Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sebuah Cerita Tentang Sahabat Lama

Terang bulan di malam hari
Cahayanya berpendar menyejukkan hati
Hidup di dunia bekali diri
Agar tak menyesal di hari akhir nanti



Sebait pantun biasanya mengawali undangan yang dulu saya kirimkan via email ke grup Pengajian New Orleans. Jumlah anggota pengajiannya sekitar 25 kepala keluarga yang tersebar di beberapa kota di State Louisiana. Di mana kegiatan ini rutin diadakan dari rumah ke rumah secara bergiliran setiap sebulan sekali. Sehingga puluhan mil jarak, kadang harus ditempuh untuk menuju ke kediaman si empunya rumah demi silaturahmi dan menu Nusantara yang enak-enak.😁

Kegiatan pengajian, berada di bawah naungan IACA, Indonesian-American Community Association, sebuah perhimpunan warga asal Indonesia yang bermukim di New Orleans dan sekitarnya. Dimana salah satu pendirinya adalah Dokter Sofjan Lamid, putra Indonesia yang telah puluhan tahun bermukim di Amerika. 

Dokter Lamid, begitu Urang Awak ini akrab dipanggil. Usianya 75 tahun saat saya pertama bertemu. Perawakannya sedang dengan langkah tertatih, senyumnya ramah dan rambut sudah memutih. Bicaranya terucap pelan meski masih tegas dan jelas. Dan fisiknya masih prima untuk pria seusianya. Betapa tidak, di usia sesenja itu Beliau masih menyetir mobil sendiri, merawat istrinya yang sedang sakit tua di rumah, juga masih praktik medis paruh waktu. Beragam aktifitas yang bisa jadi tak dilakoni sendiri lagi oleh para lansia di tanah air tercinta. 

Really, I was amazed the first time to know him!


Pengajian NOLA yang pertama saya datangi di Paincourtville, LA - Juni 2009


Nah, pengajian pertama yang saya ikuti saat itu diadakan di Paincourtville, LA yang berjarak 60 mil dari New Orleans, tempat tinggal saya. Menilik jaraknya, awalnya suami saya ragu untuk mendatanginya, mengingat mobil butut kami belum pernah dipakai ke lokasi sejauh ini. 

Tapi, pucuk dicinta tawaran pun tiba. Dokter Lamid yang tahu kondisi kami pun menawari untuk pergi bersama. Hingga saat hari H saya pun kegirangan karena bisa pergi ke pengajian pertama juga tersenyum geli melihat ekspresi suami yang tampak excited  karena berkesempatan menjajal kemudi mobil Lexus milik Dokter Lamid ini. 

Yeeeay! Dokter Lamid really saved the day!


makan bersama di Asian Buffet bersama teman-teman IACA

Kemudian, Dokter Lamid juga hampir tak pernah absen saat ada pengajian atau acara IACA lainnya. Kedatangannya pun tak bertangan kosong belaka. Hidangan yang berkonsep potluck dimana beragam kuliner Nusantara dibawa masing-masing keluarga, dilengkapi Beliau dengan seloyang pumpkin pie atau setoples cookies yang dibelinya sembari jalan ke lokasi. 

Tak lupa, mengalir rangkaian cerita dibagikan pada kami kaum muda. The stories that always inspiring us! Mulai dari kisah nostalgia masa kecilnya di Payakumbuh, saat menempuh SMA di Jakarta, masa kuliahnya di UI, perjuangannya mengawali hidup di Amerika, hiruk pikuk politik dalam negeri sampai gosip terkini artis negeri sendiri. Lengkaap semua dibahasnya!

Dan, ingatan Beliau pun masih memukau. Memuji suara penyanyi Minang, Ovhi Firsty dan Ratu Sikumbang yang dinilainya bagus tanpa aksen yang kental. Juga penyanyi muda Andien dan Afgan yang katanya bersuara khas dengan musik yang pas. Obrolan hangat dengan Dokter Lamid ini benar-benar layaknya obat rindu pada orang tua kami di Indonesia saat itu. 

He’s a joy to be around! For sure...


perpisahan salah satu teman yang akan kembali ke Indonesia - Des 2010

Dokter Lamid juga sosok yang penuh perhatian. Beliau masih aktif mengirim atau membalas email, posting dan sharing info atau comment di media sosial - meski dengan ejaan yang tak lagi sempurna, juga menelpon langsung untuk sekedar bertanya kabar kita. 

Seperti suatu hari Beliau menelpon saya saat si bungsu yang berusia 1 tahun demam tinggi. Dokter Lamid langsung meminta saya menebus resep obat ke apotik terdekat yang sudah ditelepon Beliau terlebih dulu. Diiringi pesan, kapanpun saya boleh berkonsultasi medis secara gratis. 

Truly, He always give someone a hand!


pengajian perpisahan keluarga kami - Mei 2011

Tak hanya itu saja, Beliau juga selalu membantu IACA. IACA adalah organisasi nirlaba yang dana operasionalnya berasal dari donasi anggota. Di luar iuran bulanan, kadangkala ada sumbangan dana bantuan untuk disalurkan ke Indonesia. Seperti saat terjadi bencana gempa/gunung meletus/banjir di Mentawai–Merapi–Wasior pada tahun 2010, IACA melakukan penggalangan dana untuk disumbangkan ke Palang Merah Indonesia. Dokter Lamid sebagai salah satu donatur utama, mengawali dana bantuan tersebut dan mendukung penuh kegiatannya.


cenderamata sebagai koordinator Pengajian NOLA 2010-2011

Selain itu Beliau juga menjadi penyumbang utama saat Konjen RI di Houston berpartisipasi dalam program Mendiknas dalam pengadaan komputer dan buku berbahasa Inggris untuk siswa SD di seluruh penjuru Nusantara pada tahun 2010.

Oh ya, Dokter Lamid mendukung penuh pula berjalannya kegiatan Pengajian New Orleans. Pengajian ini metodenya LDR, Long Distance Recitation. Tausiahnya online via Skype, disampaikan oleh ustadz dari negara bagian lain, misalnya: Atlanta, California, Dallas, bahkan juga dari Indonesia. Sesekali juga mengundang ustadznya ke Louisiana dengan bantuan dari Dokter Lamid dan berbagai pihak yang mendukungnya. 

Hmmm, I think “Generosity” was his middle name!


bye-bye America! Semoga kami bisa datang lagi untuk sekolah, bekerja atau sekedar traveling yaaa..Aamiin!

Sampai suatu hari, saya dikejutkan kabar kalau Dokter Lamid jatuh di rumah. Tulang panggulnya retak sehingga harus dilakukan operasi. Sejak saat itu kondisi fisiknya mulai menurun. Meski begitu Beliau masih juga tak mau kehilangan waktu berkumpul dengan saudara seperantauan. Beliau sempatkan mengundang kami ke Asian Buffet setempat untuk makan bersama dan sekedar berbincang. 

“Berbuat baiklah, agar kebaikan untukmu bertambah!” Begitu nasihat Beliau waktu terakhir berjumpa, ketika mengantarkan saya sekeluarga ke bandara karena masa study suami di New Orleans sudah berakhir. Ya, sebuah nasihat sederhana tapi penuh makna. Yang tak hanya diucapkan namun telah dicontohkan oleh Dokter Lamid dalam keseharian.

Dan di rentang jarak, saya masih bertukar kabar dengan Beliau yang makin sakit-sakitan. Akhirnya, Dokter Lamid tak kuasa melawan takdir. Beliau mulai drop saat istri tercintanya meninggal dunia. Sampai akhirnya Beliau menyusul menghadap-Nya enam bulan stelahnya. Dan saya mendapat kabar, warga Indonesia di Louisiana lah yang bahu membahu merawat Beliau saat sakit sampai mengurus prosesi pemakamannya. 

Selamat jalan Dokter Lamid. Thank you a million times over!

Semoga kebaikan yang selama ini Dokter Lamid tanam di dunia, akan dituai hasilnya di alam sana. Al Fatihah!

Kindness is free. Be kind!

Dokter Lamid (bertongkat) ikut mengantar kepulangan saya sekeluarga ke Indonesia - Mei 2011



Love,


Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

40 komentar untuk "Sebuah Cerita Tentang Sahabat Lama"

  1. Yaaah beliau sudah meninggal ya? Pasutri yg sudah bersama sangat lama seringkali langsung drop begitu pasangan tiada. Sudah separuh jiwa. Beliau baik banget ya, sangat membantu & memberi rasa aman thd para perantau. Beliau dimakamkan disana ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak..karena sudah jadi warga sana jadi dimakamkan di sana

      Hapus
  2. Haru baca kisah persahabatan ini, sepertinya Dr. Lamid menganyomi dan menyayangi seperti keluarga sendiri. Al Fatihah untuk beliau

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Mbak..karena keluarga jauh di Indons=esia jadi semua orang Indonesia di sana dianggap adik, ponakan, cucu,...oleh Beliau

      Hapus
  3. Ya Allah mba, aku ikut berduka baca tulisan ini, semoga segala amal ibadah beliau diterima Allah SWT dan khusnul khotimah aamiin

    BalasHapus
  4. Pengalaman menjelajahi berbagai belahan bumi Allah tentu membuka kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang baru ya, Mbak. Dan pengalaman seperti ini tuh mahal banget karena bisa membuka cara pandang dan cara berpikir kita. Dari sharing atau melihat bagaimana orang lain menerima dan memperlakukan kita juga jadi kesan tersendiri pada sosok-sosok mereka. Bersykur, Mbak, dapat kesempatan luar biasa seperti itu. Nikmatnya jauh dibanding kerempongan packing dan berpindah tempat.

    BalasHapus
  5. Masya Allah, jadi haru bacanya mbak.
    Al Fatihah buat dr.Lamid.
    Beliau sosok yang mengayomi, pasti sudah seperti ayah buat semua perantau di sana ya mbak.

    BalasHapus
  6. Aku sedih bacanya, Dr Lamid inspiratif ya Dian. Senang berbagi dan sepertinya udah jadi passionnya nolongin orang lain.

    BalasHapus
  7. Keren y. Orang yang hebat itu meski sudah tiada, kenangan dan kisahnya masih tetap bisa menginspirasi orang lain. Mungkin itu yang dibilang pepatah harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.

    BalasHapus
  8. Mashaallah, really inspiring Mba!
    Saya baca ini di kost-an sambil ngemil dengan hati yg trenyuh, betapa baiknya beliau semasa hidup.. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa beliau, aamiin yaa Rabb

    BalasHapus
  9. Aku terharu mba, orang baik akan selalu dikelilingi orang baik. Dan jangan berhenti untuk berbuat baik.
    Bangga, salut dan menginspirasi. Aku dapat meraskan bagaimana baiknya almarhum dr. Lamid.

    BalasHapus
  10. orang baik begini, bakal selalu dikenang sampai kapanpun ya mba.insya allah hidup sampe meninggalnya akan selalu mudah, krn banyak orang2 yang dgn senang hati malah ingin merawat dan mengurus keperluan beliau . kata2nya jd reminder banget utk ku supaya ga prnah lupa berbuat baik kapanun, di manapun

    BalasHapus
  11. mbak turut berduka cita baca tulisan ini terharu dan dag dig dug pas di bagian dokter Hamid jatuh sampai tulang punngungnya retak :((
    semoga amal kebaikannya terus mengalir

    BalasHapus
  12. Aq mw nangis bacanya 😭😭😭 kalau ad org baik bgt yg dah bntu kt di saat paling btuhnya dn pergi selama-lamanya, it sprti kita jg khlangan sekali 😭 alfatihah untuk dokter Lamid, mdh2an Tuhan menerima segala amal beliau 😇

    BalasHapus
  13. Mba Dian, kisah yang mengharukan. Semoga apa yang dilakukan dokter Hamid ini menjadi ladang pahala untuknya ya mba. Amin

    BalasHapus
  14. Emosiku dibangun secara perlahan mengikuti perjalanan kasih Dr Lamid.
    Dan mencapai klimaks di akhir.
    Tak terasa pipi basah oleh air.
    Apalagi dengan quote yang diselipkan, semakin menggenapi indah dan betapa menginspirasi tulisan mba ini.

    "Berbuat baiklah, agar kebaikanmu bertambah!"

    Pelajaran berharga hari ini.

    Selamat jalan Dr Lamid...

    Semoga Allah SWT menempatkanmu di tempat yang utama dan mulia
    Aamiin, Ya Robbilalaamin...


    BalasHapus
  15. Aku mewek baca kisahnya. Bagaimana denganmu saat menulis post ini mbak, mungkin jika ke amerika lagi, bakal banyak memori terlintas ttg beliau ya.. Bahagia selalu untuk beliau disana

    BalasHapus
  16. Aku nangis baca ini.

    Semoga beliau berbahagia di akhirat, berkumpul kembali dengan istri tercintanya, pahala kebaikan yang selalu mengalir untuknya.

    BalasHapus
  17. Kisahnya mengharukan mbak, orang baik Insya Allah meninggalnya dalam kondisi baik pula mbak. Ikut berkaca-kaca mataku, mbak

    BalasHapus
  18. Mba Dian, makasih ya sudah berbagi pengalamannya. Semoga husnul khotimah dan selalu didatangi oleh amalan2 baiknya. Aaamiinn.

    BalasHapus
  19. Al Fatihah.
    Semoga arwah Dr. Lamid dan istrinya diterima di sisi Alloh swt, dilapangkan kuburnya dan diterima semua amal ibadahnya.
    Aamiin Ya Robbal Alamiin

    BalasHapus
  20. MasyaAllah, terharu sekali aku membaca cerita ini. Kebaikan yang tulus dari seorang Dr. Lamid. Semoga beliau memperoleh tempat terbaik di sisi Allah SWT. Sudah terbayang, pasti teman-teman IACA sangat kehilangan beliau ya, Mbak? Tapi takdir nggak bisa ditolak. Ini mengingatkanku pada sekeluarga yang baik hati sekali saat aku sendirian di negeri orang. Kalau ingat itu, rindu rasanya bertemu lagi.

    BalasHapus
  21. MasyaAllah Al-fatihah buat dokter Lamid. Betul mbah apapun kebaikan yang kita tebar insyaAllah akan berbalik kebaikan pula kepada kita. So inspiring banget buat saya cerita dan perjuangan beliau untuk bisa silaturahmi meskipum sedang sakit.. masyaAllah semoga kita selalu diketemukan dengan orang-orang baik macam beliau yah mbak.. Btw mba dian ini berapa lama tinggal di amerika? Pantesan yah banyak banget cerita travellingnya hehe

    BalasHapus
  22. Innalillahi wa innalillahi rajiun, semoga Allah memberikan tempat terbaik untuk Dr. Lamid. Orangnya baik insyaallah tempatnya juga baik. Baca ceritanya mba dian seru ya tinggal di amerika. Dari dulu ingin sekolah ke luar negeri. Tapi nyari beasiswanya enggak dapet2 wkwkw ~ Belum rezeki euy, hehe.

    BalasHapus
  23. Kok aku bacanya ikut mbrebes mili ya mba. Meski gak pernah kenal, tapi cara mba Dian menuliskan memori membuatku merinding. Memang oranb baik akan selalu dikenang, selamat jalan Dr. Lamid, surga bagianmu. Amin

    BalasHapus
  24. Sedih dan haru aku membacanya mbak. Sampai mata ini berkaca2. Aku jadi teringat tetangga2ku di Sydney. Oma opa yang baik hati. Ah semoga almarhum dan almarhumah husnul khotimah ya mba Dian.

    BalasHapus
  25. ceritanya sanagt menginspirasi. Dr. Lamid, jejak kebaikannya akan selalu dikenang orang. Mbak Dian, terima kasih teleh mengenalkan beliau kepadaku lewat tulisan.

    BalasHapus
  26. Orang bijak dan baik selalu akan kita kenang sampai kapan pun. Beruntung mendapat wejangan dari beliau. Tentunya menjadi bekal bagi kita yang lebih muda.

    BalasHapus
  27. Speechless bacanya. Berharap endingnya Mbak Dian sekeluarga bisa bertemu beliau di Indonesia. Ternyata Allah berkehendak lain.
    Sosok Dr. Lamid ini pasti istimewa sekali karena Mbak Dian menuliskan dengan sepenuhnya hati begini.
    Allahummaghfirlahu warhamhu waafihi wa'fuanhu

    BalasHapus
  28. Dr Lamid dokter berjiwa sosial dan beremphati tinggi. Salut sama kegiatan2 positifnya mb. Jd Arsih saat mmbaca dokter yang baik hati itu wafat. Semoga husnul khotimah. Alfatihah...Aamiin

    BalasHapus
  29. Masyaallah, semoga amal ibadah beliau diterima disisinya. Amiin
    Kayaknya memang benar kata-kata di film jika orang-orang baik selalu dipanggil terlebih dahulu.
    Inspiratif sekali mbak cerita mbak

    BalasHapus
  30. Masyaallah, sedih campur seneng bacanya. Kalo di perantauan pasti seneng rasanya dapet sahabat yang baik. Omong omong, pantunnya boleh dicontek ga mbak, hehe

    BalasHapus
  31. Aku.bacanya ikutan nangis. Berasa kehilangan sosok bapak.

    BalasHapus
  32. Duh, senang dan mengharukan kisah Mba Dian ini. Jadi menitikkan airmata

    BalasHapus
  33. Ma sya Allah semangat beliau ya, Mbak. Menyediakan waktu dan tenaga untuk berbagi, mendatangi majelis ilmu, menjalin pertemanan baik dengan banyak orang di usia beliau... In sya Allah jadi tabungan beliau di akhirat juga ya, Mbak.

    BalasHapus
  34. Innaillahi wa innaillaihi rojiun. Org baik selalu dikenang ya mbak.
    Bahagia banget ya kalau di luar negeri bisa ketemu sesama org Indonesia gtu. Yes demi silaturahmi dan makanan nusantara biasanya jarak jauh akan ditempuh :D

    BalasHapus
  35. Amiiin... Beliau orang baik y mba maka itu tidak di tinggalkan teman2 nya di saat susah yg penting amalan kebaikannya tidak akan terlupakan ya . Semoga Khusnul khatimah y

    BalasHapus
  36. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun.. semoga amal ibadah bekiay duliterima di sisiNya dan diberi tempat yerbsik di sisinya..

    Btw senaagnya ya mba walau jauh dr tanah kelahiran to bis ketemu saudara seiman yg mengajak kebaikan :)

    BalasHapus
  37. Innalilahi wainnailaihi rojiun.
    Masyaa Allah mbak, kisah panjang yg mengharu biru. BTW, blm pernah saya ke Amerika. Pengen deh kesan

    BalasHapus