Ngirit atau Pelit?
Ngirit atau Pelit? Hmm, ceritanya nih teman-teman, hari ini saya mengunjungi sahabat yang jadi korban banjir Jakarta di tahun baru lalu untuk memberinya semangat sambil menikmati teh hangat. Dan saya bersyukur sahabat saya dalam kondisi sehat jiwa raga tanpa kurang suatu apa. Meski ada beberapa benda kesayangan yang tak lagi bisa digunakan tapi dia sudah ikhlaskan. Dia malah heboh cerita tentang liburannya yang penuh drama. Ya, liburan akhir tahun lalu dia nge-trip barengan temannya berdua saja. Awalnya, sahabat saya hanya bercerita libur mau kemana. Si teman langsung nyamber pengin ikutan. Akhirnya mereka, berdua pergi dengan naik motor, jelajah beberapa kota di Jawa Tengah 5 hari lamanya, untuk mengunjungi beberapa kerabat sahabat saya.
Nah, saya pikir sahabat saya (she is single but happy) bakal bahagia cerita tentang perjalanannya. Ternyata oh ternyata dia malah nyesek cerita. Karena kezel warbiyasaah sama teman dolannya. Pasalnya, si teman hampir enggak mau keluar uang. Dari makan, minum, ongkos transport, ....sahabat saya yang bayar. Kalaupun si teman bayar sendiri itu karena untuk kepentingannya sendiri. Dia, katanya juga enggak mau berbagi. Seperti, saat haus dia beli minum air mineral hanya untuk dirinya sendiri. Padahal sahabat saya saat beli, selalu beli 2, bahkan meawari si teman mau apa.
Jujur, saat dengar ceritanya saya sebel bukan main. Karena saya tahu, sahabat saya ini berjuang keras untuk menafkahi dirinya sendiri (kedua orangtua sudah meninggal). Pekerjaannya pun "hanya" freelancer. Sementara temannya yang diceritakan, kerja kantoran di perusahaan ternama. Tapi kok bisa kebangetannya kayak gitu ya...Hiks! Mleki (kikir) warbyasaa! Ada ya orang kebangetan begitu pelitnya bahkan sampai enggak sadar kalau jadi beban teman. Mau liburan tapi penginnya gratisan! Traveling sama-sama, tapi enggak mau keluar dana! Duh!
Maka saya teringat pernah nulis artikel ini di ummi online pada 26 Oktober 2016 lalu:
Jangan Terlalu Berhemat untuk Hal-hal Berikut Ini
Teman-teman, Allah memang memperingatkan kita untuk mengelola pendapatan dan pengeluaran secara bijaksana, dalam artian tidak berlebihan atau boros dan tidak kekurangan alias kikir.
Sebagaimana dalam firman-Nya disebutkan: “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (QS Al Furqan 67)
Nah, yang disebut berlebihan/boros, jika kita membelanjakan harta untuk hal yang sia-sia, dan bukan untuk jalan kebaikan.
Ya, Allah memang tidak menyukai orang-orang yang boros: “…Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.” (QS Al Isra’ 26-27)
Menjauhi sifat boros bisa dilakukan dengan membiasakan sikap berhati-hati dalam pengeluaran serta cermat dan hemat dalam membelanjakan penghasilan. Dengan berhemat kita akan terbebas dari rasa was-was akan masalah keuangan, bisa punya tabungan dan lebih percaya diri menghadapi masa depan.
Jadi, berhemat itu tindakan yang tepat!
Tapi,.....jangan terlalu berhemat untuk hal-hal berikut ini:
Tapi,.....jangan terlalu berhemat untuk hal-hal berikut ini:
1. Berbuat Baik pada Orang Tua
Islam menjadikan berbakti kepada kedua orang tua sebagai sebuah kewajiban yang sangat besar. Rasulullah bersabda ketika ditanya tentang amal-amal saleh yang paling tinggi dan mulia, “Shalat tepat pada waktunya, berbuat baik kepada kedua orang tua, jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sementara, keutamaan berbuat baik/berbakti pada orang tua antara lain: dikabulkannya doa, dihapuskannya dosa besar, ditambahkan rejeki yang berkah, rida Allah adalah rida orang tua, diterimanya amal dan kelak dikaruniai anak-anak yang berbakti.
Maka tak usah terlalu berhemat saat berbakti pada orang tua, dengan mencukupi kebutuhannya, mengunjunginya atau membelikan hadiah yang indah bagi mereka.
2. Sedekah
Sedekah mempunyai banyak manfaat antara lain membuka pintu rejeki, menolak bala, memanjangkan usia, mengangkat penyakit, mendekatkan terwujudnya hajat dan sebagai penyelamat saat hari kiamat. Karena itu, tak perlu kelewat berhemat saat bersedekah.
Seorang suami bisa sedekah lewat nafkah yang diberikan pada istri dan anak-anaknya yang bernilai wajib dan harus diutamakan. Selain itu sedekah juga diutamakan untuk kerabat yang memendam permusuhan dan bisa diberikan pula ke berbagai pihak yang berhak.
“Sedekah yang paling utama adalah sedekah kepada kerabat yang memendam permusuhan.” (HR. Ahmad dan Thabrani)
3. Kesehatan
Sehat itu murah, sakit itu mahal. Begitu kata orang. Sakit bisa membutuhkan banyak biaya. Karena itu menjaga kesehatan lebih utama. Sehingga, tak harus terlampau berhemat untuk perawatan kesehatan kita, baik kesehatan jasmani maupun rohani. Jangan sayang keluar uang saat membeli makanan yang sehat, membeli peralatan olahraga yang tepat, alat dan bahan kebersihan diri dan rumah, membiayai hobi, dan bepergian untuk liburan demi kesehatan rohani.
4. Pendidikan
Pendidikan akan mengoptimalkan talenta, meningkatkan kreativitas dan produktivitas, menambah pengalaman, meningkatkan taraf hidup dan mencapai aktualisasi diri. Betapa pentingnya pendidikan bagi tumbuh dan berkembangnya seorang insan. Sebab itu, tak perlu kelewat berhemat untuk berburu ilmu, misalnya jika akan melanjutkan sekolah, mengikuti pelatihan di bidang yang sesuai kemampuan, membeli buku atau mengikuti seminar pengembangan diri.
5. Menabung
Rasulullah bersabda: “Allah akan memberikan rahmat kepada seseorang yang berusaha dari yang baik, membelanjakan dengan pertengahan dan dapat menyisihkan kelebihan untuk menjaga pada hari ia miskin dan membutuhkannya.” (HR. Ahmad dan Muslim).
Jadi, menabung yang dimaksud dalam Islam: menabung = penghasilan (yang halal dan baik) - pengeluaran (yang hemat)
Menabung bertujuan untuk mempersiapkan masa depan, berjaga-jaga jika ada kesulitan datang di masa mendatang dan sebagai warisan yang diberikan untuk generasi penerus kita.
Karena itu tak usah terlalu berhemat saat ada rejeki lebih. Tabunglah dalam bentuk emas, tanah, rumah atau untuk modal usaha demi masa depan kita.
6. Silaturahmi
Silaturahmi punya banyak manfaat bagi kita, diantaranya: silaturahmi mempermudah kita untuk membantu kerabat atau sahabat jika suatu saat ada salah satu dari mereka yang membutuhkan bantuan. Membantu yang sedang kesulitan dapat kita anggap sebagai sedekah. Allah Swt. pun menjanjikan kemudahan dan pahala bagi siapa saja yang mampu memperpanjang tali silaturahmi dan memudahkan urusan saudaranya. Janji Allah tersebut tertuang dalam sabda yang diriwayatkan Abu Hurairah: “Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung tali silaturahmi.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).
Hemat dan Pelit Itu Beda
Memang, masih banyak orang yang salah kaprah dan menyamakan antara hemat dan pelit. Padahal keduanya berbeda. Meski beti, beda tipis! Tapi kalau niatnya ngirit alias hidup hemat malah jadi orang pelit, bisa bakal banyak yang menjauhi. Karena kita tidak bisa hidup sendiri.
Intinya, hidup ngirit alias hemat itu berarti memperhitungkan pengeluaran dengan secermat mungkin. Sementara kalau pelit itu artinya bagaimana caranya supaya enggak keluar duit banyak. Di sinilah letak perbedaannya. Orang yang hemat bakal berhati-hati sekali dalam hal keuangan. Di satu sisi, ia harus memperkecil pengeluaran. Tapi, di sisi lain, keputusannya itu enggak boleh mengganggu hal lainnya. Lain halnya dengan prinsip orang pelit. Mereka engak memikirkan soal cermat atau hati-hati dalam menggunakan uang. Alias enggak pakai pertimbangan. Karena yang ada di pikirannya hanyalah tekad untuk menekan pengeluaran semaksimal mungkin. Bahkan kalau bisa tanpa pengeluaran dan mengandalkan teman! Duh!🙈
Maka, yuk jadi orang jangan terlalu berhemat....Karena jika kita banyak memberi dan berbagi, akan berlipat kebaikan datang dilimpahkan-Nya nanti.
Enggak percaya? Coba saja!😍
Happy Sharing
Dian Restu Agustina
wah susah hidup tanpa pengeluaran tetapi mengatur untuk apa pengeluaran itu kalau untuk kebutuhan pokok rasanya nggak masalah kalau untuk kebutuhan hiburan atau yang masih bisa dibeli nanti bisa ditunda dulu belinya nggak harus saat itu juga.
BalasHapusIni bukan membicarakan tentang hidup tanpa pengeluaran.
HapusBaca sampai selesai tulisannya enggak sih, Mbak?
Kok komennya enggak nyambung?
duh!
wkwkwkwkkwwk, sangat bisa merasakan betapa kesal minta ampun punya tteman kayak gitu Mba hahaha.
BalasHapusSaya juga punya kayak gitu, emang kebih amannya, jangan dekat-dekat teman kayak gitu, demi keglowingan kulit wajah.
Males banget kan kalau kita emosi mulu, sakit hati, bikin kulit berkerut hahahaha.
Jujur, dalam berteman, saya paling terkenal boros, bukannya boros beneran sih, saya sungkan aja kalau menyusahkan orang lain.
Irit boleh, pelit juga boleh sih kalau menurut saya, tapi nggak nyusahin orang hahaha
eh bentar, pelit nggak nyusahin orang, emang bisa kah? :D
makasih sharingnya
BalasHapusIni yg masih jd pertanyaanku mba beda irit sm pelit, karena punya tetangga ky gt hehe
BalasHapusSemoga kita dijauhkan dari sifat kikir ya mba :)
Duh, jangan sampai.deh pelit. Btw, dari cerita mbak Dian di atas, maaf, bukan membela siapa2. Mungkin teman yg diajaknya itu lagi gak punya uang kali, krn meskipun punya pekerjaan spt kantoran, ada loh yg gak setiap waktu pegang uang. Mungkin saat itu dia memang lagi gak punya uang, hanya secukupnya. Jadi, saat ditawarin teman dia mau, dan saat beli minum, uang hanya cukup buat dia. Wallahu'alam sih. Tapi, kl saya dalam posisi itu, jika memang lagi gak punya uang, ya mending gak usah jlan kemana2 dulu.
BalasHapusWaduh orang kayak gitu mah pelit mba, dia ketakutan sendiri dengan apa yg dimiliki, takut berkurang dan dia ga bisa menikmati , padahal kan yak apa yang kita keluarkan apalagi buat bareng2.. pastinya akan ada gantinya nanti yg lain. Ihh kesel aku tu sama orang pelit kayak gitu hahahah.. yah tapi kembali lagi , mungkin banyak alasan mengapa kayak gitu. Mungkin enaknya kedepannya disepakati aja kalau jalan bareng bayar sendiri-sendiri gitu yah :)
BalasHapusIkutan kesal juga membaca cerita temannya itu, Mbak Dian. Itu memang pelit. Kalau sama-sama ngebolong satu rasa. Semua disharing. kalau tipe begitu, orang kapok ngajak dia lagi hehehe.
BalasHapusDan memang, masih banyak yang belum bisa membedakan mana pelit dan mana irit ya, Mbak. Kita berhemat, dibilangnya pelit hahaha. Tapi kalau saya memang semakin tambah usia, lebih memprioritaskan apa yang saya butuhkan, apa yang saya inginkan. Dan Insya Allah, selalu ada rezeki untuk mencukupi apa yang saya butuhkan.
Ternyata menabung itu juga sudah diajarkan dalam islam ya, Mak. Abis tau gini kayanya Ipeh bakalan mikir dua kali kalau sampai ngga punya tabungan buat dunia. Tabungan buat akhirat mah pasti harus wajib ya, Mak. Semoga aja nanti kalau mak Dian jalan-jalan nggak ketemu sama orang yang pelitnya over. Biar perjalanan jadi nyaman dan menyenangkan
BalasHapusSaya setuju dengan "Cermat dalam hal pengeluaran", karena kita banyak kebutuhan dan harus memprioritaskan, mana yang benar-benar butuh, mana yang sekedar pengen aja.
BalasHapusOrang pelit temannya dikit. Hihihi. Saya juga bacanya kesal tuh mba. Tips topsnya oke punyaaaa. Buat orang tua gak boleh pelit, apalagi sedekah ya ma. Justru kalo makin banyak sedekah, makin rezeki ditambah sama Allah. Amiiiin.
BalasHapusPostingannya sangat menginspirasi sekali, makasih yaa hehehe
BalasHapusKalo aku dapet travelmate yg kayak gitu, aku tinggalin mba, serius . Bikin emosi aja soalnya. Yg namanya traveling bareng, ya harus sharing laaah, kalo sampe dia cm jd parasit, tendang jauh2 aja dia. Nyebelin bgt org begitu. Alhamdulillah aku g ada temen jalan yg pelit luar biasa gitu. Ohh amit2 deh ah.
BalasHapusYa Allah mending solo travelling deh daripada dapet travel-mate super dupper pelit. Kalo pengen jalan-jalan ya pake modal sendiri donk. Tapi beberapa poin dari mbak dian yang kita ga boleh terlalu berhemat dalam hal-hal tersebut, saya setuju. Apalagi untul ortu, ga boleh tu hemat-hemat ngasih ke ortu. Wong ortu juga waktu ngebesarin kita kadang pinjem sana sini, masa kita perhitungan buat ortu.
BalasHapusSebel ya, kalau ada yang tipenya memanfaatkan gitu..tapi memang ada kok yang karakternya gitu. Ga mau rugi, jadi perhitungan banget sama pengeluaran. Semoga kita terjauh dari sifat seperti itu.
BalasHapusDuh jangan sampai deh ikut traveling sama temen tapi gak mau keluarin duit sama sekali, memang pastinya teman yg ajak travel itu gak ngomong sama sekali klo kita pelit mau keluarin duit tapi nantinya jadi diblack list dari daftar temen buat jalan2 hehe, tentang tipsnya bener banget tu mba kalau terlalu hemat malah jatuhnya jadi setengah2 kita ikhlasnya padahal manfaat dan pahalanya akan berbalik lagi untuk diri kita sendiri:)
BalasHapusWah, artikel ini menampar saya nih, beberapa saya masih pelit berarti, ya. Yang paling kerasa saat silaturahmi. Kadang tuh, anak-anak diberi uang tapi saya tidak kepikiran memberi. Sampai rumah baru ingat.
BalasHapusDih, kesel banget kalo jalan sama orang kek gitu. Mau enaknya sendiri dan egois. Aku dulu pernah ngalami juga jalan sama orang kek gini, alasannya macem2, belum ambil duit di atm lah, gapunya duit cash lah. Trus kalimat saktinya "pake uangmu dulu ya". tapi smp skrg dia ga inget lagi pernah pinjem duit sama kita
BalasHapusMasya Allah mbak, aku baca ceritanya kok ya jadi melu kesel sih...mangkel toh ya jadinya.
BalasHapusBener banget apa yang sampean sampaikan disini, kita boleh berhemat ya tapi jangan pelit ya. Urusan nraktir teman juga bisa terhitung sedekah loh ya padahal mbak
Makjleb saya baca ini mbak, ternyata selama ini saya jatuhnya lebih ke pelit dibanding irit. Hiks :( Semoga besok besok gak gitu lagi deh.
BalasHapusBeda tipis emang antara pelit dan irit hihihi kadang pengen irit, eh ga sadar itu ternyata pelit xD kalau untuk saya sendiri, masih kesulitan dalam mengatur keuangan terlebih untuk pengeluaran jajan dan makan, duh boros banget
BalasHapusTulisan"nya sangat menginspirasi sekali.
BalasHapus