Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kuliah ke Luar Negeri dengan Biaya Sendiri (Part 2)

Gaiss, sebelumnya saya sudah bercerita kalau anak sulung saya, si Mas, melanjutkan kuliah di Prancis di artikel sebelumnya. Nah, saya mendapatkan banyak komentar dari saudara, teman, tetangga, perihal anak saya yang melanjutkan pendidikan ke Prancis ini, di antaranya:

  • Kuliah aja jauh banget! Ngapain sih? Kayak di Indonesia enggak ada jurusannya!
  • Ya ampun, banyak kali duitnya, bisa nguliahin anak ke luar negeri!
  • Mending cari bea siswa saja, ngapain juga kuliah ke luar negeri pakai biaya sendiri?
  • Memang bagus ya prodi itu di sana?
  • dll..dst..dsb
Well, sebenarnya saat anak saya kelas 11 SMA, saya dan suami mengajak dia survey ke beberapa PTN di Indonesia. Setelah pernah ke kampus UI di Depok, kami juga mengunjungi kampus ITS, UNAIR dan UNNESA di Surabaya, ke UGM dan ISI Yogyakarta, ke UNS dan ISI Solo, ke UNNES dan UNDIP Semarang, juga ke ITB dan UNPAD Bandung.

Tapi, opsi kuliah di luar negeri memang ada, mengingat kami pernah tinggal di Amerika untuk menjalani bea siswa suami di sana, jadi sudah ada pengalaman lebih kurangnya bersekolah di luar daripada di Indonesia. Cuma, memang agak mikir dengan rincian biayanya. 

Lalu, kenapa enggak beasiswa? 

Anak Sulung saya ini bukan yang berprestasi di bidang akademis. Tapi, dia berpotensi di bidang seni. Nilai rapornya bagus-bagus namun bukan yang terbaik.  Nah, kalau diminta membuat karya khususnya seni rupa, jago dia. Maka memilih Prancis yang kaya akan seni budaya dan merupakan pusat seni dunia, menurut kami itu pilihan tepat baginya. 

Apalagi setelah tahu jika Prancis termasuk dalam negara dengan biaya pendidikan termurah karena ada subsidi dari pemerintah. Jadi kenapa enggak juga, kuliah di luar negeri dengan biaya sendiri jika ada dananya, sehingga peluang bea siswa bisa dinikmati oleh yang lebih berhak mendapatkannya!😊


Program Persiapan Kuliah di Prancis


Seperti yang sudah saya ceritakan di part 1, anak saya selama 6 bulan mengikut Program Persiapan Kuliah di Prancis di Nobel Edu Indonesia (NEI) yang berada di Jl. Gudang Peluru Selatan No.T68, Kb. Baru, Kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12830.

Setelah, sekian bulan belajar, ikutan tes DELF (Diplôme d'Etude en Langue Française) yakni uji kemampuan bahasa Prancis untuk mendapatkan ijazah diploma resmi yang diterbitkan dan dijamin oleh CIEP, dan mengurus VISA, akhirnya tanggal 9 Januari 2024 lalu, anak saya dan 8 temannya berangkat ke Caen, Prancis untuk mengikuti program bahasa lanjutan.

Caen, terletak sekitar 200 km dari Paris, tepatnya di pesisir barat laut Prancis dan bisa ditempuh dengan kereta antar kota atau bus.

Rombongan dari Indonesia ini dijemput oleh mahasiswa Nobel Edu Indonesia yang sudah belajar lebih dulu di sana. Siswa dibantu dan didampingi saat mengurus dormitory (asrama mahasiswa), diantar ke kampus di hari pertama, disambut secara resmi di organisasi PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia), dan dibantu urus itu ini untuk pertama kali.

Oia, untuk dormitory, asrama di sana, di awal butuh deposit sebesar 258 Euro (4,4 juta) sebagai uang jaminan yang nantinya jika semua baik-baik saja akan dikembalikan di akhir sewa. Sementara untuk per bulannya biayanya adalah 232 Euro (3,9 juta) satu kamar sendiri, dengan fasilitas tempat tidur, kamar mandi dalam, meja belajar, lemari, kulkas, HVAC (Heating Ventilation dan Air-Conditioning), dapur bersama, lobby, ruang makan, Wi Fi dan fasilitas keamanan.

@dianrestuagustina 🥰🥰 #anakkos ♬ French music style, accordion, waltz - arachang
Lalu bagaimana dengan biaya hidup di sana?

Biaya Hidup Mahasiswa di Prancis


Well, terkait biaya hidup, sebenarnya tergantung kotanya dimana ya, karena sama saja dengan di Indonesia, antara biaya hidup di Jakarta, Yogya dan Surabaya tentunya berbeda. Nah, yang saya tuliskan di sini, berdasarkan cerita anak saya yang kini belajar di Carré International - Université de Caen Normandie di kota Caen, Prancis, untuk kelas persiapan di universitas negeri yang telah berdiri sejak 1432 ini. 

Kota Caen yang saya lansir dari Wikipedia memiliki luas wilayah 25,7 km² ini berpenduduk 106.260 jiawa (2015). Bukan kota besar tapi kata si Sulung, tapi sarana dan prasarana lengkap ada. 

Misalnya untuk sistem transportasi bisa langganan kartu trem sebesar €27 (455 ribu) per bulan. Di mana biaya langganan ini akan memudahkan pelanggan untuk naik bus/trem di wilayah ini tanpa ada batasan jarak atau waktu. Besaran ini juga akan makin murah jika berlangganan selama 6 bulan atau 1 tahun.

Kemudian, untuk groceries, ada pilihan supermarket yakni Carrefour yang asli Prancis, lalu ada Lidl - jaringan supermarket asal Jerman, toko sembako Asia, toko c'est deux euro (semua harga dua euro), dan pasar segar di setiap hari Minggu.

Untuk makan dengan dua kali makan di dorm (masak sendiri) dan sekali di kampus, biaya makan perlu sekitar € 6 per hari atau 3 juta per bulan. Sementara untuk laundry, di dorm ada fasilitas laundry - washer & dryer machine, dimana mahasiswa bisa mencuci sendiri dengan biaya € 2,85 ( Rp 48.000) untuk nyuci dan ngeringin € 1.35 (Rp 22.000). Anak saya cerita tiap hari Minggu itu jadwalnya dia nyuci baju, sehingga sekali cuci kering habis 70.000.

Jadi jika ditambah dengan akomodasi/sewa dormitory, asuransi, transportasi, bela-beli keperluan pribadi, laundry, total uang bulanan sekitar 10 juta untuk standar cukup bagi mahasiswa, bukan sangat berhemat juga tidak berlebihan. 

Trik berhematnya ya beli makan di kampus, masak sendiri, cari kegiatan yang biayanya free, beli barang thrifting/preloved, juga beli barang diskon. Di antaranya anak saya jadi anggota di organisasi kemahasiswaan non-profit yang punya beberapa kegiatan yang berbiaya gratis/atau murah. Jadi baru sebulanan lebih di sana dia sudah mengunjungi museum, taman pahlawan, melukis bersama, karaokean, ice skating, dan lainnya.


Makan Apa Saja Kalau Tinggal di Prancis?


Nah, soal makan, anak saya biasanya memasak sendiri untuk sarapan pagi dan makan malam. Sementara untuk makan siang makannya di cafetaria kampus yang harganya harga mahasiswa karena mendapatkan subsidi dari pemerintah.

Secara berkala, dia membeli bahan makanan untuk memasak sendiri. Misalnya pagi dia sarapan sereal, sandwich, crepes, roti dan selai....Jadi dia membeli bagguete (roti yang sepanjang tongkat itu) seharga 40 cents (Rp 6.700) yang bisa dimakan beberapa hari dengan peanut butter atau selai, atau dibikin sandwich tinggal beli sosis/patties (halal) di Carreffour. Atau beli croissant yang juga murah banget di sana.

Untuk siang, harga makanan di cafetaria kampus ada di range € 3 (50 ribu) sudah paket komplit, karbo + protein + sayur +dessert. Porsinya ini gede (foto terlampir) dan untuk roti bisa ambil gratis alias enggak kena charge.

Menunya seperti:
  • Pasta, fillet ikan saus parmesan, sayur wortel, salad, keju, pisang
  • Nasi, ikan, sayur kacang polong, salad, keju, pudding
  • Kentang tumbuk, ikan, bayam, salad, keju, apel
  • Nasi, udang, sayur buncis, salad, keju, peach
  • Roti, tofu balls, sayuran krim, salad, keju, pudding
  • Kentang, sayur zucchini, salad, keju, cake
  • Pasta, sayur bayam, ikan, keju, salad, jeruk, chocolate mousse
  • Couscous, mixed veggies, ayam, jeruk, cake
Dan masih banyak lagi, seperti menu kopi di kampus itu misalnya untuk varian Aceh Gayo harganya 0,8 cents (13.500), atau menu maksi lainnya yang dia kirimkan tiap hari, sehingga bikin emak enggak lagi kepikiran anaknya makan apa di sana..

Tapi, kalau saya mungkin bakal kesulitan beradaptasi dengan makanan ala Prancis ini, maklum lidah asli Jawa Timur yang sudah terbiasa makan sego tumpang, sambel pecel, soto, rawon, rujak cingur,.... enggak mudah buat makan makanan yang cara nyebutin namanya aja susaaaah...kwkwkw

Oia, harga makanan di kampus ini lebih murah, bisa setengah dari harga makanan di luar, karena mendapat subsidi dari pemerintah. Dan karena mahasiswa berasal dari berbagai negara maka makanan pun bervariasi seperti untuk karbo ada roti, nasi, pasta, couscous, mie...juga varian makanan lainnya.

Nah, untuk malam hari anak saya masak sendiri lagi kecuali dia pas ada kegiatan di luar beli makan sekalian. Ada banyak resto halal bahkan fast food lokal sana, Quick (semacam McD atau BK), sudah bersertifikasi Halal. 

Maklum Prancis adalah dengan penduduk Muslim terbesar kedua di Eropa, dengan jumlah Muslim sebanyak 9% dari total penduduknya. Tak heran di area Caen saja sudah ada 2 masjid dan ada 1 masjid yang sedang dibangun.

Dia masak kadang untuk 2 hari sekalian. Misalnya beli ayam/daging halal di fresh market dan dimasak kari. Atau beli matang di pasar dimana banyak penjual Muslim yang jualan makanan matang seperti couscous ayam, kari kambing, kebab dan lainnya. Makanan disimpan di kulkas tinggal hangatin nanti. 

Tak lupa dia juga beli bahan makanan Indonesia dari teman mahasiswa yang jual produk Tanah Air (biasanya dari Belanda) seperti tempe seharga € 2.5 /potong.

Allez, tu peux le faire!
@dianrestuagustina douce france 🥰 life at #caen ♬ Douce France - Charles Trenet
(Ayo, Kamu Pasti Bisa Melakukannya!)


Bismillah, semoga program persiapan yang berlangsung sampai dengan bulan April nanti berjalan lancar. Selanjutnya ada proses pendaftaran ke program studi di universitas yang dituju pada tahun akademik 2024/2025 ini. 

Insya Allah program studi yang dipilih si Mas nanti adalah Desain Komunikasi Visual dengan jurusan Animasi. Meski ada opsi alternatif tapi tetap rencananya ambil jurusan yang berhubungan dengan seni rupa sesuai bakat dan passion-nya.

Lalu apakah nanti seterusnya dia bakal tinggal di Prancis? 

Saya dan Bapaknya sih menyerahkan sepenuhnya apapun pilihan dia. Siapa tahu sebelum lulus bisa sambil magang sembari kepoin tips melamar kerja sehingga bisa terus berkarya di sana atau juga di negara lainnya, lalu terlibat dalam tim kreatif yang karyanya mendunia seperti tim kreatifnya seri animasi Korea Selatan, Shinbi House yang ternama! Aamiin.....💖



Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

22 komentar untuk "Kuliah ke Luar Negeri dengan Biaya Sendiri (Part 2)"

  1. Wah! Daebak! Keren kamu, Kak.
    Salah satu impian aku bisa kuliah di luar negeri, MIT. Tapi ya sejauh ini emang masih jadi mimpi aja. Tapi abis baca ini, jadi keinspirasi.

    Terima kasih infonya, Kak. jadi buat warga yang baru banget hidup disana, bisa jadi referensi nih tulisannya.

    BalasHapus
  2. keren nih mau belajar ke negeri orang dan tentu ada banyak hal menarik yang bisa dipelajari, saya juga aslinya pengen sekolah lagi mb dan moga aja ada kesempatan juga

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah nemu artikel tentang pengalaman kuliah di luar negeri. Selamat untuk anaknya ya Bu yang sedang kuliah di Perancis, semoga lulus dengan nilai Cumlaude. Aaaaaamiiiiin.

    Teddy sendiri juga ada niatan untuk kuliah ke luar negeri, tapi selalu ragu dan bimbang untuk urusan administrasi, cari penginapan, makan, ngurus paspor, dll. Dari artikel ini Teddy dapat informasi bahwa ternyata tidak sesulit itu mengurusnya ya Bu.

    Terima Kasih telah berbagi ya Bu.

    BalasHapus
  4. Sebenernya biasa hidupnya ya hampir sama kek di Jakarta ya. Keren ih mas bisa masak sendiri buat sarapan ama makan malam. Di sana bisa nyambi part time ga sik mba?
    Kampusnya euyy udah dari 1432,cocok banget menimba ilmu bener3 di pusat seni terbaik. Sukses yaaaa..

    BalasHapus
  5. wah aku baru tau di Prancis muslimnya banyak. jujurly taunya justru Prancis salah satu negara yang gak memperbolehkan simbol-simbol agama kaya hijab.. alhamdulillah yaa Allah mudahkan kakanya menimba ilmu disana.

    menyenangkan c baca ceritanya, makanannya, biaya hidup sampe landscapenya Prancis yang emang estetik sekale hehe... Semoga hal-hal baik lainnya bisa diveritain lagi nih kak Dian hihi

    BalasHapus
  6. Ikut senang bacanya. Kebayang saya pun ingin anak kuliah di LN. Tapi mungkin cari yang beasiswa. Semoga lancar-lancar program persiapan dan kuliahnya nanti ya Mas, aamiin

    BalasHapus
  7. Aak..anakku wajib baca nih. Dia jg ngincer kuliah di Jerman.Semoga anak2 kita yg lg menggapai cita2 dilancarkan semuanya ya mbak.Amin

    BalasHapus
  8. Waah keren banget dapat kesempatan kuliah di Perancis
    Emang disana terkenal dengan kaya akan seni ya.
    Detail banget ceritanya bagaimana biaya hidup disana, walaupun terhitung tinggi, tapi banyak cara bisa dilakukan dengan berhemat. Tapi tetap dapat makan menu lengkap dan sehat.

    BalasHapus
  9. Wahh keren banget, aku juga pengen banget ngambil DKV. Kemaren waktu S1 mau ambil DKV tapi udah keburu tutup, alhasil ya ambil yang lain. Desain dan membuat animasi itu impian banget sih, apalagi minat dan kebutuhannya juga banyak banget di era digital sekarang

    BalasHapus
  10. Wah panjang juga ya prosesnya untuk jadi mahasiswa di Prancis jadi sekarang masih masa penyesuaian ya si kakak semoga lancar semuanya ya Mbak Dian, ikut senang dengar ceritanya

    BalasHapus
  11. Kalo dulu saya tau lebih banyak informasi tentang jurusan DKV, tentu saya akan coba mendaftarkannya di PTN atau PTS Jakarta. Tapi sayang waktu tahun 2000an jurusan ini masih langka dan akhirnya saya memilih IT.

    BalasHapus
  12. Bisa kuliah di Prancis itu prestasi banget sih menurut saya. Pastinya perlu adaptasi ya mbak namun seiring berjalannya waktu akan terbiasa juga. Di Prancis, rata-rata orang pada makan roti aja ya? nasi apa yang jual mbak?

    BalasHapus
  13. Salah satu impianku yang belum tercapai hingga saat ini, bisa kuliah di luar negeri. Semoga bisa ada kesempatan lanjut kuliah S3 di luar negeri kayak kk-nya. Amiinn

    BalasHapus
  14. Mbaa, share-share lagi mbaa ceritanya. Aku jadi nambah info n insight kuliah di luar negeri pakai biaya sendiri.

    BalasHapus
  15. Tugas orang tua memang mendukung passion yang dimiliki anak ya, Mbak. Kalau mendukung pendidikan yang sesuai dengan minat bakatnya, mudah-mudahan bisa berkembang, yaa

    BalasHapus
  16. Keren banget si kakak. Udah bisa dilepas mandiri menempuh pendidikan di Prancis. Meski ini baru persiapan menuju jurusan impian, tapi justru akan menjadi langkah awal yang sangat menentukan bagaimana ke depannya. Keren ih, bisa masak sendiri pula di sana di tengan kesibukannya belajar dan mempersiapkan segala sesuatunya. Sukses selalu kakak

    BalasHapus
  17. Mbak terima kasih infonya. Aku juga salah satu ortu yang mendukung anak kalau bisa sekolah di luar dan mendapat kesempatan di luar negeri aja gpp.
    Jd keinget suamiku tiap malam belajar Bahasa Perancis suka aku godain emang mau lanjut kuliah di sana hihihi.
    Selama ini mungkin banyak ortu yang mengira kyk proses kuliah dengan biaya sendiri rumit atau biaya mahal atau gimana, tetapi ternyata kalau dari ceritanya mbak Dian asal ketemu "agensi" yang cocok lebih mudah walaupun ya panjaaang prosesnya, dan soal biaya tergantung gaya hidup juga ya TFS

    BalasHapus
  18. Sebagai lulusan sastra Perancis aku iri padamu dek. Sampai kemampuan bahasaku luntur aku ga pernah menginjakan kaki di Perancis. Salut padamu dek

    BalasHapus
  19. Wah² menarik sih ini catatan seprti ini, setidaknya menggambarkan situasi di sana, jika emang anaknya mampu dan bisa, why not. Apalagi orang tua punya prngalaman srkolah di luar negeri juga.

    Inspirasi ...

    BalasHapus
  20. kuliah di luar negeri pasti menyenangkan ya, tapi jangan lupa ama kodrat juga sih, temanku kuliah sampai S3 tapi pulangnya beda banget hiks. Tapi, aku mendukung sekali perempuan untuk sekolah tinggi

    BalasHapus
  21. Baru nemu blog ini, tulisan ini sangat menarik, dulu saya juga bermimpi pingin kuliah di luar negeri, hebat banget anak sulungnya. semoga selalu diberi kelancaran pas kuliah nya ya

    BalasHapus
  22. aku ikut bangga, seneng juga, karena waktu aku kuliah dulu, sampe niatin buat dateng ke pameran pendidikan Internasional buat lanjut S2nya
    Persiapan untuk kuliah ke luar negeri juga ga main-main, beberapa waktu lalu sempet seliweran di sosmedku mengenai persiapan bahasa entah itu Inggris atau bahasa lain, bahkan ada yang belajar intensif selama satu tahun

    BalasHapus