Kajian Ustaz Bendri Jaisyurrahman
Hari ini saya sedang bernostalgia ke masa belia, dengan menikmati aneka cerita anak di Blog Berbagi Cerita dan Ceria milik rekan blogger saya Mas Bambang Irwanto si Kurcaci Pos, yang ratusan dari karyanya telah dimuat di berbagai majalah dan koran ternama di Indonesia seperti Bobo, Girls, Mombi, Majalah Kreatif, Pustaka Ola dan Kompas Anak.
Seorang penulis (cerita anak) yang inspiratif yang mengingatkan saya sebagai orang tua untuk terus berusaha memberikan pola pengasuhan yang terbaik bagi anak-anak saya. Apalagi kini, sebagai ibu saya banyak terdistraksi oleh aneka kegiatan yang terkadang membuat emosi turun naik sehingga bawaannya nge-gas kalau ngadepin anak-anak di rumah. Ditambah, anak-anak saya yang masuk kategori Gen-Z yang kadang tuh sulit dimengerti oleh ortunya yang Gen-X ini.
Karenanya, ketika Forum Komunikasi (Forkom) Dakwah Jamiyyah Al Azhar Kembangan menghelat Kajian dengan tema "Manajemen Emosi dalam Mendidik Anak Secara Islami" bersama Ustaz Bendri Jaisyurrahman, saya senang sekali.
Temanya relate banget nih dengan apa yang digalaukan orang tua saat ini. Anak-anak Gen-Z yang tentu berbeda dengan generasi orang tuanya, yang sangat familiar dengan teknologi termasuk sosial media. Sehingga kadang ada benturan yang membuat emosi para ayah/bunda, bapak/ibu, papa/mama bergolak luar biasa.
Lalu, bagaimana kajian Ustaz Bendri Jaisyurrahman membahas soal ini? Yuk, simak di sini kajian lengkapnya!
Catatan: ini adalah hasil rekaman kajian..nyaris persis apa yang disampaikan ustaz Bendri, hanya saya edit sedikit beberapa kalimat yang diulang tidak disertakan.
Ustad Bendri: Anak Ikut Kajian, Sambut, Sapa, Muliakan!
Orang soleh yang buru-buru pengen masuk surga itu egois!
Nabi Muhammad SAW, kakek moyang kita, pertama kali diciptakan tinggalnya di surga, tapi Allah mewajibkan Beliau untuk turun dulu ke bumi untuk jalani misi. Baginda Rasulullah SAW sudah dijamin masuk surga. Apalagi saat beliau diangkat jadi Nabi. Tapi Baginda Nabi gak pernah bilang, ya Allah kalau bisa sekarang aja masuk surga, tapi Beliau jalani dulu misi hidup tadi. Maka kita pun harusnya begitu. Kita sering minta umur yang panjang itu boleh, tapi permintaan umur panjang ini harus dibarengi dengan proposal misi hidup jadi jangan minta perpanjang, tapi enggak jelas mau ngapain...
Ya Allah, panjangkan umurku, biar bisa nonton drakor terbaru. Itu enggak worth it banget. 😀Oh ya yang hadir ada yang bawa anak? Mereka dimuliakan di majelis ini dan mereka boleh memilih untuk istirahat, tidur atau ngapa-ngapain. Dan ini rumus dalam mendidik anak: bangun kesan sebelum sampaikan pesan.
Karena kalau orang terkesan akan repeat order, kalau anak kita di majelis ilmu dapat kesan besoknya bilang gini: mama besok kalau ada pengajian ikut ya. Udah remaja: kemana bro, ada kajian, ikut yaa, tambah kuat dia kalau terkesan repeat order-nya
Jadi kalau ada anak masuk majelis ilmu ingat untuk di sapa, disambut, dimuliakan, Jadi biar anak-anak merasa nyaman gitu, jangan malah kasih tugas ya "Nanti kalau ikut kajian bareng mama bikin resume 5 halaman, mau Mama taruh di sosmed". 😀
Kehamilan: Al Busyra - Kabar Gembira!
Sehingga ketika ada wanita sedih Allah itu langsung turun tangan untuk menghiburnya. Contoh ketika Maryam sedih saat hamil dan masyarakat membencinya, katanya Maryam, wanita suci buktinya hamil, jangan-jangan itu, jangan-jangan ini, dulu lambe turah jadoel pun sudah ada...
- Makan enak
- Minum enak
- Bersenang-senang
Karena mereka tak paham bahwa sejatinya kehamilan adalah fase di mana aku diratukan dan aku harusnya tidak perlu takut tak mampu mengendalikan emosiku demi anak.
Dia enggak tau kondisi bagaimana nanti si bayi, dianggapnya lepas darinya masih ada peluang, mudah-mudahan ada umur Allah takdirkan. Waktu itu yang memungut adalah Asiyah yang mengasuhnya dengan penuh cinta dan membujuk Firaun, "kita kan gak punya anak bisa jadi dia ditakdirkan jadi anak kita." Sejahat-jahatnya Firaun masih bisa dibujuk...
Pelajaran buat ibu-ibu, seburuk buruknya suami masih bisa ibu pengaruhi, ibu belajar dari Asiyah, bisa membuat Firaun tunduk dalam hal ini . Jadi kalau ada yang bilang bahwa ustaz suamiku jahat banget, Suami ibu bunuh anak-anak enggak? Suami ibu ngaku-ngaku tuhan enggak?
Nah, Allah menakdirkan Asiyah mengumumkan setiap wanita punya ASI, tolong susui anak angkat saya, dapat gaji langsung dari negara. Semua ibu menyusui mendaftar, tapi semuanya ditolak oleh Musa.
Dampak Pertama Fatherless di Indonesia Bukan Anak tapi Istri
- Bayi-bayi yang mengalami kerusakan otak.
- Stunting, ketika ada isu stunting, itu bukan sekedar perbaikan gizi, tapi perbaikan pola asuh di saat ibu hamil itu salah satu yang mungkin diabaikan hari ini
- Mentality anak yang fragile, rapuh, gampang marah emosional
Maka jangan heran, kalau ketemu orang yang kita senyumin komennya,"Ngapain kamu senyum-senyum, ngeledekin aku ya" Esoknya kita diam aja, kapok senyum, dia komen "Sombong amat, mentang-mentang".
Karena anak tidak suka sebab masuk dalam pusaran keributan di mana tanpa sadar kita malah mencurahkan perasaan dan kita menganggap ini katarsis-katarsis untuk menyelesaikan emosi itu.
Islam itu begitu mulia, orang kalau sudah cerai itu adabnya, jangan lupakan kebaikan mantan. Alih-alih Allah bilang jangan sebutkan keburukan, Allah bilang jangan lupakan kebaikannya karena kebaikan yang diingat akan menetralisasi perasaan. Kalau keburukan diingat dampak pertama adalah anak-anak, ibu yang tanpa sadar membuat persepsi anak tentang bapaknya buruk, membuat dia semakin takut menghadapi pernikahan.
Dampaknya adalah ke anak, hari ini muncul isu: gua enggak mau punya anak ah..children free, gua enggak mau nikah, buat apa malah menyakitkan. Malah lebih tertarik dengan HTS Hubungan Tanpa Status, Friend With Benefit...
Capek, ditambah lagi maaf iya, harusnya tulang rusuk dia jadi tulang punggung. Makanya di antara hari ini saya soroti adalah kenapa penguatan fatherless , itu bukan penguatan peran ayah, tapi penguatan nilai ke laki-lakian. Karena isu hari ini adalah kelaki-lakian yang merosot.
"Aku tuh pengen istri cantik seksi bisa ngaji terus hangat bisa nyari duit benerin genteng benerin listrik angkat galon." Kalau istri kamu enggak bekerja, gimana? "Ogah amat, masak iya dia mau enak-enakan aja!"
Makin besar qawwam makin banyak, tapi semakin rendah uangnya makin pelit pemberiannya bahkan merongrong istrinya, lo bantuin bayar cicilan.
Manajemen Emosi dalam Mendidik Anak Secara Islami
- Pola asuh yang diwariskan dari zaman ke zaman. Ada warisan pengasuhan atau warisan kemarahan, kita yang dulu emak bapak sering marah-marah sangat besar peluangnya untuk menjadi ibu yang emosional. Kita menyimpan frozen emotion yang layaknya bisul kita bawa kemana-mana gampang banget ke trigger
- Relasi dengan pasangan yang buruk, terutama ketika kita tak mendapatkan kebutuhan. Lalu cara menasihati pasangan gimana? Jangan langsung nasihati karena suami egonya tinggi. Cara menginspirasi suami bisa lewat 3 cara: ajak ke pengajian buat kebutuhan dia, istri jadilah duta pengajian tunjukkan kita makin solehah setelah rajin ikut kajian, dan manfaatkan momen misalnya minta hadiah ikut kajian bareng.
- Asupan diri yang tidak seimbang: mind-body-soul. Seringlah akal diajak diskusi dengan asupan positif, asupan fisik untuk badan yang sehat, asupan ruh spiritual imbangi dengan ibadah yang benar. Marah seperti air bah dia akan bertahan jika tanggulnya kuat. Tanggul ini adalah kesabaran. Kualitas kesabaran kita tergantung pada kualitas sholat kita. Terapi orang dengan masalah emosi yang mudah jebol dengan cara penguatan sholat. Orang yang gampang marah pasti sholatnya berantakan.
- Pengaruh buruk dari luar jadi yang kadang-kadang kita tidak sadari
- Manajemen waktu yang buruk: kebutuhan kita ada: me time (yang terbaik spiritual time), couple time (bukan hanya hubungan intim tapi juga berdiskusi, pillow talk), family time (makan bersama keluarga, jalan-jalan) dan social time (ikut kajian, arisan, reunian). Emosi terkendali karena ada keseimbangan hidup, memiliki kesadaran membangun mood booster pada kesenangan.
Pengalaman penelitian, menulis itu membuat hati menjadi tenang, membuat hatinya jadi lega, tuliskan apa yang kita rasakan, bikin mirroring dari kejadian buruk itu yang saya namakan parenting free, membuat jejak pola asuh yang baru.
Jadi ada marah yang boleh:
- Kurhun: marah level 1 yang menunjukkan kecerdasan emosi seseorang. Kurhun menyatakan ketidaksukaan, caranya dengan manis dan elegan, marah tapi masih bisa senyum
- Syukhtun: boleh marah level ke-2 masih dalam kendali meski nada mulai tinggi, mata melotot.
- Ghadhabun: satu dari tiga ini: berteriak, ekspresi wajah yang menyeramkan, tangan menyakiti, di sini kondisi hati sudah tidak terkendali
- Ghaidzun: ketiga hal dilakukan: marah dengan kekerasan fisik dan lisan, dibarengi sumpah serapah, caci maki, kondisi hati sudah sangat tidak terkendali
Jadi pensaran juga sih ada gak ya yg doanya kaya gitu mbak hehehe bisa nonron drakor terbaru.
BalasHapusMenarik ya kajian ustadz Benri apalagi contoh-contohnya juga real & relate dengan keadaan saat ini. Aku selalu berdoa gak menyusahkan anak aja paling mbak, berarti harus aku tambah dengan misi hidup bisa bermanfaat juga untuk orang banyak nih.
Setuju banget dengan quotenya untuk memuliakan anak yang masuk majelis ilmu jangan malah diledek
Ya Allah jadi pengen ikutan kajian ustdz Bendri secara langsung huhu.. biasanya cuman lewat rekaman aja. MasyaAllah ya mbaa, rasanya hati jadi legaaa setelah dengerin kajian beliau hhehe, ga merasa bersalah dan merasa gagal jadi Ibu. justru makin semangat :)
BalasHapusMenarik banget mbak kajiannya, betul banget bahwa anak masuk majelis ilmu harus ingat untuk di sapa, disambut, dimuliakan, karena banyak banget fenomena masjid2 yang ketika ada anak2 malah diusir. Gimana mau terbiasa untuk mendidik anak ke masjid ya.
BalasHapusMasya Allah isi kajiannya daging banget, saya yang insya Allah mau dikaruniai rezeki anak lagi langsung seneng nih dengar ibu hamil seharusnya diratukan. Hahaha..
BalasHapusKajiannya berisi banget. Sebagai self reminder juga. Seringkali kita tidak dpt menahan emosi ke anak disebabkan merasa lelah, sedang banyak pikiran dll. Kajian ini memberi pencerahan pada saya tentang bagaimana mengelola emosi terutama terhadap anak.
BalasHapusYa Allah baru denger istilah skin hunger, rasanya makjleb banget dan langsung refleksi diri sebagai ortu, anak2ku kira2 mengalami ini nggak ya. Dampak fatherless ternyata serem juga ya Mba
BalasHapusAku megang banget ini mba, sama kalimat TUGAS PENGASUHAN ADALAH MENINGGALKAN KENANGAN BAIK. Karena ini akan sangat berpengaruh bagi kehidupan berkelanjutan anak-anak sebagai orangtua kelak
BalasHapusMasyaAllah.. Banyak sekali ilmu yang didapat ya Mbak dari kajian Ustaz Bendri. Saya pun senang mendengar ceramah beliau walau kadang hanya dari online. Banyak sekali ilmu terkait pengasuhan anak terutama. Bagaimana anak laki-laki harus memiliki qawwam yang besar agar kelak bisa memimpin unit terkecilnya dahulu, yakni keluarga, adalah salah satunya.
BalasHapusYa Allah jadi pingin ikut kajian yang memotivasi tetapi tidak menghakimi seperti ini .
BalasHapusMasya Allah mak bagus banget bahasannya. Terutama saya highlight soal marah. Jadi kesindir banget pernah marah dengan nada tinggi dan mata melotot ke anakku tuh kok kaya bersalah banget jahat bgt gitu. Anakku tuh kaya kaget gt. Dari situ aku gak mau kaya gitu lagi klo marah biar gak ada luka ya mak. Makasi banyak ini ilmunya.
BalasHapusSaya sering mengikuti kajian Ustadz Bendri secara online bagus banget. Jadi ingin ikut kajiannya secara langsung pasti lebih mendalam pemaknaannya ya mba.
BalasHapusaku pernah mengikuti beberapa kali kajian ustaz bendri, online tapinya mba, dan memang kajiannya tentang keluarga dan bagaimana pola asuh anak
BalasHapusKayaknya saya harus memperbanyak mengikuti kajian seperti ini, biar hati lebih tenang, khususnya dalam membersamai anak. Kajian-kajian tentang pengasuhan ini memang sebaiknya sering dilakukan dan para ortu nggak cuman ibu, tapi ayah juga seharusnya mau ikut serta, biar anak-anak bisa merasakan pengasuhan yang lebih nyaman, serta kasih sayang positif dari ayah ibunya lengkap
BalasHapusmasya allah terima kasih atas reminder2nya, ibu hamil itu kuncinya bahagia. hiks bener mah ini dan segala macam cuplikan keren yang mbak sematkan makasih atas nasihat hangat dan nostalgianya
BalasHapusMashaAllaa~
BalasHapusAsik banget kajian Ustaz Bendri Jaisyurahman. Ngaliirr dan materinya sambung menyambung sehingga ketika pulang kajian, langsung ada yang harus dipraktekkin agar bisa kelola emosi.
Karena gak selamanya emosi itu kudu dihadapin dengan impulsif. Bisa dengan berbagai cara nyata seperti pesan ustadz. Perbaiki hubungan dengan Allah, pasangan dan anak agar hidup menjadi lebih tenang.
Menarik banget mbak kajian Ustadz Bendri ini.
BalasHapusAku setuju banget bahwa anak masuk majelis ilmu harus ingat untuk di sapa, disambut, dimuliakan.
Meski dalam beberapa praktiknya, malah dilarang ya. Karena dianggap mengganggu ketenangan kajian
Menarik banget mbak kajian Ustadz Bendri ini.
BalasHapusAku setuju banget bahwa anak masuk majelis ilmu harus ingat untuk di sapa, disambut, dimuliakan.
Meski dalam beberapa praktiknya, malah dilarang ya. Karena dianggap mengganggu ketenangan kajian
baca bagian yang hamil lagi itu jadi ingat kontennya dinda alamanda yang selama hamil dan melahirkan benar-benar diratukan suaminya sampai dia bilang kalau suami kayak gini terus dia rela deh hamil dan melahirkan lagi.
BalasHapusMasyaallah, terima kasih ya mbak sharingnya, jadi banyak membuka wawasan dan mengingatkanku banyak hal, ingin ikut kajian beliau langsung, coba cari di youtube ada ga ya
BalasHapusAh pasti senang ya mbak,bisa ikutan Kajian Ustaz Bendri Jaisyurrahman secara langsung
BalasHapusKajian ini membuka wawasan baru buat aku, jadi pengingat diri
Ah pasti senang ya mbak,bisa ikutan Kajian Ustaz Bendri Jaisyurrahman secara langsung
BalasHapusKajian ini membuka wawasan baru buat aku, jadi pengingat diri
Terima kasih sudah menuliskan ini Mba Dian. Masya Allah jadi berkaca sama diri sendiri. Memang benar ya emosi orang tua itu berdampak sama anak. Jadilah ibu yang bahagia, ini memang butuh kerja sama dari pasangan. Kalau perempuan bahagia dia bisa lebih baik mengasuh dan membesarkan anak. Sayangnya fatherless ini kondisi yang banyak di temukan di Indonesia, dampaknya bukan ke anak saja tapi juga ke istri sebenarnya. Makanya kita bisa jadi ibu yang bahagia ya Mba
BalasHapuskadang kita mikirnya fatherless itu ketika anak tidak punya ayah ya. padahal arti sebenarnya adalah ketika di sebuah keluarga ayah tidak menjalankan perannya dengan benar. alhamdulillah baca tulisan ini dapat banyak ilmu soal pengasuhan anak
BalasHapusMasha Allah tabarakallah, kajian yang sangat bermanfaat dan penuh dengan ilmu super daging sekali mba Dian. Terima kasih banyak sudah menuliskan materi kajian yang disampaikan oleh
BalasHapusUstaz Bendri kedalam artikel sehingga aku bisa ikut membaca dan menimba ilmu 😍.
Barakallah, ibu harus bahagia ya. Supaya ibu bisa semakin berdaya dan mengurus keluarga dengan penuh kasih sayang serta ketenangan.
Poin tentang "frozen emotion" dan pentingnya tanggul kesabaran dari kualitas sholat bikin kita makin sadar, kalau kontrol emosi itu bukan cuma soal tahan marah, tapi juga memperkuat spiritual dan batin. Tulisannya asik dan sangat relatable buat para orang tua.
BalasHapusSenangnya disampaikan oleh mbak Dian melalui artikel ini, karena kajiannya mengena semua. Apalagi mengulas pula sejarah kehidupan nabi, yang menjadi pembelajaran buat kita.
BalasHapusMasya Allah komplit mbaaa makasih udah buat summary, eh atau ini mah dicatat semuanya yah.
BalasHapusBu Aisah Dahlan pun berkali-kali bilang ibu harus bahagia. Kalau ibu bahagia, anak 3x lipat bahagia. Ini mantraku supaya always be happy mengasuh anak karena ngefeknya mood-ku itu bisa menular ke keluarga.
Seru banget kak Dian ikut kajian ajo Bendri (panggilan buat ustadz Bendri)
BalasHapusMemang ya kalo fatherless itu langsung kerasa di ibunya. Istri gak stabil emosi saat menghadapi anak karena suami gak mau ikut serta. Akibatnya anak yang dibesarkan pun emosinya gak stabil. Yuk para ayah, hadirlah dalam mengasuh anak. Karena percakapan anak dan ayah lebih banyak disebut di Al-Qur'an dari pada percakapan ibu dan anak.
Kajian yang super lengkap dan penuh manfaat, berasa tercerahkan setelah ikut kajian yah. Betul juga sih berdoa minta umur panjang tapi kalo udah tua takut merepotkan anak yah, yah semoga kita selalu sehat aja dan gak ngerepotin siapa pun yaah
BalasHapusKajian Ustad Bendri ini seringnya tentang fatherless ya. Jadi ingat 10 tahun lalu pernah ikut kajian ustad Bendri di sekolahnya anakku. Dulu anakku kelas dua SD sekarang dah kuliah.
BalasHapusMasya Allah lengkap banget resumenya inii, setuju banget ibu bahagia, maka anak dan suami bahagia yaa mari kita usahakan kebahagiaan kita dulu biar bisa jadi keluarga cemara yang samawa aamiin
BalasHapusPesannya sampai banget ke hati, ka Dian..
BalasHapusMashaAllaa.. pas dengerin sambil nyatet gini jadi bisa di sharing kembali di blog dan bisa dijadikan pembelajaran bagi pembaca. In syaa Allaa jariyyah.. aammiin.
Sunahnya kematian, pas makjleb di mana kedua orang tuaku udah wafat. Sedih, tapi itulah sunatullah ya semua di atur dengan baik, masya Allah
BalasHapusMasya Allah banyak sekali ilmu dari tulisan ini. Aku baca semuanya Mbak, insyaa Allah inget deh meski dikit-dikit, hehe..
BalasHapusPenting banget ya mendidik anak laki-laki supaya kelak bisa jadi suami dan ayah yang benar-benar qawwam. Ini akan ngaruh banget ya ke istri dan anak-anaknya. Kalau istri bahagia keluarga juga bahagia insyaa Allah.
Makasih Mbak sharing ilmunya :)
Terima kasih sudah share materi dari kajiannya, sarat ilmu banget nih mbak. Setuju kalau emosi anak dipengaruhi oleh kondisi emosi ortu khususnya ibunya, karena emang sejak masa kehamilan terkoneksi yaa.
BalasHapusPenting bagi ortu bisa mengendalikan emosi. Aku pun masih suka tersulut apalagi pas capek trus anaknya gak mau denger hehe. Kudu lebih banyak bersabar ya mendidik anak. Namanya juga tugas ortu seumur hidup :D
Beberapa tahun belakangan aku makin aktif belajar seputar parenting dan kurang lebih tumbuh kembang anak itu banyak dipengaruhi oleh relasi antara orang tuanya. Semakin bahagia keduanya, semakin baik komunikasi dan ikatan dengan anak.
BalasHapusMbak, itu satu kali kajian temanya ada beberapa gitu ya? Ataukah ini tema yang terbagi dalam beberapa pertemuan?
BalasHapusSenang sekali bisa ikut belajar dengan membaca di blog Mbak Dian, terutama terkait dengan parenting, bagaimana membekali anak kita dengan sebanyak-banyaknya ilmu agama agar nantinya bisa menjadi landasan kokoh di saat anak-anak hidup di lingkungan yang buruk sekalipun.
Ya Allah, keren bangyswmua bahasannya. Realita banget ya dan percontohan nya itu mengenai sekali
BalasHapusTerimakasih semua kajiannya Mbak Dian
Semoga mengalirkan banyak pahala untuk semua yang berkontribusi
Masya Allah seru banget Mbak tulisannya. Saya bacanya saja sampai ngikik ketawa, bengong, tersenyum simpul dan manggut-manggut. Duh apalagi kalau langsung datang ke kajiannya. Semoga suatu saat bisa ada di kajian beliau.
BalasHapusSeru banget kajiannya ini. Haha. Benar juga ya, serasa didukung bahwa seorang ibu memang harus bahagia. Siapa yang membahagiakan ibu? Tentu si ibu itu sendiri.
BalasHapusSaya mengalami sendiri bahwa hati yang tentram dan bahagia, maka mengasuh dan membersamai anak juga jadi semangat dan happy. Tidak harus diberikan fasilitas mewah dan nafkah besar oleh suami, kalau bahagianya bekerja, maka pilih itu karena kitalah yang tahu mana yang bisa membuat bahagia.
Menarik banget mba. Suka banget sama kata2 ini: "kegembiraan itu kunci dasar saat wanita menjadi seorang ibu". Ah, semoga suatu saat aku dimampukan & dikabulkan untuk menjadi seorang ibu :)
BalasHapusCerita ini benar-benar mengingatkan kita tentang pentingnya emosi dalam pengasuhan anak, ya! Aku jadi sadar banget bahwa sebagai orang tua, kita harus lebih bijak mengelola emosi supaya anak-anak bisa merasakan dampak positifnya. Selain itu, cara Ustaz Bendri mengajak kita untuk selalu menyambut anak dengan penuh kasih di majelis ilmu juga inspiratif banget! Semoga kita bisa terus jadi orang tua yang sabar dan penuh pengertian. Terima kasih sudah berbagi kisah ini, Mbak Dian.
BalasHapusAnakku yang kedua dari bayi suka diajak ke mesjid, karena kalau di rumah gak ada yang jaga. Alhamdulillah dia anteng, kalau mulai rewel aku suka bawa keluar dulu biar tidak mengganggu.
BalasHapusMakasih sekali jadi tercerahkan. Dari ke-4 level ini Alhamdulillah belum pernah melakukan marah Ghadhabun dan Ghaidzun. Semoga keluarga kita semua bisa memanajemen emosi dengan baik ya
BalasHapusmasyaAllah, aku udah lama banget pengen ikut kajian ustadz bendri, duh bener2 pengeen ikutan scr langsung mbaa hehehe. sambil ngajak suami gitu :))
BalasHapusMasya Allah, semoga next bisa ikutan langsung jg nih.. Alhamdulillah sekarang banyak kajian yg "ramah" sama kehadiran anak2 ya, jd tetep bisa ngajak mereka dengerin kajian dg "seru" buat nambah ilmu
BalasHapusmasyaallah pas bacanya mba, pasti dpat ilmu banyak sekali ya soal agama pa ikut kajian di sana, saya baca artikelnya saja merasa takjub, dan mengomentari soal anak dibawa ke kajian memang sangat bagus dan setuju dengan melakukan sambutan pada anak, sehingga anak akan merasa betah berada di kajian seperti itu, kalau dikasih tugas resume anak akan ga mau ikut lagi kayaknya ya
BalasHapusUstadz Bendri ya...
BalasHapusDulu beberapa tahun lalu, anak saya masih kecil pun. Saya ikut komunitas parenting di Medan. Komunitas parenting kami ini pengeeeeennnn banget mengundang ustadz bendri sebagai pengisi kajia.
Qadarullah ga kesampaian 😔
Masya Allah, keren banget kajiannya, berisi dan humornya bikin senyum2 hehe
BalasHapus