Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

#NamakuSendy - Sebuah Refleksi dari Sendy Winduvitri

#NamakuSendy - Sebuah Refleksi dari Sendy Winduvitri

Judul Buku: #NamakuSendy
Penulis: Sendy Winduvitri
Kategori: Non Fiksi 
Penerbit: CV. Pena Aksara Prathama
Cetakan: 1/November 2018
Jumlah Halaman: 112 
ISBN: 978-3-16-148410-0

Sendy Winduvitri


"Akhirnya aku sadar, sesungguhnya yang memberatkan itu bukan karena segala yang terjadi dan dialami dalam perlintasan hari. Namun karena qolbu kita tidak meyakini, bahwa segalanya itu adalah kekuasaan Allah Ta'ala semata" (hal 23)

Blurb

#NamakuSendy - Sebuah Refleksi dari Sendy Winduvitri



Menjadi seorang anak, istri sekaligus ibu adalah amanah dari Allah yang tak dapat dihindari oleh kaum wanita. Dengan segala cerita dan dengan segala trauma masa lalunya. Sayatan luka di masa lalu yang menjadikanku sebagai ODB (Orang Dengan Bipolar) kemudian hari membawaku pada episode mania yang akhirnya menguji peranku sebagai seorang wanita. Miliaran hutang, penjara, cacian, hinaan, pengkhianatan dan segala kisah keterpurukan yang mungkin bagi wanita lain akan menolak jika harus merasakannya. Namun kini aku bangkit. Meyelesaikan semuanya, Bersaman-Nya dan bersamanya. 


Review


#NamakuSendy - Sebuah Refleksi dari Sendy Winduvitri





Sendy Winduvitri, seorang ibu dan mompreuneur yang juga penulis buku adalah seorang ODB atau Orang dengan Bipolar.

Gangguan Bipolar menurut Barbara D Ingersol dan Sam Goldstain adalah kondisi yang dicirikan oleh episode depresi yang diselingi dengan periode manakala suasana hati dan energi sangat meningkat hingga melampaui batas normal suasana hati yang baik. 

Suasana hati penderita bipolar ini dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang berlebihan tanpa pola atau waktu yang pasti.

Nah, Sendy dalam bukunya yang bertajuk #NamakuSendy ini bercerita tentang kisahnya menyembuhkan diri sendiri dari gangguan bipolar ini.

Buku setebal 112 halaman yang terbagi dalam 13 bagian dengan sub berhastag #1 sampai #13 ini diawali dengan kisah hijrah Sendy di tahun 2017. Hijrah ini disebutkan Sendy sebagai hijrah untuk mengurus dosa pada Rabb-nya dan memaknai apa yang menimpanya sebagai nikmat dan karunia dari-Nya.

Kemudian, kisah hijrah ini semakin dalam disebutkan di bagian-bagian selanjutnya. Tentang bagaimana Sendy belajar mengenali diri sendiri, melepaskan semua beban, mengelola fase mania-nya menuju ke arah positif dan mengontrol episode mania dan bipolarnya.

Buku tunggal kedua Sendy setelah sebelumnya berkarya pada "Menemukan-Mu dan Menemukannya" ini juga menyebutkan kisah seputar kehidupan dengan beragam permasalahan Sendy dengan suaminya, mantan istri suaminya, keluarga besar suaminya dan beberapa pihak yang disebutkan selama ini memberikan hinaan, cacian dan makian padanya.

Sendy dengan kekuatan diri sebagai seorang pengidap bipolar memberikan motivasi pada pengidap bipolar lainnya di luar sana untuk tetap bersemangat dan menjadikan bipolar sebagai bagian dari episode hidup mereka. Di mana sebesar apapun orang lain terlibat dalam penyembuhan mereka tetap kembali pada diri sendiri untuk kesembuhannya.

Buku #NamakuSendy ini juga memuat nilai moral bahwa sejatinya bipolar yang dapat terjadi karena sebuah trauma ini, bisa muncul karena adanya trauma interaksi dengan orang tua. Yang mana, anak lelaki cenderung akan mengidolakan Ayahnya dan cinta pertamanya adalah sang Ibu. Sementara anak perempuan cenderung menjadikan sosok Ayah sebagai lelaki pertama yang dicintai dan Ibu adalah idola pertamanya.

Nah, ketika ternyata harapan itu tak sejalan dengan kenyataan maka bisa timbul konflik yang dapat menciptakan trauma pada anak-anak kita. Sehingga mereka akan mencari sosok lain yang bisa memberikan jawaban dan membuatnya nyaman.

Tapi, sayangnya dalam buku #NamakuSendy ini tidak disebutkan secara jelas beberapa hal karena memang itu bersifat privat sehingga kisahnya berkesan melompat-lompat.

Juga tak disebutkan usaha nyata apa saja yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang menimpa hidupnya. Karena buku lebih banyak berisi curhatan dengan penggalan kisah hidup yang tentu saja membuat pembaca jadi menebak-nebak saja apa sebenarnya yang terjadi di antaranya.

Tapi apapun, Sendy telah membuat catatan tentang siapa dirinya dan apa yang telah diusahakannya sebagai pengidap gangguan bipolar. Bahkan juga beberapa kegiatan inspiratif yang disertakan.

Ada Dapur Rumahan, usaha kuliner yang dijalani dengan beberapa perempuan hebat lainnya, kegiatannya di komunitas Gerabu (Gerakan Nasi Bungkus) dan Ngobras (Ngobrol Bareng Sendy)

Kesimpulan


Dan akhirnya, keberanian Sendy Winduvitri untuk membuka diri dan merefleksikannya pada sebuah karya berupa buku #NamakuSendy ini sungguh patut diapresiasi. Karena siapa saja baik orang yang "normal" maupun pengidap bipolar sebagai hamba-Nya punya kesempatan yang sama untuk berbagi inspirasi dan kebaikan pada sesama.

Maka, mari kita hargai para pengidap bipolar ini karena dengan segala lebih kurangnya mereka adalah insan biasa yang tentu punya hak dan kesempatan yang sama di muka bumi ini.

Juga, ayo didik anak-anak kita dengan gambaran dan sikap yang benar sehingga bisa menjadi landasan pertama agar mereka tak mengidap bipolar nantinya.



Happy Reading - Happy Sharing

Dian Restu Agustina














Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

5 komentar untuk "#NamakuSendy - Sebuah Refleksi dari Sendy Winduvitri"

  1. inspiratif bgt bukunya...untungnya mbak sendy punya suami yg selalu mendukung ya

    BalasHapus
  2. Sering saya lihat di timeline instagram promo ttg bukunya mba sendy ini, pas lihat reviewnya jadi penasaran pengen baca lebih lanjut

    BalasHapus
    Balasan
    1. silakan hubungi penulisnya langsung Mbak..dijual indie ini

      Hapus
  3. salut pada mb shendy. belum baca bukunya pun sdh membayangkan betapa keras perjuangan yg hrs dijalani mb shendy. TFs mb dian

    BalasHapus