maupun yang sudah lama menjadi ibu. Karena berisi banyak informasi yang berguna untuk lebih memantaskan diri menjadi ibu yang lebih baik lagi.
Nah, yang ingin memiliki atau memberi kado istimewa untuk istri, silakan langsung pesan buku ke penulisnya di akun FB Srie Ningsih yaaa..
Jadi Ibu Terbaik, Siapa Takut?
Buku ini cocok buat panduan adik-adikku yang cewek untuk bekal informasi membesarkan anak-anak mereka.
BalasHapusNice info, kak.
Juga buat calon istrinya Mas..jangan lupa:)
HapusAsyik banget ya zaman sekarang, banyak buku bagus yang berbagi ilmu parenting.
BalasHapusJadi kita bisa punya banyak rekomendasi dalam mendidik anak, secara mendidik anak zaman now itu susah-susah gampang.
Iya Mbak...kamusnya lengkap sekarang
HapusWah kalo isinya sebagus ini bisa jadi rekomendasi kado lahiran juga niiih bukunya Bu Srie. Suka dengan istilah ibu yang bekerja di luar rumah dengan Ibu Rumah Tangga Bekerja :)
BalasHapusbetul, cocok buat kado calon ibu...:)
HapusHadiah pernikahan cocok nih ya, Mbak. Mempersiapkan jauh-jauh hari menjadi ibu, kaaan?
BalasHapusMakasih Mba Dian...alhamdulillah, senang klo coretan ini bisa bermanfaat buat orang lain. Sekali lagi makasih ya Mba
BalasHapusWiih, buku keceh, para emak memang selalu menginspirasi untuk dijadikan tulisan, begitu banyak kisah yang bisa menjadi penguat bagi sesama emak ^,^
BalasHapusAjibbb...Apapun pilihannya entah sebagai ibu rumah tangga murni atau ibu rumah tangga bekerja yang penting bisa menjalankan tugas sebaik mungkin dan penuh rasa tanggung jawab. Setuju sekali...Buku yang sarat info...😊
BalasHapusCalon ibu dan istri kaya saya seperti ya kudu beli buku itu sebagai bekal. Reviewnya bagus mba bikin penasaran buat beli bukunya hehe.
BalasHapusPenasaran sama bukunya de..
BalasHapusMbak Dian Gercep banget udah pegang bukunya. Sip dah. hehehe, seperti biasa reviewnya bikin pesanaran, eh penasaran
BalasHapusHuhuu saya kok agak kurang setuju dengan pembagian IRT Murni dan IRT Bekerja. Karena sebetulnya ibu rumah tangga murni itu juga bekerja lho hanya saja berbeda jenis pekerjaanya. Tapi isinya sepertinya bagus ya dan bisa membuka wawasan buat seorang ibu...
BalasHapusUntuk yg masih gadis perlu jg ya mbak. Kadang ada yg melihat kehidupan menikah dan segala tanggung jawabnya itu seperti momok.
BalasHapusHarus beli kayaknya buku ini soalnya saya baru aja jalanin dari ibu rumah tangga bekerja jadi ibu rumah tangga murni yang udah mulai agak bosan dirumah ntah mau ngapain lagi.. makasi mba nice share
BalasHapusbeing a mother is indeed a great challenge ya mba.. inspiratif banget bukunya.
BalasHapusSetuju, ibu juga manusia hehehe...di samping kelebihannya ada juga kekurangannya.
BalasHapusSementara, tanggapan anak yang ibunya bekerja di rumah misalnya disampaikan oleh Fachrurozi, yang mengatakan ia bahagia dapat melihat senyum indah Mamanya di setiap hari karena Mamanya selalu ada menemani. (hal 154)
BalasHapusBuku wajib untuk para emak nih keknya mba. Emak ga boleh berenti belajar, biar bisa memberikan yang terbaik untuk anaknya.
BalasHapuswah ini pas buat calon nih #ehem
BalasHapussemoga bisa menjadi ibu yang baik
amin...
Bagus bukunya melihat banyak sudut pandang ya mbak, karena seringkali ada segelintir orang yang merasa dirinya jadi yang paling sibuk dengan profesi sebelahnya, padahal semua yang menjadi seorang ibu adalah pilihan yang benar-benar terbaik bagi keluarga 😊
BalasHapus