Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wisata Nostalgia ke Sumatera Utara

Wisata Nostalgia ke Sumatera Utara

"Ibuk, ini aku, kan?" tanya si Adik saat membuka-buka sebuah album foto lama. Di sana, ada foto saya yang sedang menggendong bayi yang dikira dirinya. 

"Bukaaaan, itu Mas, Dik! Kamu belum lahir. Itu waktu Bapak, Ibuk dan Mas masih tinggal di Sumatera Utara. Kamu lahirnya kan pas sudah pindah ke Jakarta. Nah, ini foto waktu kami bertiga jalan-jalan ke Danau Toba," jawab saya panjang lebar.

"Kok, aku enggak ada fotonya. Aku kan juga mau ke sana, ke Danau Toba.. Kapan-kapan ke sana ya, Buk?'



Lhadalah...selalu begitu! Kalau ada foto lama yang dia enggak ada, si Adik mesti protes, kenapa dia enggak ikut waktu itu. Lha gimana mau ikut, wong dia saja masih berupa angan-angan, belum jadi kenyataan..kwkwk.

Saya dan Mas di Dermaga Tomok, Pulau Samosir
Saya sekeluarga memang pernah tinggal di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara selama 5 tahun. Tepatnya dari tahun 2002 sampai 2007. Waktu itu, anak baru satu. (Meski sebenarnya dua, tapi anak pertama, saat berusia 13 hari meninggal dunia).

Nah, selama di sana, beberapa kali saya bersama keluarga melakukan perjalanan keliling Sumatera Utara (bahkan sampai ke Banda Aceh). Baik itu perjalanan pribadi dengan menggunakan kendaraan sewaan (karena belum punya mobil sendiri) atau ikut rombongan bersama teman-teman. 

Semua kenangan inilah yang membuat saya seringkali kangeeeen mengunjungi lagi Sumatera Utara ini. Bukan hanya karena di sana tertinggal kisah saat mengawali suka duka berumah tangga yang terlukis indah. Tapi juga karena kecantikan pesona alam dan budaya Sumatera Utara yang luar biasa yang masih terekam di kepala. Ditambah lagi, waktu itu foto keluarga masih bertiga. Biar si Adik enggak protes lagi, berarti fotonya harus diulang, agar lengkap berempat seperti sekarang. hehehe

Nah, kalau bisa kesampaian, saya ingin berwisata nostalgia, diantaranya:

Mengurai Kenangan di Pangkalan Brandan
Pangkalan Brandan merupakan bagian dari Kabupaten Langkat yang dilalui Jalan Lintas Timur Sumatera. Wilayahnya kecil saja jadi dekat kemana-mana. Penginnya sih saya nostalgia naik betor (becak motor) keliling kota atau cukup berjalan kaki saja di sepanjang jalan utamanya. Sambil mengenang masa awal menikah saat hanya punya sepeda, hingga kemana-mana naik betor berdua.

Selanjutnya, saya juga akan singgah ke rumah (dinas) tempat dulu kami tinggal. Entahlah, apa masih ada bangunannya atau sudah musnah. Kalau masih ada, saya ingin tunjukkan ke anak-anak rumah pertama yang kami tinggali. Terutama untuk si Mas yang pernah merasakan masa kecil di sini.

Jelajah Skyscanner
Mas umur 6 bulan di rumah Pangkalan Berandan
Kemudian, saya akan mengenang sajian yang pernah saya makan. Ada tongseng kambing Mas Gito (RM Yogya Lestari), Bakso Mas Anto, Sate Padang dekat pajak (pasar), Es Kolding (kolak dingin) dan Es Pal di Jl. Kartini, ayam kalio di Kedai Nasi Padang Upik, Ikan Bakar Sare,..! Pokoknya banyaaak yang semuanya enaaak! Doa saya hanya: semoga mereka masih jualan semua! hahaha

Tak lupa, saya juga ingin kangen-kangenan dengan teman-teman di Pangkalan Brandan. Meski kini tak banyak lagi yang bermukim di sini karena rata-rata sudah mengikuti suami mutasi. Semoga saja mereka masih ingat saya, ya! Ah, sudah terbayang senangnya kalau bisa reunian!

#JelajahNusantaraSkyscanner
Bersama teman-teman di Masjid Azizi Tanjung Pura

Horas Medan!

Dulu, saya dan suami pergi ke Medan rata-rata setiap sebulan sekali. Berdua pernah naik motor sejauh 80 km dari Pangkalan Brandan ke Medan. Cuma berakhir pekan semalam dan esok harinya pulang. Saat sudah punya anak, kadang naik mobil pinjaman atau naik Timtax (Timur Taxi), angkot jurusan Medan - Pangkalan Brandan. Seringkali juga pergi berombongan bersama teman-teman.

Pokoknya kalau mau ke kota ya ke Medan. Meski sejatinya bisa ke Stabat atau Binjai, tapi tanggung..sedikit lagi sudah Medan euyy! Oh ya, di Medan, biasanya kami punya misi perbaikan gizi hihihi...Maklumlah, di Pangkalan Brandan enggak banyak pilihan makanan. Selain itu juga, belanja bulanan barang-barang yang di Pangkalan Brandan sulit ditemukan. Atau hanya sekedar mencari keramaian setelah sebulan "kesepian". 😀

Terus, kalau ke Medan mau nostalgia kemana saja?

Tentu, pertama ke Masjid Raya Al Mashun, lalu Istana Maimun, Pajak Central, Pajak Ramai, Pajak Petisah dan Pajak Ikan-tempat orang berjualan kain....😀 (Ini jauh-jauh ke Medan cuma mau ke pasar apa ya hahaha).

#JelajahNusantaraSkyscanner
Istana Maimun

Juga, berwisata kota tua ke Kampung Keling, gedung Balai kota, Kantor Pos, gedung London Sumatera, Titi Gantung, Menara Air Tirtanadi dan nge-mall ke Sinar Menara Deli (yang kabarnya kini enggak ada lagi)....Pokoknya, saya mau ajak anak-anak raun-raun (jalan-jalan) keliling kota!

Kemudian kalau lapar, singgah dulu makan dan pepotoan di Merdeka Walk, makan Mie Aceh Titi Bobrok, Ikan Bakar Halimah, Durian Ucok, Soto Sinar Pagi atau Sate Padang yang dekat Masjid Raya. Lalu mampir makan juga di rumah makan Padang dekat pasar yang gangnya kecil tapi ramai sekali hihihi (hadeeeh, saya lupa nama pasarnya). Terus ke Rumah Makan Tionghoa Muslim di Monginsidi, beli Rujak Kolam dan makan di Nasi Rini di belakang kuil Kampung Keling. Enggak lupa, pesan minumannya jus Martabe (markisa+terong Belanda) yang saya sukaaa!

Pokoknya, makan dan makan..! Puas-puasin mumpung di Medan dan untuk sementara.... lupakan timbangan!😝

Lalu pulangnya, enggak lupa beli oleh-oleh sirup markisa, bika ambon dan lapis legit di Jl Mojopahit (untuk oleh-oleh kekinian yang baru-baru, saya belum kenal yaaa saat itu! Jadi enggak perlu nostalgia membelinya hahaha)

Hmm..apalagi ya, hhh...banyak yang lupa saya ternyata... Huhuhu!

Menghibur Hati di Berastagi

Ngapain ke Berastagi?


Ke pasar buah Berastagi pasti...! Belanja sayuran dan buah segar, seperti jeruk Berastagi, kesemek, terong Belanda dan markisa. Juga beli bibit bunga bawang-bawangan dan bibit tanaman lainnya. (Emak-emak yaaa meski liburan yang dipikirin teteup pergi ke pasar ..! kwkwkw)

Enggak lupa naik kuda keliling area. Lanjut menikmati indahnya Tanah Karo dengan latar belakang Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung dari Bukit Gundaling. Mampir juga ke Tahura (Taman Hutan Rakyat). Kemudian singgah ke agrowisata petik jeruk sendiri di kebun  milik petani. Puas-puasin sampai mblenger makan jeruk Berastagi, karena  kini di Jakarta mikir saat mau beli..hihihi!

Taman Hutan Rakyat
Terus apa lagi ya...Oh ya, ngukur jalan sambil menikmati ramainya jalanan juga hamparan kebun buah dan sayuran di sepanjang Medan - Pancur Batu - Sibolangit - Berastagi yang kalau musim liburan macetnyaaaa, warbiyasah!

Melalui jalan Jamin Ginting yang panjaaang, yang saat pertama kali lewat dulu bikin saya keheranan. Ini kok enggak ganti-ganti nama jalannya yaaa, teteup saja! Karena memang hampir 80 km panjang jalannya, sejak dari Padang Bulan, Medan sampai ke Kabanjahe, namanya tetap jalan Jamin Ginting. Wow!

Menikmati Panorama Danau Toba yang Sungguh Memesona

Beberapa kali ke Danau Toba, saya memiliki empat cara untuk menikmatinya. Yaitu: mengagumi keindahannya dari Kota Parapat, menikmati kecantikannya dari ketinggian di Menara Pandang Tele, melintasinya dari Parapat menuju Pulau Samosir dan menjelajahi tepi danau dengan cara road trip ke kota-kota yang mengelilinginya.

Keempatnya sudah pernah saya lakukan. Sayangnya karena perjalanan itu dilakukan di rentang 2002-2007 dimana kamera yang ada hanya kamera manual saja, ditambah saya sekeluarga berpindah-pindah tempat tinggal setelahnya. Ya sudahlah, foto kenangan pun jadi tak banyak tersimpan.

Oh ya, salah satu yang yang mengesankan adalah ketika mengelilingi kota-kota di tepian Danau Toba. Melewati rimbunnya hutan di Pegunungan Bukit Barisan yang ternyata panjaaaang, hingga sepanjang itu pula doa saya terapal saking enggak ada teman (mobil) seperjalanan. Masih terbayang juga wanginya kopi yang kami beli di sebuah kedai kopi pinggir jalan di sebuah perkampungan di Sidikalang. Kopi asli yang diracik sendiri dimana di kiri kanan jalan ada pohon-pohon kopi yang membentang. Kopi yang asliii!

Perjalanan yang sungguh menyenangkan! Waktu itu rutenya adalah: Pangkalan Brandan - Stabat - Binjai - Medan - Lubuk Pakam - Tebing Tinggi - Pematang Siantar - Parapat.

Wisata Nostalgia Sumatera Utara
Menara Pandang Tele
Sesampainya di Parapat, kami menginap dulu semalam sambil menikmati keindahan Danau Toba dari penginapan. Esok harinya, melanjutkan perjalanan dengan rute: Parapat - Porsea - Balige - Siborongborong - Dolok Sanggul - Tele- Sidikalang - Merek - Bukit Gundaling - Medan - Pangkalan Brandan.

Di Balige, kami sempat singgah makan siang di rumah makan di kotanya, saya lupa namanya, yang jelas ada tulisan rumah makan Muslim. Di sini kami makan Arsik Ikan Mas yang enaaak!

Kemudian saat singgah di Menara Pandang Tele, kami menikmati dulu pesona Danau Toba dari atas menara. Cantiknyaaa! Tetapi setelah mempertimbangkan kondisi jalan yang terlalu curam kami batalkan niat turun ke Pangururan, karena saat itu saya memang sedang hamil 7 bulan.

Di kesempatan yang lain, rutenya Pangkalan Brandan langsung menuju Parapat. Lalu menginap semalam, lanjut esok harinya melintasi Danau Toba dengan menggunakan kapal feri menuju Pulau Samosir. Tapi kami enggak menginap di sini karena pertimbangan si Mas yang masih bayi. Jadi kami balik dan nginap di Parapat lagi.

Tapi, syukurnya saat di Samosir sudah singgah ke Museum Huta Bolon Simanindo. Dimana ada makam raja-raja dan juga rumah tradisional Batak. Oh ya ada pula boneka Sigale-gale yang sayangnya saat saya di sana masih beberapa jam lagi waktu pertunjukan berikutnya. 

Lalu pulangnya berbelanja souvenir di kios-kios di dekat dermaga. Beli miniatur Ruma Bolon, kaos bergambar dan bertuliskan Lake Toba, kalender Batak yang dari kayu itu dan beberapa cenderamata lainnya.

#JelajahNusantaraSkyscanner
Pemandangan Danau Toba dari halaman belakang Hotel Patra Jasa Parapat
Duh, saya jadinya benar-benar mupeng nostalgia ke sana. Ah, daripada mupengnya enggak karuan, mending saya kepoin Tiket Pesawat ke Medan ...!

Sedikit nostalgia, jaman dulu kala saat masih tinggal di Sumatera Utara, suami saya punya langganan biro perjalanan tempat memesan tiket pesawat. Kantor biro perjalanan ini berlokasi di Medan. Jadi by phone suami pesan tiket tanggal sekian, kemana tujuan dan pakai maskapai apa. Waktu itu harga tiket masih selangit ya saudara-saudara! Mana gaji awal-awal jadi pekerja, maka pulang kampung itu adalah sebuah hasil perjuangan setelah sekian bulan menabung.

Nah, ketika tiket sudah dipesan, di hari H kami berangkat ke Bandara Polonia Medan dan bakal ketemuan dengan si Mas petugas pembawa tiketnya. Huwaaa...ribet amat kan yak! Dan, untuk tagihan pembayaran nanti akan dikirim ke suami (ke alamat kantor). Seringkali, kantor nalangin dulu lalu kami cicil potong gaji 3-6 bulan kwkwkw. Kalau ingat, memang saat itu terasa sekali bahwa merantau itu berat! Kamu, belum tentu kuat..! #halah

Balik ke tiket lagi...

Hari gini, Alhamdulillah semua sudah mudah! Mau kemana, kapan waktunya berapa biayanya bisa kita atur dengan pakai jari jemari saja. Enggak perlu bolak balik telpon tanya-tanya berapa harga tiketnya dan enggak pakai acara janjian sama babang kurirnya.

Karena kini sudah banyak sekali platform pemesanan tiket digital yang membuat kita bisa menghemat waktu, tenaga dan biaya. Satu diantaranya adalah Skyscanner. 




Skyscanner, yang jika ditilik dari namanya yang unik, sky yang berarti langit dan scanner  artinya alat untuk memindai (scan). Jadi, memang pas sekali dengan misi yang dimiliki. Yaitu layanan yang memungkinkan pemesanan perjalanan dilakukan semudah mungkin layaknya memindai (scanning) langit sehingga akan didapatkan harga yang terbaik.




Skyscanner merupakan perusahaan pencarian travel global yang menawarkan jasa pencarian penerbangan, hotel, dan penyewaan kendaraan secara gratis di seluruh dunia. Dirintis sejak 2001, Skyscanner telah hadir dalam 30 ragam bahasa (termasuk Bahasa Indonesia). Dan telah membantu lebih dari 60 juta orang setiap bulannya dalam menemukan pilihan-pilihan perjalanan wisata.

Dimana Skyscanner memungkinkan kita membandingkan harga tiket pesawat, penginapan dan penyewaan kendaraan dalam satu situs saja. Juga, menawarkan akses terbaik dan pilihan-pilihan perjalanan ke mana pun tujuannya. Terlepas apakah kita ingin mencari pilihan tersebut di desktop atau mobile.



Selain itu, Skyscanner juga memiliki aplikasi gratis yang telah diunduh lebih dari 60 juta kali. Juga mempunyai lebih dari 800 team member yang tersebar di 10 kantor penjuru dunia, termasuk Barcelona, Beijing, Budapest, Edinburgh, Glasgow, London, Miami, Shenzhen dan Singapura.

Dan untuk aplikasi ini, bisa diunduh gratis dengan cara yang mudah saja. Kita tinggal install Skyscanner dan lakukan langkah-langkah yang diminta.


Selesai registrasi, bisa kita lanjutkan mencari penerbangan yang diinginkan. Seperti saat saya mencari tiket penerbangan ke bandara Kuala Namu Medan dari bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Dimana saya dapatkan 1447 pilihan rute penerbangan...Woowww!

Oh ya hasil ini akan fluktuatif sifatnya sehingga bisa berubah-ubah sesuai ketersediaan penerbangan. Dari sini, kita bisa mengatur data berdasarkan pilihan penyaringan: perhentian (langsung/transit), waktu keberangkatan, lama perjalanan dan maskapai penerbangan.

Setelah itu, kita bisa mengurutkan hasilnya berdasarkan: yang terbaik, termurah, tercepat, pergi, pulang, maskapai dan perhentian.





Nah, agar misi wisata nostalgianya mengesankan bagi saya sekeluarga, saya ingin memilih maskapai yang terbaik, The Airline of Indonesia alias Garuda Indonesia. Maka saya pun melakukan pencarian Tiket Pesawat Garuda.

Dan saya menemukan beberapa penawaran dengan harga tercantum sesuai urutan yang saya tentukan. Setelahnya saya klik PESAN dan Skyscanner akan membawa saya ke website Garuda Indonesia untuk menindaklanjuti pemesanan.

Dan ta daaaa, setelah melakukan pemesanan dan pembayaran, enggak pakai lama, Tiket Pesawat Garuda Indonesia pun berada "di tangan". Tinggal siapkan badan, pakaian dan uang jajan....Cusss, bisa wisata nostalgia ke Sumatera Utara untuk menjelajahi pesona kecantikan Nusantara yang tak ada habis-habisnya!

Mudah, bukan?




Indeed, Skyscanner really makes a travel easier and cheaper !!

Bahkan bagi sesiapa yang masih baru dalam urusan jalan-jalan pun, layanan ini sangat membantu.

Jadi enggak perlu ragu. Juga enggak usah banyak kekhawatiran sampai enggan jalan-jalan.

Enggan?

Don't be! 

Go traveling! ....Coz, travel changes you!

Sebuah perjalanan bisa merubah cara pandang seseorang. Membuat orang lebih mensyukuri apa yang dipunyai. Menumbuhkan penghargaan pada keanekaragaman. Memberikan pelajaran bermakna yang tidak akan didapatkan dari bangku sekolah mana saja. Dan, membuat diri lebih mau terbuka menerima segala perbedaan yang ada di dunia.

Seperti pada setiap perjalanan yang saya lakukan, selalu saja ada tambahan pengalaman. Sehingga membuat saya semakin hari menyikapi segala sesuatu dengan pikiran yang lebih terbuka dari sebelumnya.

Ini semua yang ingin juga saya dan suami tanamkan kepada anak-anak kami. We choose collect moments not things! It’s because lasting joy doesn’t come from objects, it comes from experience. Lebih baik banyak mencari pengalaman untuk dikenang, daripada bela-beli barang yang ujung-ujungnya usang dan dibuang..!

Nah, biar enggak mudah baperan, tersinggungan atau selalu berpikiran buruk, lebih baik jelajahi Nusantara yuk!😀


Happy Traveling,


Dian Restu Agustina



*Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh ID Corners dan Skyscanner
#JelajahNusantaraSkyscanner


























Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

50 komentar untuk "Wisata Nostalgia ke Sumatera Utara"

  1. Aku mupeng ke istana maimun mbak dian, setelah melihat tayangan di televisi. Huwaaa.. Jauh banget. Belum kebayang, bisa berangkat dengan apa.

    BalasHapus
  2. nice info mbaaa, rencana Agustus ke Medan, Horass!

    BalasHapus
  3. Wah foto2nya masih tersimpan rapi ya, keren mbak :) Buat nostalgia juga dan kenangan buat anak cucu hehe

    BalasHapus
  4. Jadi kangen naik betor deeh. Kampung keling beli aneka manisan & borong tomat dibrastagi...semua tinggal.kenangan....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak...manisan yang melegenda, khas ada di sana

      Hapus
  5. pingin juga ke sumut ya, tp entah kapan ya

    BalasHapus
  6. Mbak Dian jajah tenan, wis tekan ngendi-ngendi. Btw kalau nngomongin soal Sumut, saya penasaran banget sm. Makanan khas Batak. Kecuali yg nggak halal ya, yg ikan2 kayak Arsik itu enak banget je

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak..suka juga, cuma karena tinggalnya di Pangkalan Berandan, lebih banyak suku Melayu daripada Batak,juga banyak orang Aceh, karena dekat perbatasan Sumut-NAD.

      Hapus
  7. keren mba, foto-fotonya masih tersimpan rapi ^^
    Indeed, Skyscanner really makes a travel easier ya mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini foto yang tersisa Mbak..yang lain entah kemana:)
      Yup, Skyscanner makes a travel easier!

      Hapus
  8. Whuaa noted aah, nti kalo ada rezeki ke sana aku baca-baca blognya mba Dian.

    BalasHapus
  9. Yang hanya saya ingat tentang Medan yaitu Danau Toba. Ternyata masih banyak lagi destinasi wisata di Medan ya...wajar aja kalau Medan ngangenin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak Mbak..wisata budaya, alam dan kuliner yang juara !! :)

      Hapus
  10. Danau Toba memang sangat terkenal, saya juga sudah tahu, namun belum pernah kesana Mbak, heheheh...

    Ohy...foto2 masa kecil memang sangat berarti sekali buat saya loh Mbak, liat foto2 masa kecil saya selalu ingat masa2 bahagianya menjadi anak kecil, dimanja, main layangan sepuas hati, :) simpan baik2 yach Mbak foto2 anak2nya ,suatu saat kelak mereka pasti merindukannya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mas ini lagi dikumpulin foto-fotonya mau disimpan ke versi digital juga :)

      Hapus
  11. indah sekalinya pemandangan danau toba dari belakang penginapannya..

    BalasHapus
  12. Apa yang pernah kita singgahi, ada rasa kangen untuk menapak kembali. Sebuah tempat yang penuh kenangan dan nostalgia. Ingin menelusuri lorong-lorong waktu. Mengenang manisnya masa lalu. Ah saya juga begitu, suka berandai-andai. Tapi itu photonya masih terdokumentasai dengan baik ya? Kalau punya saya sudah pada luntur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini yang tersisa, Mas, lagi dicari negatifnya..Hiks, masih bisa dicetak enggak ya?..Yang lain ada yang disimpan orang tua di Kediri dan Madiun, lainnya entah kemana karena pindah-pindah :)

      Hapus
  13. Wah, mbak dian lengkap sekali penjabarannya, sy yang orang medan asli aja, nggak pernah ngelilingin kota medan se detail itu,...

    Saluuuutttt!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mumpung tinggal di satu tempat, biasanya dipuas-puasin kelilingnya Mbak 😀

      Hapus
  14. Wah udah lumayan lama juga gak ke Sumut ya mba. Memang Sumut punya kenangan tersendiri bagi org yg sudah pernah mengunjunginya. Saya ke sana beberapa tahun yang lalu, sekitar 6-7 tahun yang lalu mba. Saya kangen juga ke sana. Mudah2an mba dan juga saya bisa kembali ke sana lagi bernostalgia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak.. Banyak kenangan karena begitu nikah langsung pindah ke sana.. Semoga nostalgia nanti 😊

      Hapus
  15. Waw Bunda pernah tinggal di sumatera rupanya. MasyAllah Bunda banyak sekali pengalaman tinggalnya dimana-mana bahkan sampe keluar negeri. Kerennnn jadi banyak wawasannya tentang satu daerah ke daerah lain ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah Bunda..mumpung ke tempat baru jadi keliling dulu...

      Hapus
  16. Mba Diaaann, enak banget sih hidupnya keliling mulu.
    makanya awet muda banget.
    Pas banget jiwa traveling dan suami selalu mutasi ke mana-mana.


    Di tempat baru pun ga diam di rumah tapi explore ke mana-mana.
    Saluuutttt 😊

    BalasHapus
  17. selalu senang dengan tulisan mba dian. biar ga Baperan mending keliling Nusantara ya mba :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hhihi..iya, biar tahu keanekaragaman Nusantara :)

      Hapus
  18. Asik ya perjalannya, Teh. Ya, meskipun ini nostalgia ke tempat yang sudah di kunjungi. Tapi dengan menuliskan nostalgia gini, jadi salah satu cara nulis disaat kita nggak ada ide..he

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah..itu dia, karena enggak ada ide jadi ngungkit cerita lama hahaha:D

      Hapus
  19. waahh,, cerita nya lgi nostalgia ya kak.. keren euyy..
    Jadi pengen jejalan juga. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cerita lama yang bikin ingin mengulang cerita :D

      Hapus
  20. Aku belum pernah juga ke danau toba dek. kita kesana bareng yukkk.. hehee

    BalasHapus
  21. Duh, jadi mengingatkan saya saat merantau ke Batam, saat jadi manten anyar di sana. Bedanya, kami dulu ga terlalu menjelajah seperti Mbak Dian. Ada beberapa spot yg tdk kami kunjungi, trus sekarang nyesel.

    Wuih, banyak destinasi ya di Sumut. Kalo Pangkalan Brandan itu sebelah mananya Pangkalan Susu, ya? Pernah punya teman yg berasal dari sana. Karena nama daerahnya unik jadi inget terus sampe skrg.

    Saya belum pernah nyobain skyscanner, nih. Semoga kapan2 bisa :) Sukses lombanya ya, Mbak. Tulisannya lengkap detil khas Mbak Dian

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pangkalan Susu sebelahan sama Pangkalan Brandan, Mbak Tatiek :D
      Aamiin, terima kasih doanya

      Hapus
  22. Haha... tau nih Ibuk, kok adek nggak diajak jalan2 ke Medan. Ntar adek diajak deh pas bapak sama ibuk traveling lagi ke Medan naik Garuda. BTW Medan tempat wisata nuansa melayunya banyak juga ya, Mba. Istana Maimun ini yang paling terkenal ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya yang sisi Utara, banyak Melayunya, sisi Selatan baru Batak..:)

      Hapus
  23. Saya sejak lahir ada di Jawa, besar di Jawa dan hidup menua di Jawa. Pernah sih hidup di Kalimantan beberapa tahun... Saya dari dulu belum pernah ke Sumatra, ingin rasanya kapan-kapan jalan ke Sumatra...

    BalasHapus
  24. Issshhhh kangennya ama medan. Aku jrg pulkam kesana. Ini trakhir pulang 2 thn lalu. Berastagi, danau toba, ga akan prnh bosenin. Kalo ksana aku slalu beli mangga yg kecil2 itu tp manis banget rasanyaaa.. Ga ada itu di jakarta.

    Semua makanan di medan mah enak dan enak banget ya mba :D. Blm nemu yg ga enak :p

    BalasHapus