Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Festival Cerita Nusantara dan Dunia

Festival Cerita Nusantara dan Dunia

"Ayo kawan kita bersama, menanam jagung di kebun kita, ambil cangkulmu, ambil cangkulmu. Kita bekerja tak jemu-jemu. Cangkul-cangkul, cangkul yang dalam. Menanam jagung di kebun kita. Cangkul-cangkul, cangkul yang dalam. Menanam jagung di kebun kita" 

Suara anak-anak terdengar riang saat bernyanyi bersama 2 kakak pendongeng dari Tim Dongeng - Ayo Dongeng Indonesia di acara Festival Cerita Nusantara dan Dunia di Gedung Perpusnas RI pada Sabtu, 14 September 2019.

Sebuah acara yang diadakan di Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas yang merupakan bagian dari rangkaian Perpusnas Expo 2019 yang diselenggarakan dalam rangka Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca. 

Tak hanya disuguhi dongeng sarat pesan moral, anak-anak pun diajak bernyanyi, menari juga bermain bersama.

Asyiknyaaa!!

Sungguh acara yang menyenangkan sekali bagi mereka. Tak heran nampak rona bahagia menghiasi wajah polos mereka seselesainya acara.






Kisah Sungai Landak - Kalimantan Barat


Dongeng sebagai cerita penuh khayalan yang dibawakan oleh seorang pendongeng yang bercerita dengan penuh penghayatan diikuti gerakan yang menjiwai cerita tersebut, benar-benar dibawakan para pendongeng di acara ini dengan bagus sekali

Mereka bersemangat dan menjiwai sekali dongeng yang dikisahkan sehingga anak yang mendengarkan pun beneran menyimak dan antusias mengikuti acara.

Seperti lagu menanam jagung yang di awal tadi dinyanyikan. Lantaran Kakak Pendongeng:  sedang menceritakan tentang sebuah dongeng tentang asal-usul Sungai Landak yang ada di Kalimantan Barat.




Dikisahkan ada seorang petani miskin yang rajin bekerja yang menemukan sebuah patung landak emas. Setiap kali dia menginginkan sesuatu dia mengusap patung itu dan berdoa, tak lama terwujud keinginannya, hingga ia menjadi kaya.

Satu hari ada pencuri yang mengambil patung itu. Dia menginginkan air untuk desanya yang dilanda kekeringan. Memang setelah dia mengusap patungnya, air keluar dari patung itu. Tapi airnya terus-terusan mengalir dan enggak berhenti-henti. Hingga tenggelamlah si pencuri dan desa itu yang kemudian menjadi sungai Landak kini.

Kakak Pendongeng menyampaikan dongeng ini dengan riang, sesekali menyanyi diiringi ukulele dan berdialog interaktif dengan anak-anak yang menghadiri acara ini.

Di akhir cerita, disisipkan pesan, bahwa semua yang baik berbuah baik, semua yang buruk jangan ditiru. Perbuatan mencuri itu buruk, maka tak heran orang yang mencuri patung landak tadi terkena akibat dari perbuatannya.



games untuk orang tua

Kisah Raja dan 3 Pangeran dari Madura


Selanjutnya ada Kak Biye, dari Ayo Dongeng Indonesia yang membawakan dongeng dari Madura dengan tak kalah serunya, Kisah Raja dan 3 Pangeran dari Madura.

Dikisahkan pada jaman dahulu ada seorang Raja di Madura yang memiliki 3 putra. Sang Raja bingung memilih calon penggantinya. Maka Raja mengajukan pertanyaan dengan tujuan akan ada pengganti yang tepat nanti.

Nah, pada ketiganya ditanyakan, sebesar apa cintanya pada rakyat di kerjaan mereka. Maka didapat jawaban :

  • Pangeran A: sekokoh gunung yang paling tinggi
  • Pangeran B: setinggi bintang-bintang di langit
  • Pangeran C: sebanyak garam di Pulau Madura yang membuat rakyatku bisa hidup sejahtera.

Maka Raja memilih Pangeran C karena jawaban yang pintar dan mementingkan rakyatnya. Lalu di akhir dongeng Kak Biye, menyampaikan pesan bahwa jadi pemimpin itu harus adil (seperti Raja) dan bijaksana (seperti jawaban Sang Pangeran).




Mengapa Jempol Letaknya Jauh dari Keempat Jari?


Acara di hari pertama sesi kedua Festival Cerita Nusantara dan Dunia pun makin seru dengan hadirnya Kak Ariyo Zidni, pengagas komunitas Ayo Dongeng Indonesia.

Ayo Dongeng adalah komunitas dongeng yang didirikan Kak Aio, panggilan akrab Ariyo Zidni pada tahun 2011 di Kota Jakarta. Komunitas ini bertujuan untuk mengampanyekan kebiasaan mendongeng.

Nah, pada kesempatan ini Kak Aio bercerita tentang kelima jari tangan kita.

Setiap pagi:

Jari Kelingking: "Aku lapeeer, enggak ada makanan ya?"
Jari Manis: Aku juga, enggak ada yang masak ya?
Jari Tengah: Sama, lapeer banget, Minta makanannya dong!
Jari Telunjuk: Aku juga lapeer, siapa mau kasih aku makanan.
Jempol: Ya udah kalau laper semua, ayo kita kerja, biar dapat uang buat beli makanan. Atau  ke pasar beli bahan dan kita masak nanti





Jari Kelingking: Ogah, aku males, ah
Jari Manis: Sama..mending tidur lagi aja
Jari Tengah: Sama, kan capek kerja
Jari Telunjuk: Minta aja, ngapain capek kerja
Jempol: Ya ampun, males sekali kalian..Ya sudah aku mau kerja dulu. Biar bisa makan.

Setiap hari hal ini terjadi, lagi dan lagi....Keempat jari malas-malasan, hanya si Jempol yang paling rajin sendiri.

Karena selalu berbeda, yang 4 malas yang satu rajin bekerja, maka sejak saat itu, jempol letaknya berjauhan dari keempat jari lainnya dan menjadi simbol pekerjaan yang baik.

Hingga tak heran untuk anak yang pintar, baik, rajin belajar, rajin membantu orang tua,... dihadiahi jempol oleh semua!




Kisah Sungai dengan 24 Kelokan di China - Chen Ming Hsiang (Uncle Fat)


Berikutnya ada Chen Ming Hsiang alias Uncle Fat, pendongeng asal Taiwan yang sungguh interaktif dan lucu. Awalnya, Ia meminta seluruh anak untuk didampingi orang tuanya. Anak yang di awal duduk di depan dan orang tua di belakang, menurutnya harus berada berdekatan untuk mempererat bonding saat sesi dongeng berlangsung.

Kemudian Uncle Fat yang memakai baju khas negaranya dan properti naga dan lainnya ini, menyapa hangat semua peserta dan terlebih dulu mengajak menyanyi dan menari. Sehingga suasana pun makin menghangat saja.

Uncle Fat menceritakan tentang Tsao Chi seorang anak laki-laki di China yang rajin bekerja. Ia hanya hidup dengan Ibunya dan hewan-hewan ternaknya. Setiap hari ia pergi mencari rumput untuk hewan ternaknya. Tapi, sayangnya kadang saat pulang ia dicegat oleh anak-anak yang lebih besar dan dimintai rumputnya.

Tsao Chi yang tidak berani melawan karena sendirian akhirnya selalu menyerahkan rumputnya pada mereka lalu pergi mencari rumput lagi. Tapi, ajaibnya, tempat mencari rumput Tsao Chi ini seakan tak ada habisnya.




Hingga satu ketika, Tsao Chi menemukan sebuah mutiara diantara rerumputan tadi. Ia sangat gembira dan ingin membawa pulang untuk memberikan kepada Ibunya. Tapi, di tengah jalan, rombongan anak-anak yang lebih tua tadi mencegat Tsao Chi lagi. Ia memaksanya menyerahkan rumput dan benda yang ada di genggaman tangannya.

Karena tak mau kehilangan, Tsao Chi pun menelan mutiara yang digenggamnya tadi. Tak lama dia pun tiba-tiba membesar, matanya membulat, badannya memanjang dan kepalanya bertanduk bagai seekor naga.

Anak-anak yang memaksa Tsao Chi pun ketakutan dan belari tak karuan. Salah satu dari mereka yang rumahnya dekat rumah Tsao Chi pun mengabari Ibunya. sang Ibu berlari mencari Tsao Chi yang sedang meminum air di atas bukit tadi.

Tapi betapa herannya Sang Ibu ketika melihat Tsao Chi sudah berubah menjadi seekor naga. Tsao Chi pun terbang meninggalkan Ibunya ke angkasa. Ia sedih harus berpisah dengan Ibunya, tapi ia tak mungkin hidup di bumi lagi. Ia terbang kian tinggi dan sesekali ia menoleh menengok ke arah Ibunya lagi.

Setiap menengok ia membuat kelokan di sungai. Hingga terciptalah 24 kelokan karena Tsao Chi menengok lagi dan lagi ke bumi. Kini, sungai itu memiliki 24 kelokan tajam dan Tsao Chi menjadi dewa penjaga sungai yang melindungi penduduk di sekitarnya.

Uncle Fat yang juga seorang perwira angkatan laut selama 40 tahun, kemudian pensiun dan menjadi pendongeng selama 15 tahun ini, berpesan meski ceritanya sedih tapi mengingatkan anak-anak untuk selalu sayang dan berbakti pada orang tua. Seperti Tsao Chi yang berbakti pada ibunya. Juga diingatkan oleh Uncle Fat agar jadi anak yang baik yang menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda dan bukan menganggunya.




Asal Mula Buah Nanas - Richard Dian (Philipine)


Keseruan Festival Cerita Nusantara dan Dunia makin bertambah ketika seorang pendongeng dari Philipine, Richard Dian melanjutkan dengan dongeng yang berasal dari negaranya.

Diceritakan bahwa ada seorang gadis bernama Pinya di Filipina yang hidup bersama Ibunya. Ia memiliki ponsel dan selalu sibuk dengannya. Selfie di sana, di sini, bersama teman-temannya, juga sendiri.

Gara-gara selfie ini Pinya jadi sering mengabaikan Ibunya. Sang Ibu sibuk mengerjakan pekerjaan rumah, Pinya malah sibuk selfie.

"Pina,...."
"Yes, Mama"
"Clean the house...!"
"Yes, Mama. But, where is the broom?" (still busy with her cellphone)
"In the kitchen, next to the sink.."
"I don't see it, Mama.."
"Hhhhh....here it is Pinya, you don't even hear to me" (Mama come to the kitchen)

Lagi dan lagi, Pinya mengabaikan Ibunya dan malah makin sibuk dengan ponselnya.

Kemudian saat malamnya, Sang Mama yang sedang sakit memanggilnya dan meminta Pinya mengambilkan daun untuk obat. Pinya seperti sebelumnya, mengabaikan perintah Mamanya hingga meski sakit Mama mencari sendiri daun untuk obatnya.




Sampai Mamanya berkata,

"Pina I wish you have a lot of eyes so you can find anything easily"

Lalu Mamanya tidur. Saat pagi terbangun, Ia mencari Pinya dan menemukan sebuah tanaman yang aneh. Dia punya banyak mata dan berambut berduri. Yang mengherankan lagi di dekat tanaman itu ada ponsel Pinya. Maka yakinlah Sang Mama jika itu adalah Pinya.

Tak lama daerah itu dilanda kekeringan. Ketika penduduk sudah kesulitan bahan makanan, akhirnya buah tadi dimakan oleh orang sekitar. Rasanya manis dan asam. Karena dia adalah penjelmaan dari Pinya maka penduduk menamainya Pinya ( bahasa Filipina untuk nanas)

Nah, Richard Dian (yang sempat bikin saya heran orang Filipina ternyata juga ada yang bernama Dian seperti saya...hahaha) pun membawakan dongengnya dengan penuh canda. Diselingi nyanyian juga sehingga anak-anak hepi dibuatnya.

Hingga akhir acara, semua pun gembira.

Oh ya, untuk keseruannya silakan intip Highlight di IG Story - (Perpusnas) saya ya..



Storytelling is Magic!


Mendongeng kini seringkali diabaikan oleh para orang tua. Padahal banyak manfaatnya. Hampir semua ahli Parenting menyarankan dongeng sebagai salah satu sarana pengasuhan kita. Banyak penelitian juga telah membuktikan manfaat dongeng bagi perkembangan psikologis putra-putri kita.

Seperti saya lansir dari the asianparent dot com, manfaat dongeng memang tak terbantahkan, diantaranya:
  1. Dongeng membantu anak untuk berimajinasi. Imajinasi sangat penting bagi perkembangan daya pikir anak
  2. Sarana untuk menanamkan etika dan nilai-nilai kehidupan
  3. Merangsang minat baca anak
  4. Menjalin kedekatan orang tua dan anak



Melihat manfaat dongeng yang sangat banyak, kemudian timbul pertanyaan dalam diri kita, pada usia berapa sebaiknya anak mulai dikenalkan dengan dongeng.

Para ahli mengatakan, bahwa tidak ada batasan usia yang baku tentang kapan sebaiknya mendongeng mulai dilakukan. Orang tua dapat memulainya sejak bayi berusia 6 bulan atau malah lebih dini, saat ia mulai belajar tengkurap dan bermain dengan buku softbook-nya.

Jadi, yuk, mulai sekarang, kita biasakan aktivitas mendongeng dalam rumah kita!







Oh ya, Perpusnas Expo masih berlangsung sampai dengan 22 September 2019 ya...Yang di Jakarta dan sekitarnya, monggo!

Juga yang mau gabung jadi relawan di komunitas Ayo Dongeng Indonesia, silakan singgah ke sini

Storytelling is magic! That’s true. Dongeng memberikan memori masa kecil yang indah bagi anak-anak yang akan terus mereka bawa hingga dewasa kelak.






Salam Dongeng,


Dian Restu Agustina 






Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

19 komentar untuk "Festival Cerita Nusantara dan Dunia"

  1. wah acaranya keren ini mah, anak2 daatng abnayk manfaat yg didapat

    BalasHapus
  2. Seneng banget ya dengerin dongeng begini. Aku inget banget zaman masih kecil, kalau mama ga sempet mendongeng, aku didengerin kaset sanggar cerita. Dan sampai sekarang pun masih kuingat ceritanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, senengnya. Iya dulu ada kaset cerita anak gitu ya Mbak

      Hapus
  3. So sedih karena gak bisa ke sana. Hari itu anakku lomba nari di Condet. Jam 5 baru selesai. Duh pas barengan. Padahal Najib mesti sueneng nih, dia itu suka banget didongengin. Sampek aku pengin belajar dongeng karena setiap hari ditagih dongeng baru, wkwkwk. Manfaat dongeng memang jos, apalagi kalau bisa variatif dengan mengangkat dongeng dr berbagai daerah. Wah, tambah suip.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak..kemarin juga iseng ke Perpusnas Expo, eh pas ada dongeng, seneng deh

      Hapus
  4. Aaah suka banget. Aku suka dengerin dongeng dan mulai suka juga mendongeng. Btw, aku terpukau sama dongeng si jempol nya itu, Mbak. Singkat, sederhana, dan mengena:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, cara penyampaiannya pun simpel banget Kak Aio ini...tapi begitu menguasai pendengarnya hingga anak-anak nyimak semua

      Hapus
  5. Memang anak-anak perlu diberikan storytelling agar dspat memetik pelajaran dari cerita tersebut

    BalasHapus
  6. Wah seru banget yaa mbak dongengbnya. Itu dari pagi ampe sore kah atau gimana? Dongengnya banyak juga yaaa dan beragam pula gak hanya dari Indonesia aja. Jadi ngebayangin Kalo Shofa haidar diajak kesini pasti seneng deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan saya ikut yang sesi kedua, sore, jam 2-3. Yang pagi ada sesi pertama 10-11

      Hapus
  7. Mendongeng bisa jadi media untuk mengajarkan banyak nilai moral sama anak-anak ya mba. Pendongeng juga dituntut untuk kreatif sih pastinya biar dongeng yang disampaikan menarik di depan anak. Btw cerita-cerita di atas lucu-lucu loh hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak..mereka sampai bergaya macam-macam, bawa alat peraga dan lainnya ya..dan anak-anak jadi senangnyaa..Mesti kreatif memang:)

      Hapus
  8. Wow deskripsi tentang dongengnya lengkap banget Mbaak, bisa bikin satu buku sendiri. Menginspirasi saya pengen bikin buku dongeng. Hihihi

    BalasHapus
  9. Masyaallah acaranya keren banget mbak. Wah saya jadi bisa ceritain kisah jempol ke anak saya nih. Mereka suka banget dibacakan dongeng

    BalasHapus
  10. Wawww mba dian acaranya yang diikuti selalu kece yaaa. Seneng banget ngeliat acara yg bisa melestarikan kebudayaan Indonesia

    BalasHapus
  11. Saya menikmati banget baca ini dan senyum-senyum sendiri. Jadi inget kalau sudah lama banget tidak menghadiri event dongeng. Dulu pas Afra masih kecil, agak rajin hadir di agenda seperti ini. Selalu suka dengan kakak2 pendongeng yg ekspresif dan pinter menguasai panggung. Bisa dicontoh lah di rumah dengan penonton anak dan bapaknya doang, hehe.
    Setuju banget bahwa mendongeng ini sebaiknya dilestarikan oleh setiap orang tua. Nanti akan jadi kenangan indah tak terlupakan, baik karena perhatian kita atau nilai-nilai dongeng yang tertanam kuat di benak. Thanks for the info :)

    BalasHapus