Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saya Pernah Tinggal di 5 Kota Ini!

Saya Pernah Tinggal di 5 Kota Ini! Mau Tahu?


Gengs, 

Sebenarnya tema tantangan #BPN30DayChallenge2018 hari ini adalah tentang "5 Blogger Favorit dan Kenapa"

Tapi....

Berhubung blogger favorit saya banyaaak sementara diminta cuma menyebutkan 5 saja, jadi saya memilih tema pengganti saja.

Tema pengganti itu adalah "Kota-kota yang pernah kamu tinggali"






Ya...Qadarullah saya memang pernah tinggal di beberapa kota yang berbeda untuk sekolah dan bekerja kemudian mengikuti suami setelah menikah.

Dan ini dia kelima kota yang pernah saya tinggali:

1. Kediri

di depan Monumen SLG - Simpang Lima Gumul
Saya lahir dan besar di Kota Kediri. Kota terbesar ketiga di Jawa Timur setelah Surabaya dan Malang - dari jumlah penduduknya. Masa sekolah, SD, SMP dan SMA saya habiskan di sini. Orang tua dan kelima kakak saya pun tinggal di sini sampai kini. 

Kediri, kota yang dibelah sungai Brantas dari selatan ke utara sepanjang 7 kilometer yang benar-benar bikin saya terheran setiap pulang.

Dengan pusat perdagangan utama, Gudang Garam sebagai industri rokok terbesar di Indonesia, kampung halaman saya ini benar-benar menakjubkan. Bahkan, pada tahun 2010, Kediri dinobatkan sebagai peringkat pertama di Indonesia sebagai Most Recommended City for Investment berdasarkan survei SWA. 

Pantesan, setiap saya mudik, kota ini macetnya juga sudah parah. Gimana enggak, wong emol-nya bertaburan dan mobil bagus berseliweran...

Tak heran, dalam waktu tak lama lagi di Kediri akan berdiri bandara untuk memenuhi kebutuhan warga sekitarnya. Duh, seneng bener deh saya...

Pokoknya kota tempat tumpah darah ini selalu ada di hati. Sehingga saya selalu berdoa yang terbaik untuk kemajuannya.

2. Denpasar


Setelah lulus SMA saya berpindah ke Bali karena diterima di Universitas Udayana. Selama 4 tahun lebih, saya menuntut ilmu hingga wisuda. Setelahnya karena sudah diterima bekerja, jadi saya tetap stay di sana.

Total saya tinggal di Denpasar selama 8 tahun. Karena menikah saya pindah. Selama 8 tahun itu, saya nge-kos, kadang sama teman, pernah sama kakak saya yang juga bekerja di sana, dan terakhir sendirian.

Denpasar selalu saya kenang karena di sinilah saya mulai berjuang. Belajar hidup mandiri dan mulai cari uang sendiri. Juga jatuh bangun karena mantan di sini...hihihi

Pokoknya lengkaap..kaap..kaaap! Itu yang bikin kenangan akan Denpasar teteup tersimpan hati.

3. Singapura


Di periode 1998 saya tinggal di Singapura dalam rangka On The Job Training. Saya tinggal di rumah Singaporean yang disediakan oleh agency bersama 3 teman lainnya. Si empunya rumah, Ibu Latifah, adalah ibu sepuh pensiunan guru yang menyewakan sebagian kamarnya untuk anak sekolah.

Saat itu saya magang di Singapore International Convention Center (SICEC) di Suntec City. Sementara saya kos di Eunos. Jadi lumayan, ngerasain naik MRT atau bis juga sarapan nasi lemak dan makan malam indomie/roti hampir tiap hari hihi. 

Maklum, saat itu kurs rupiah sedang ambruk, sehingga saya berniat menabung agar dapat banyak saat menukar gaji. Rencananya uang itu akan saya pakai untuk menyelesaikan kuliah tanpa minta biaya lagi ke orang tua. Dan, Alhamdulillah selain dapat pengalaman bekerja keras saya pun punya pengalaman menjadi Singaporean.

Itulah sebabnya kenangan akan Singapura masih terus tersimpan!

4. Pangkalan Brandan

Tahura - Berastagi

Saat pedekate dengan suami, sejatinya kami berpikir saya bisa pindah lalu bekerja saat mengikutinya ke Medan setelah menikah. Tapi, takdir berkata lain. Suami pindah perusahaan dan ditempatkan di Pangkalan Brandan. Sebuah wilayah yang masuk Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.

Karena itulah, kami memutuskan secepatnya menikah dan saya akhirnya resign dan ikut ke sana setelahnya. 

Pangkalan Brandan, kota kecil yang mengesankan. Di sini pertama kali saya menjadi istri dan langsung beralih profesi dari perempuan bekerja ke Ibu Rumah Tangga. Kaget, bingung, sedih, senang, campur aduk rasanya. Apalagi di sini saya juga mendapat ujian yang maha besar. Anak pertama saya meninggal dunia di 13 hari usianya.

Tapi bagaimanapun, Pangkalan Brandan membuat saya tumbuh dewasa. Dari seseorang yang hanya mementingkan diri sendiri ke perempuan dewasa yang tahu posisinya.

5. New Orleans

saat berkunjung ke Washington, DC

Saya tinggal di New Orleans, Louisiana selama dua tahun di periode 2009-2011 untuk mendampingi suami yang mendapatkan beasiswa MBA ke sana. Sebuah bagian hidup yang indah dan membuat saya tak henti mensyukurinya.

Berkat kerja keras suami, doa dan dukungan orang-orang tercinta, Alhamdulillah kami bisa melewati masa studi dengan lancar jaya. Dan anak-anak pun, si Mas 4 tahun dan si Adik 2 bulan, sehat-sehat selama tinggal di sana.

New Orleans kota yang membuat saya percaya bahwa dimanapun kita berada yang utama adalah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Melebur tapi jangan sampai ikut hancur dan menyelami tanpa harus terkontaminasi.

Syukurnya saya dipertemukan dengan banyak teman dari Indonesia yang bahu membahu dan saling membantu dalam suka maupun duka.

Hingga, kenangan selama di New Orleans tak terhapuskan.


Nah, itulah 5 kota yang pernah saya tinggali sebelum kini menetap di Jakarta. Masing-masing punya cerita dan kisah berbeda yang menjadikan saya seperti saat ini. Andai tak pernah tinggal di sana, mungkin jadi lain ceritanya..

Hadeeh..kok meloow jadinya..hahaha. 

Sejatinya saya dan suami masih siap untuk pindah ke kota lainnya. Kalau kesempatan di sana lebih baik dari saat ini, kenapa tidak? Kemanapun kaki terarah, berbekal pantang menyerah dan doa tercurah, Insya Allah bakal berkah..Aamiin..Aamiin Ya Rabbal Alamiin

Nah, ganti nanya... kalau teman-teman pernah tinggal di kota mana saja? Apa pindah-pindah juga seperti saya?



Love,


Dian Restu Agsutina












Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

13 komentar untuk "Saya Pernah Tinggal di 5 Kota Ini!"

  1. Alhamdulillah Mbak Dian, perjalanan yang luar biasa ya, memberi banyak pengalaman dan pelajaran yang berharga. Kalau saya dari dulu ya masih disini tinggal di Kab. Bandung Barat, kemudian SD sampai awal SMA tinggal dengan nenek di kota Bandung. Balik lagi deh dari kuliah sampai sekarang ke Kab. Bandung Barat. walaupun kadang kalau liburan tinggal bersama suami di kota tempat bekerjanya, Ciamis, Pangandaran. Sukses ya Mbak, semoga aku tertular kerennya.

    BalasHapus
  2. Wuoo... semoga perjalannya berikutnya terus menyenangkan Mba...

    BalasHapus
  3. Senangnya bisa merasakan tinggal di berbagai kota. Bisa merasakan pengalaman hidup, yang tidak akan pernah didapatkan ketika berada di kampung sendiri.

    Moga suatu hari nanti, bisa tinggal di LN juga ya mba. Meski jauh dari sanak saudara, sepertinya seru.

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah banget mba bisa kaya dengan pengalaman hidup ya. Tak hanya merasakan hidup di Indoensia tapi di negara lain :)

    BalasHapus
  5. Pengalaman hidup yang berwana. Menarik

    BalasHapus
  6. Ah seru banget mbak ceritanya. Pengalamannya banyak.

    BalasHapus
  7. Waah banyaknyaaa dan pernah tinggal di luar negeri juga ya. Hebring deh ah.

    BalasHapus
  8. Serius mba pernah tinggal di pangkalan brandan? Mertua aku tinggal disana. Tapi jauh banget ya dari kota medan.

    BalasHapus
  9. Keren banget emang mbakku ini :D

    Sudah melalang buana ke banyak tempat, dan juga gak pernah bosan berpetualangan
    Btw saya baru tau loh mbak, ada daerah namanya Pangkalan Brandan di Indonesia hahaha.
    Saya taunya Pangkalan Bun di Kalimantan :D

    BalasHapus
  10. Wahh udah tinggal dimana2 ya mbaa, sampe ke Amerika sana. Pasti penglamannya udah luar biasa. Katanya kan merantau bikin hidup kita lebih hidup

    BalasHapus
  11. Selama krismon saya pindah-pindah hiks mencari tempat hijrah terbaik. Ternyata Bekasi tempat aku kembali

    BalasHapus
  12. Whuaa seru ya mba, sebuah nikmat bisa merasakan beragam kota dari beragam negara dan benua. Pengen juga bisa ngerasain gituu

    BalasHapus
  13. Uwoow keren mb dian, Alhamdulillah dah melalang buana.

    BalasHapus