Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

5 Alasan Saya Tidak Mengoleksi Barang

5 Alasan Saya Tidak Mengoleksi Barang

Gaeees...

Tema tantangan #BPN30DayChallenge2018 hari ini tentang koleksi. Tepatnya barang yang dikoleksi di rumah.

Jadi, sejak kemarin nih saya sudah keliling rumah. Cari-cari apa koleksi yang saya miliki...hihihi





Habis....saya kayaknya enggak koleksi apa-apa. Hmm, tapi coba kita telaah dulu arti kata koleksi dalam KBBI yaaa. Yuk, mari..

Jadi, menurut KBBI arti koleksi adalah:
  • Kumpulan (gambar, benda bersejarah, lukisan, dan sebagainya) yang sering dikaitkan dengan minat atau hobi objek (yang lengkap)
  • Kumpulan yang berhubungan dengan studi penelitian
  • Cara dan sebagainya mengumpulkan gambar, benda bersejarah, lukisan, objek penelitian, dan sebagainya;
Hmm, baiklah. Jelas sudah, akhirnya saya memutuskan memang saya enggak mengoleksi apapun di rumah.

Serius?

Iyesss!!

Ah, jadi ingat dulu di awal-awal nikah, suami yang mengantarkan saya membeli peralatan rumah tangga, seperti piring dan teman-temannya pernah mengingatkan: "Aku tuh nanti kemungkinan pindah-pindah, jadi enggak usah bela-beli lah..Nanti biar enggak bingung pas pindahan!"

Nah, sudah saya bocorin alasannya apa kan? Tapi untuk lengkapnya saya jembrengin dulu alasan kenapa saya di rumah tidak mengoleksi apapun.

Jadi alasannya adalah...:
  • Pindah-Pindah
Suami saya bekerja di perusahaan yang menempatkan pekerja di berbagai tempat sesuai dengan SK. Jadi, setelah married, saya tahu diri dan musti siap kalau suami sewaktu-waktu dimutasi. 

Lengkapnya, suami pernah ditempatkan di Pangkalan Brandan, Jakarta, New Orleans (sekolah), Aljazair, Ogan Komering (kantor di Jakarta) dan kembali lagi ke Jakarta. 

Diantara tempat itu saya hanya ikut pindahan ke Pangkalan Brandan, Jakarta dan New Orleans.

Waktu ke Pangkalan Brandan, bawa 2 koper besar. Dari sana ke Jakarta, pindahan bawa barang satu truk. Lalu ke New Orleans bawa 2 koper. Balik ke Jakarta, 14 box besar (enggak pernah sampai karena kontainer tertahan di pelabuhan hingga sekarang)

Nah, pindah-pindah inilah yang membuat saya dan suami sering berpikir lagi untuk koleksi itu ini. Mengingat pusingnya kalau banyak barang itu baru terasa saat mau pindahan, ye kan?
  • Pernah Kehilangan
Sebenarnya males ngungkit lagi dan lagi cerita ini..hiks! Tapi buat pengalaman saja,  ya harus disebarluaskan..ya enggak?

Jadi pas pulang dari Amerika di tahun 2011, barang yang saya bawa ada 14 box besar (ukuran kulkas satu pintu). Isinya: barang rumah tangga selama di sana, buku kuliah suami, buku sekolah anak saya, buku cerita anak yang di sana harganya murce karena beli di garage sale, dan oleh-oleh buat yang tercinta di Indonesia.

Nah, itu box dikirimkan lewat ekspedisi yang dimiliki oleh orang Indonesia yang sudah menetap lama di Amerika. Perusahaan ekspedisinya ini sudah terkenal diantara teman-teman. Dan saya pun mendapat referensi dari banyak teman.

Tapi....ternyata di kontainer saya, ada barang yang dikirimkan oleh orang Indonesia yang stay di Amerika yang ternyata isinya adalah spare part moge alias motor gede.

Padahal ada aturan perpajakan untuk barang mewah seperti itu. Alhasil satu kontainer ditahan dan pengurusannya harus menebus sejumlah nominal yang enggak kira-kira. Belum lagi musti wara-wiri urus dokumennya. Membuat perusahaan eksepedisi itu give up dan enggak mau ngurus lagi.

Jangan tanya nyeseknya saya ya..hahhaha

Pokoknya sejak itu saya malesss ngoleksi itu-ini. Lantaran apa yang saya kumpulkan susah payah saja, sekali plasss...bisa hilang enggak tahu rimbanya. 

  • Collect Moments not Things
Saya hobi jalan dan suami juga. Kami lebih memilih untuk melakukan perjalanan daripada membeli barang. 

Mengapa?

Karena perjalanan akan dikenang sementara barang satu saat bisa usang dan musti dibuang.

Maka, saat ini jika ada rejeki dan kebutuhan utama sudah tercukupi, kami selalu rutin merencanakan jalan-jalan. Selain untuk kedekatan keluarga, menyehatkan jiwa raga,  memberikan pengalaman dan kenangan indah untuk semua juga untuk mensyukuri semua ciptaan-Nya.

Pokoknya prinsipnya: "Fill your life with experiences, not things. Have stories to tell, not stuff to show"
  • Enggak Ada Tempat
Kalau kita mengoleksi barang juga musti memikirkan tempat penyimpanannya, kan? Nah rumah saya di Jakarta sekarang: enggak besar....!

Maklum di kota metropolitan kalau beli rumah seluas punya orang tua saya di Kediri yang panjangnya ke belakang bisa bikin pegel kaki, mau nunggu berapa kali lebaran haji hihihi

Jadi dengan ukuran rumah yang saat ini, tentu bakal kesulitan menyediakan tempat khusus untuk barang koleksi. 

Inilah yang bikin saya undur diri. Enggak usah koleksi-koleksian. Biar orang yang punya tempat saja yang mengoleksi barang kwkwkw
  • Butuh Biaya
Koleksi barang berarti mesti beli dan beli lagi barang yang sama. Dan logikanya itu pasti butuh biaya ekstra. Misalnya kalau sudah koleksi tas branded model tote bag, eh mikir yang handbag belum..terus mupeng lah yang sling bag enggak punya dan seterusnya..

Kalau dilanjutin bisa berapa duit itu yaaa..

Kalau yang punya  dana sih, monggo. Kalau saya ya lebih baik kalau sudah punya secukupnya ya sudah. Khawatirnya jadi tumbuh prinsip bukan beli yang penting tapi yang penting beli..Hiks


Nah, itulah teman-teman 5 alasan kenapa saya di rumah tidak mengoleksi barang apapun. 

Tapi ini individual sifatnya. Masing-masing orang bisa berbeda dan itu sah-sah saja. Duit-duit mereka, kenapa saya yang repot yaaa..hahaha

Jadi apapun yang teman-teman koleksi saya hargai ...Nah, kasih tahu saya dong teman-teman koleksi apa di rumah? Tengkyuuuuu..😍


Love,


Dian Restu Agustina











Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

3 komentar untuk "5 Alasan Saya Tidak Mengoleksi Barang"

  1. Ternyata kita sesama nomaden, mba. Saya juga gak bisa koleksi apa2 karena malah bakal nyusahin kalau pindah rumah lagi.

    BalasHapus
  2. Hiyahahahha ini aku bangettttt, ampe bingung mau nulis apa ya tentang koleksi 😅

    BalasHapus
  3. Koleksi buku mbak, bagiku koleksi buku itu sama dengan investasi. Yes investasi ilmu, selain itu kelak buku-buku bisa di baca anak-anakku. Atau di pinjamkan dengan membuka perpustakaan di lingkungan rumah.

    Sama saya juga enggak suka mengumpulkan banyak perabotan rumah semacam pernak-pernik yang enggak penting. Berawal dari saya dulu kontraktor eh sampai sekarang sih ya, jadi kalau pindah rumah ribetnya banget. Belum lagi beberes banyak barang itu menghabiskan energi. Jadi beli yang dibutuhkan saja.

    Thanks mbak aku suka deh dengan ide colect moment.

    BalasHapus