Mengunjungi Monas (Monumen Nasional)
Monumen Nasional yang lebih dikenal sebagai MONAS bukan cuma soal emas di puncaknya, tapi juga angka sakral dan makna budaya di setiap rancangannya, Dibangun dari gotong royong, penuh semangat juang dan di bawahnya tersimpan sejarah bangsa yang panjang...
Hampir pukul satu siang! Saya dan si bungsu baru saja keluar dari Museum Nasional Indonesia setelah sekitar 4 jam ngubek-ubek masih dalam rangka mengisi liburan sekolah dengan kegiatan yang murah meriah bermanfaat. Kami berencana untuk lanjut berjalan kaki ke Monas yang berjarak sekitar 500 meter saja. Alhamdulillah, cuaca agak mendung sehingga nyaman dipakai jalan.
Kami masuk melalui Pintu Timur, dan lanjut jalan kaki menuju pintu masuk Tugu Monas. Sebenarnya ada Kereta Wisata Monas, atau yang sering disebut Kerwis, fasilitas gratis di Monumen Nasional yang disediakan untuk mengantar pengunjung dari halte Lenggang Jakarta (dekat pintu menuju parkir IRTI) ke halte pintu masuk Tugu Monas, dan sebaliknya.
Oh ya, kereta wisata ini bukan untuk berkeliling kawasan Monas yaa, melainkan untuk memudahkan akses pengunjung ke tugu saja.
Nah, saya dong ngikuti maunya si Adik yang pengin jalan kaki hihi...padahal lumayan pegel juga, sebab tadi sudah jalan berkeliling Museum Nasional Indonesia plus jalan lagi ke sininya. Tapi, semua terbayar saat sudah sampai di puncaknya!
Yup, meski kami sudah pernah naik ke puncak Tugu Monas sekian tahun lalu, tapi sekian waktu tentu ada yang baru. Beneran, sampai di atas sana saya dibuat takjub dengan perkembangan Ibukota yang pada 22 Juni tepat berusia 496 tahun ini!
Tugu Monas: Tahukah Kamu?
Nah, sebelumnya, ada info nih, siapa tahu teman-teman belum tahu. Berikut adalah beberapa fun fact Tugu Monas yang tidak semua orang tahu!
- Pembangunan menara setinggi 132 meter ini dimulai pada 17 Agustus 1961 dan diresmikan pada 12 Juli 1975. Uniknya pembangunan Monas dibiayai terutama oleh sumbangan rakyat Indonesia
- Terinspirasi oleh Menara Eiffel: Presiden Soekarno menginginkan Monas menjadi simbol monumental yang setara dengan Menara Eiffel di Paris. Pembangunannya sempat ditentang karena dianggap akan menghabiskan banyak biaya dan waktu
- Desain Monas yang terpilih adalah hasil karya dari Frederich Silaban setelah melalui proses sayembara
- Mengandung angka yang sakral: salah satu arsitek Monas, RM Soedarsono memasukkan unsur angka khusus dalam ukuran bangunannya: tinggi pelataran cawan 17 meter, tinggi ruang museum dasar 8 meter, luas pelataran atas 45 meter. Angka yang mencerminkan hari Proklamasi Kemerdekaam RI, 17 Agustus 1945
- Mengandung lambang khas Indonesia: tugu menjulang, melambangkan lingga, alu atau antan sedangkan pelataran cawan di dasarnya melambangkan yoni dan lumpang raksasa. Kombinasi ini mewakili simbol budaya Indonesia yang mencerminkan kehidupan, kesuburan dan keseimbangan
- Relief Sejarah Indonesia yang berbentuk timbul terdapat di sekeliling monumen, menggambarkan sejarah Indonesia mulai dari masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern.
- Napak tilas sejarah lewat 48 diorama: di bawah Monas terdapat Museum Sejarah Nasional dengan 48 diorama sejarah bangsa Indonesia dari era prasejarah, kerajaan, kolonialisme hingga kemerdekaan dan pembangunan nasional.
- Ruang kemerdekaan berada di bagian dalam cawan monumen yang berbentuk amphitheater dan menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia, salah satunya adalah naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan di dalam kotak kaca dalam pintu gerbang yang berlapiskan emas.
- Pelataran Puncak: berada di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Terdapat teropong untuk para pengunjung agar dapat melihat keindahan di seluruh penjuru kota Jakarta, salah satunya yakni gedung-gedung pencakar langit.
- Simbol semangat tak pernah padam: di puncak Monas terdapat Lidah Api Kemerdekaan dari perunggu dengan tinggi 14 meter berat 14,5 ton dan awalnya dilapisi 35 kg emas. Namun pada 1995 lapisan emasnya ditambah hingga mencapai total 50 kg. Tapi total emas di Monas mencapai 72 kg, termasuk 22 kg yang terdapat di Ruang Kemerdekaan.
Mengunjungi Puncak Monas
Nah, memasuki pintu masuk Tugu Monas, kita akan disambut anak tangga, lanjut lorong panjang menuju loket tiketnya. Untuk tiket bisa pilih mau pakai bentuk fisik (Jakcard) dengan harga kartu Rp 30.000 dan saldo balance Rp 20.000 (satu kartu bisa dipakai untuk lebih dari satu orang) belum harga tiket. Atau bayar pakai QRIS sebesar harga tiketnya saja. Kedua loket tiket berbeda peruntukannya ya...perhatikan baik-baik, sesuaikan mau bayar pakai apa.
Oh ya, tiket Monas hanya bisa dibeli secara offline saja yaaa...
Saya pilih pakai QRIS dengan harga Tiket Puncak Rp 24.000/dewasa dan Rp 6.000/anak sekolah. Jadi Rp 30.000 totalnya berdua. Jangan lupa screenshoot bukti pembayaran via QRIS-nya, karena akan diminta menunjukkan sewaktu di pemeriksaan.
Setelah selesai bayar, lanjut deh ke area Relief Sejarah Indonesia, lanjut ke Museum Sejarah Nasional dan naik ke Ruang Kemerdekaan. Beberapa area ini kami lewati, karena sudah pernah ke sini, saat pulangnya baru kami datangi.
Langsung saja saya menuju ke depan lift tempat antrian menuju Puncak Monas. Di sini sistem antrinya sesuai nomor di tiket kita, jadi duduk manis dulu. Akan dipanggil per sesi oleh petugasnya untuk selanjutnya berbaris rapi memasuki lift. Lift ke puncak muat sekitar 11 orang (ada 1 orang petugas di dalam, jadi hanya 10 an pengunjung yang terangkut).
Saya dan si bungsu menunggu sekitar satu jam lewat. Memang hari itu pengunjung belum terlalu padat. Anak saya liburnya lebih awal dibandingkan dengan sekolah negeri di DKI. Jadi lumayan belum ramai pengunjungnya ini.
Cuma perut sudah melilit, karena tadi cuma diganjal jajanan saat di Museum Nasional. Saya hanya bawa air mineral saja di tas. Oh ya, ada air siap minum ya di kran yang ada di area. Saya pun ke Museum Sejarah di lantai bawah. Hanya ada vending machine minuman kemasan saja. Saya beli 1 harganya 10 ribu.
Semoga nantinya ada vending machine Holland Bakery juga yang kini sudah ada di beberapa lokasi atau yang lainnya. Supaya jadi solusi bagi pengunjung yang kelaparan seperti saya ini hihi. (Semoga ini dibaca pihak pengelola atau pihak Holland Bakery ya....saya terakhir beli roti Holland Bakery dari vending machine waktu di RS Pusat Pertamina. Praktis!)
Memang di area dalam Monas tidak ada penjual makanan/minuman, karenanya kalau ke sini bawa perbekalan saja biar aman!
Lanjut, nomor saya pun dipanggil...dan naiklah saya bersama pengunjung lainnya ke Puncak Monas. Liftnya berderit, kecapekan mungkin ya, naik bawa penuh pengunjung, turun juga sama. Syukurnya enggak tiap hari karena tiap Senin, Monas tutup untuk pemeliharaan!
Sampai di atas, di tengah angin yang bertiup kencang, saya menebak-nebak sama si Adik..nun di kejauhan itu gedung apa, wilayah Jakarta Barat, Timur, Selatan atau Utara,... Saya menikmati sekitar dari ketinggian sambil merenung, betapa lelahnya Jakarta. Itulah ang jadi salah satu alasan utama pemindahan ibukota karena beban Jakarta dan Jawa yang sudah terlalu berat. Selain membenahi kawasan pusat pemerintahan, pemindahan ini juga diharapkan dapat membantu mengurangi beban Jakarta. Hm, tapi apa kabar IKN kini ya...?
@dianrestuagustina Monas...💗 #monumennasional #monas #CapCut ♬ A Summer Place - Hollywood Strings Orchestra
Tips Mengunjungi Monumen Nasional
Puas menikmati Jakarta dari Puncak Monas, kami pun mengantri di depan lift untuk turun. Sembari turun, sebentar keliling ke area lainnya, ke musholla dan toilet yang bagus tapi becek dan licin (karena jadi satu dengan area wudhu), lalu keluar jalan kaki ke stasiun Gambir buat maksi yang terlambat sekali.
Alhamdulillah bisa menyambangi Monas lagi yang kini makin dibenahi dan tambah nyaman didatangi
Nah, beberapa tips mengunjungi Monas:
- Perhatikan jam operasional, ingaaat: Monas tiap Senin TUTUP
- Pakai pakaian dan alas kaki yang nyaman karena bakalan banyak jalan
- Datang lebih awal untuk menghindari antrian panjang
- Bawa bekal snack/minuman secukupnya buat ganjel perut saat menunggu
- Siapkan uang cash atau QRIS untuk pembelian tiket on the spot
- Manfaatkan fasilitas kereta wisata, air mancur menari (akhir pekan), fasilitas olahraga gratis, dll
- Jelajahi isi MONAS
- Pastikan HP terisi penuh baterainya agar kamu bisa mendokumentasikan spot-spot foto menarik di sekitar area
- Jaga kebersihan dan ketertiban area, hormati situs sejarah ini
- Ikuti akun resmi Monas IG @monumen.nasional untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai jam operasional, acara khusus, atau tips kunjungan.
Well, Monas bukan sekadar landmark kota Jakarta saja tapi juga menyimpan nilai sejarah Indonesia yang kaya. Karenanya monumen ini wajib kamu kunjungi jika singgah di kota megapolitan ini.💖
Happy Traveling
Dian Restu Agustina
Posting Komentar untuk "Mengunjungi Monas (Monumen Nasional)"