Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Buku: 365 Hariku Bersama Ananda

Review Buku: 365 Hariku Bersama Ananda - Terapi Mandiri pada Anak dengan Gangguan Selective Mutism

Teman-teman, pernah enggak menjumpai seorang anak yang memilih untuk tidak berbicara pada orang atau situasi tertentu, meskipun ia mampu? Mungkin kebanyakan orang - termasuk orangtua si anak itu - menganggap dia pemalu karena sedang berada di tempat baru. 

Tapi, jika ternyata itu bertolak belakang dengan kebiasaannya di keseharian, di mana di rumah dia sangat aktif, dominan, tipe pengatur juga banyak bicara, tentu kita patut curiga. 

Pasalnya, bisa saja anak ini mengidap Selective Mutism, sebuah gangguan kecemasan yang membuat anak fobia bicara atau memilih mode "mute" (diam) di lingkungan yang membuatnya tidak nyaman. 

Sebuah gangguan tumbuh kembang yang jika diabaikan akan berdampak buruk di masa depan. Lantaran kemampuan berinteraksi dan bersosialisasi merupakan salah satu bentuk kemampuan penting di masa tumbuh kembang anak-anak. Sehingga jika tidak ditangani segera, anak dengan selective mustism ini bisa berlanjut menjadi sosok yang membisu di luar lingkungan yang dikenalnya.


Nah, sebenarnya apa sih penyebab selective mutism? Bagaimana cara menyikapi anak yang mengalami gangguan kecemasan yang bisa terdeteksi saat usia lancar bicara ini? Adakah pola asuh tertentu yang bisa diterapkan agar orangtua tepat menangani sesuai dengan gangguan tumbuh kembang yang dimiliki?

Sebuah buku buah karya Sitatur Rohmah mengupas semua itu dalam "365 Hariku Bersama Ananda - Terapi Mandiri pada Anak dengan Gangguan Selective Mutism". Buku yang didasarkan pada pengalaman pribadi penulis saat membersamai buah hati yang mengalami gangguan selective mutism yang bisa menjadi panduan bagi orangtua, guru dan siapa saja agar tahu apa dan bagaimana cara menanganinya.

Blurb | 365 Hariku Bersama Ananda



Sitatur Rohmah



Apakah buah hati Anda mengalami kondisi cenderung pendiam, pemalu atau sulit berkomunikasi jika berada di luar rumah dan sebaliknya menjadi cerewet atau terbuka ketika berada di rumah atau lingkungan yang sudah dikenalnya?

Jika kondisi tersebut berjalan dalam waktu lama, tak ada salahnya jika kita mewaspadai bahwa mereka mengalami gangguan selective mutism. Apa itu selective mutism? Sejauh mana gangguan tersebut berbahaya dan memengaruhi tumbuh kembang anak?

Menyimak kisah dalam buku ini akan membawa kita belajar dan memahami bagaimana menghadapi anak dengan gangguan selective mutism. Buku ini memaparkan perjuangan seorang ibu membersamai buah hati dengan selective mutism melalui pola asuh, pendekatan dan pendampingan yang tepat secara mandiri.

Dengan mencari rujukan, menelaah, mengkaji, memodifikasi serta menerapkan pola asuh dan pendekatan yang sesuai dengan kondisi dan karakter si anak, dalam kurun 365 hari, anak mengalami perubahan yang signifikan ke arah positif.



Data Buku: 365 Hariku Bersama Ananda



Judul: 365 Hariku Bersama Ananda, Terapi Mandiri pada Anak dengan Gangguan Selective Mutism

Penulis : Sitatur Rohmah

Editor : A. Mellyora
Desain Sampul: Wendy TAJ
Ilustrator: Bayu Aryo D
Penata Letak isi: Tofa
Proofreader: Cahyadi H. Prabowo
ISBN : 978-623-7506-10-2
xiv, 146 hlm, 21 cm
Cetakan 1- Solo, Desember 2019
Penerbit: Metagraf, Creative Imprint of Tiga Serangkai
Kategori: Parenting
Harga: Rp 50.000,-


Tentang Penulis



Sitatur Rohmah


Statur Rohmahi seorang ibu rumah tangga penuh waktu dengan dua putri dan dua putra. Lulusan Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret tersebut lebih memilih bekerja di dunia radio. Tak kurang dari 15 tahun ia meniti karier di dunia kepenyiaran, mulai sebagai penyiar (broadcaster), reporter, programmer siaran, hingga terakhir, manajer siaran, sebelum akhirnya resign dan fokus mengurus keluarga.

Dunia literasi mulai dilirik sekitar bulan Juli 2018 saat anak bungsunya mulai masuk ke bangku sekolah dasar. Dengan niat memanfaatkan waktu untuk sesuatu yang lebih bermanfaat, ia mulai mengikuti kelas penulisan secara online. Pilihan jatuh pada tulisan nonfiksi dengan kekhususan menulis artikel bertema parenting dan lifestyle. Tulisannya dalam bentuk artikel sudah banyak dimuat, baik di media online maupun media cetak.

Karya literasinya berupa buku antologi bersama anggota komunitas penulis, antara Iain Dawai Kata Hati (Kumpulan Prosa Liris)-JA-Publishing, 2018, Rihlah to Jannah (Kumpulan Cerita Inspiratif)-Pejuang Literasi, 2019. Aku, Sebuah Janji dan Buku (Kumpulan Cerita Inspiratif), Pejuang Literasi-2019, Bukan Matahari Terakhir (Kumpulan Cerita Inspiratif tema Kartini Era Milenial)-Dandelion Publisher, dan beberapa buku antologi yang masih dalam proses cetak.

Salah satu prestasi yang ditorehnya di dunia literasi adalah memenangi Lomba Menulis Artikel yang diselenggarakan oleh Koperasi Pondok Pesantren Da'arutTauhid, pada bulan Mei 2019 sebagai juara 1.

Review Buku 365 Hariku Bersama Ananda


Buku setebal 146 halaman ini terdiri dari 3 Bab yang masing-masing membahas materi sesuai urutan kejadian, dimulai dari Bab Pertama, Menyadari dan Menerima, Bab Kedua, Membersamai dan Melompat Bersama, serta Bab Ketiga, Melangkah Optimis dengan Anak Selective Mutism.


Menyadari dan Menerima


Awalnya di Prakata, penulis menyebutkan tentang asal muasal putranya dikatakan mengalami selective mutism, yakni setelah melakukan serangkaian psikotes sebelum masuk SMP. Sesudahnya di bab pertama, keadaan ini pun disebutkan "diterimanya".

"Saya ikhlas dan rida apa pun keadaan ananda. Ia sama saja dengan anak-anak yang lain yang membutuhkan kasih sayang, penerimaan dan pendampingan pada masa tumbuh kembang" (hal 2)

Ini poin penting yang disampaikan penulis untuk mengingatkan setiap orang tua, agar menyadari dan menerima saat mengetahui ada gangguan pada tumbuh kembang putra-putri tercinta.

Kemudian, dipaparkan dalam buku tentang apa itu selective mutism, beserta ciri-ciri yang dikaitkan penulis dengan kebiasaan yang dijalankan pada ananda sejak balita. Tak itu saja, pengalaman pribadi ini ditindaklanjuti oleh penulis dengan menyertakan tips menumbuhkan berbagai kebiasaan di keseharian.


Membersamai dan Melompat Bersama


Pada Bab Dua, beberapa pengalaman dibagikan sekalian diberikan cara penanganan. Misalnya pada "Menyelamatkan Anak dari Perundungan"

Diceritakan bahwa ananda sepulang sekolah mengeluhkan pipinya yang sakit. Meski awalnya tidak mau bercerita, akhirnya ketahuan juga pipinya "dipukuli" temannya lantaran ia tidak mau bicara menirukan perkataan teman itu. Penulis lalu menghubungi pihak sekolah agar masalah ini ditangani. Setelah diadakan investigasi teman ananda diminta meminta maaf dan berjanji tidak mengulangi.

Dari kasus ini penulis menggarisbawahi jika berbicara adalah sisi kelemahan anak dengan selective mutism ini. Maka diingatkannya: "Memaksanya berbicara sama saja dengan membungkamnya. Buatlah ia senang melakukannya, bukan karena terpaksa." (hal 41). Lalu, disertakan juga cara membantu anak mengatasi ketakutan berbicara, diantaranya: mendorong anak untuk berbicara dalam kelompok kecil terlebih dahulu.

Tak hanya itu, di bab ini penulis juga menjabarkan informasi pendukung dari beberapa referensi terkait selective mutism juga kemana mencari informasi tentang seluk beluknya.

Dan bab ini pun ditutup dengan sebuah asa: "Setiap penyakit diciptakan berikut obatnya dan setiap masalah ditimpakan oleh Allah SWT pada manusia bersama solusinya. Keikhlasan menjalani dan semangat berusaha tanpa lelah adalah cara tepat menemukan penyelesaian secara sehat" (hal 116)

Sitatur Rohmah

Melangkah Optimis dengan Anak Selective Mutism

Berikutnya, di bab terakhir buku, penulis membagikan berbagai teori seputar selective mutism ini dan menyertakan berbagai tips untuk mendampingi anak dengan gangguan yang dari data sebenarnya jarang ditemui di Indonesia. Bahkan di seluruh dunia, prevalensinya cukup kecil, hanya ada 5-7 oang dari 1000 populasi. Untuk itu contoh kasus dan gambaran perjalanan menuju kesembuhan belum banyak didapatkan.

Di bab ini penulis juga menyebutkan jika gangguan selective mutism yang dialami ananda dalam kurun waktu satu tahun sudah menunjukkan kemajuan yang cukup berarti. Seperti keyakinan yang disebutkan: "Jalan ke depan menuju kedewasaan mungkin masih panjang, tetapi saya yakin setiap langkahnya akan menunjukkan kemajuan. Ketakutan berbicara, khekawatiran dalam menjalin pertemanan dan belum tingginya rasa percaya diri akan terkikis habis. Ketika tiba saatnya memimpin, ia sudah siap dan menjalankan amanah dengan penuh tanggung jawab" (hal 137)

Jadi, Buku 365 Hariku Bersama Ananda...



Bagus untuk dibaca, karena:
  1. Menambah wawasan kita tentang selective mutism
  2. Memberikan panduan penanganan berdasarkan pengalaman
  3. Melengkapi dengan aneka tips seputar gangguan kecemasan
  4. Membagikan banyak referensi terkait
  5. Menyajikan berbagai contoh kasus
  6. Menyemangati orangtua yang memiliki anak berkasus sama
  7. Menyampaikan data dari sumber terpercaya
  8. Menyajikan tulisan yang runut sehingga enak dibaca 
  9. Memakai bahasa keseharian sehingga mudah dipahami orang awam
  10. Menyisipkan quote yang inspiratif dan memotivasi

Meski ada kurangnya, diantaranya:

  1. Cetakan: yang saya terima kertasnya ada yang masih melekat (harus saya gunting sendiri)
  2. Bab kedua terlalu panjang, semestinya dijadikan 2 bab, terpisah antara pengalaman dan informasi tambahan
  3. Di buku yang disebutkan berperan dalam terapi selective mutism yang menimpa ananda adalah penulis (ibunya) dan guru. Tidak disebutkan apakah ada keterlibatan Ayah atau saudara ananda dalam mendukung proses terapinya
  4. Data penulis tidak dilengkapi dengan alamat email, akun media sosial ataupun alamat blog. Seharusnya bisa disebutkan untuk personal branding,  juga jika ada yang ingin disampaikan pembaca ada informasi penulis bisa dikontak dimana


Sitatur Rohmah


Well, buku 365 Hariku Bersama Ananda pas dibaca oleh orangtua, pendidik maupun siapa saja untuk menambah wawasan tentang selective mutism sehingga akan bisa diantisipasi juga ditangani jika ada anak yang mengalami hal ini. Oh ya, buku tidak hanya khusus membahas penanganan selective mutism tapi juga memberi pencerahan seputar pengasuhan yang bisa jadi referensi di keseharian.

Oh ya..., silakan ke toko buku kesayangan untuk mendapatkan bukunya atau langsung hubungi penulisnya: Sitatur Rohmah - FB Anik Sitatur Rohmah | IG sitatur-rohmah | www.sitaturrohmah.com |

Semoga bermanfaat!💖



Selamat Membaca


Dian Restu Agustina






Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

42 komentar untuk "Review Buku: 365 Hariku Bersama Ananda"

  1. Terima kasih banyak mbak Dian. Masukan yang sangat berarti untuk saya supaya bisa memperbaiki pada karya berikutnya nanti.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya kenal Mba Sita seorang blogger dan penulis. Ternyata eh ternyata mba juga penyiar dan broadcaster. Kereeeen. Ulasan yang bagus mba. Jadi pengen baca bukunya. Saya cukup penasaran dengan satu pertanyaan, "Kapan kita boleh memvonis anak kita mengalami Selective Mutism?" Pada usia berapa tepatnya? Sebab anak perempuan saya yang pertama menunjukkan gejala sama saat usianya menjelang 3 tahun. Dia benar-benar berbeda di rumah dan luar rumah. Jadi, saya sejak dia umur setahun semakin sering mengajaknya berinteraksi dengan lingkungan luar, misalnya masukin ngaji ke TPQ, ajak dia ke playground yg ramai buat main sama anak-anak lainnya, interaksi dengan teman-teman saya yg datang ke rumah. Alhamdulillah pelan-pelan si kakak sekarang udah mulai komunikatif sama siapapun yg dia temui, meski sometime masih kambuhan itu sifatnya yg malu-malu gitu. Terima kasih mba.

      Hapus
  2. Masya Allah ini buku bagus banget, cocok buat para orang tua atau calon orang tua nih.

    BalasHapus
  3. Masyaa Allah bukunya bagus. Menambah pengetahuan seputar anak.

    BalasHapus
  4. mbaaak... reviewnya bagus baaangeeet
    ada quote-quotenya di dalam yang terserap dalam paragrafnya
    jadi pengen baca dan pengen punya deh
    biar nanti kalau aku punya buah hati, ada ilmunya

    BalasHapus
  5. Baru tahu tentang selective mutism, semoga semakin banyak yang ngeh dan terinspirasi setelah baca buku yang bermanfaat ini ya?

    BalasHapus
  6. Anak saya kebalikan banget nih dia, terutama si kakak, jagoan kandang banget dia mah.

    Kalau di rumah cereweeettt aja nggak ada ujungnya, ngomoooongg aja sampai bosan yang dengerin, giliran ketemu orang di luar, diam seribu bahasa dong.

    Untungnya setelah sekolah dia mau berubah, meski tetep aja kaku kalau ngomong ama orang dewasa lainnya :)

    BalasHapus
  7. Waww reviewnya mantap dan lengkap sekali. Bisa jadi rekomendasi buku yang ibgin dimiliki 👍

    BalasHapus
  8. Sepertinya bagus ya buku ini. Bisa buat pengetahuan yang bermanfaat. Oh ya, ini maksudnya Ananda ada terapi yang didampingi psikiater profesional kan ya?

    Kadang ada anak teman atau saudara perilakunya mirip2 seperti itu, tapi saya ngga bisa juga self diagnose jika ia mengalami selective mutism, ya, perlu bantuan psikiater profesional agar tidak keliru melakukan terapinya.

    BalasHapus
  9. Wah bukunya mba sita ya.. barakallahu mba sita. Saya jadi tau ilmu baru nih Mba Dian, selective mutism.
    Semoga semakin banyak ibu yang menyadari tentang selective mutism ini, jadinya si anak gak lagi memilih milih harus terbuka bercerita.
    Karen takutnya pas si anak dapet pelecehan, dia gak pernah cerita akhirnya trauma sendiri dan tak kunjung sembuh.

    BalasHapus
  10. Selective Mutism terus terang baru dengar. Penting banget nih infonya. Gamblang bnget review mb Dian jadi saya langsung ngeh. Makasih ya...

    BalasHapus
  11. Saya baru tahu istilah selective mutism ini. Ternyata ketika anak cenderung pemalu atau pendiam di depan umum padahal di rumah cerewet sekali itu bisa menjadi salah satu tanda dia mengalami gangguan ini ya.

    BalasHapus
  12. Aku baru dengar nih mbak soal selective mutism. Aku suka banget buku dg topik2 psikologi dan parenting. Langsung pengen cari buku in, tfs mbak

    BalasHapus
  13. Baru tau ada gangguan dengan istilah selective mutism. Harus segera ditangani itu ya Mbak, biar gak berlanjut.

    BalasHapus
  14. Aku baru denger istilah selective mutism ini, mbak. Keren ih mbak Sitatur Rahmah, diem-diem udah bersolo aja, nih.

    BalasHapus
  15. Aku udah beli bukunya tapi belom sempet baca mba. Hanya baca blurbnya udah penasaran sama selective mutism ini. Ahhh makasij reviewnya jadi makin pengen segera baca deh.

    BalasHapus
  16. Reviewnya menarik banget mbak Dian, jadi semakin ingin membaca lebih deh. Mbak Sita luar biasa ya, bisa memberi inspirasi dan pedoman melalui buku solonya.

    BalasHapus
  17. Mbak, apakah di dalam buku ini dijelaskan tentang perbedaan antara selective mutism dan pemalu atau introvert? Saya penasaran ingin tahu.

    BalasHapus
  18. Pada intinya untuk membersamai anak selective mutism ini jangan memaksanya berbicara karena sama saja dengan membungkamnya. Buatlah ia senang melakukannya, bukan karena terpaksa, gitu ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari bukunya Mbak Sitatur ini, saya juga jadi banyak belajar untuk menjadi orang tua yang bisa membersamai tumbuh kembang anaknya.

      Hapus
  19. Mbak terima kasih untuk review bukunya. Aku baru dengar istilah Selective mutism ini. Setelah baca ini aku jadi tau tentang selsctive mutism. Jadi harus selalu didampingi juga ya :)

    BalasHapus
  20. Selective Mutism ini istilah baru buat aku dan mungkin buat ribuan ortu lain.
    Makasiii review bukunya, Mba
    Sepertinya aku perlu baca nih

    BalasHapus
  21. Aku baru tau kasus seperti itu dinamakan selective mutism. Anak yang mengalami ini harus terus didampingi ya agar dapat penanganan yang tepat. Buku yang sangat bermanfaat nih buat kita semua. Makasih review bukunya.

    BalasHapus
  22. Mbaa..ko aku bacanya, jadi teringat aku kan masa kecilku. Soalnya ngeliat dari tanda2nya emang aku banget.
    Rasanya kalo ketemu orang lebih seneng diam seribu bahasa.
    kalo ga perlu2 banget baut ngomong ya aku diam, kadang kalo ditanya pun lebih melempar senyumm.
    Kurasa sampe kuliah pun begitu, cuma pas kerja aja dimasukin ke sekolah kepribadian, dan banyak belajar untuk berbicara, alahmulillah agak berani.

    Bahkan sekarang pun, kalo ga nyaman sama orang ku akan seribu nbahasa diem.
    kayaknya bagus nih buku, ku mauuuu nyari ahh.

    BalasHapus
  23. Baca reviewnya jadi ingat salah satu muridku, pendiam juga dan kemana-mana sendiri. Bukunya bagus sekali mbk, memberi gambaran ke pembaca tentang selective mutism dan cara penangananya.

    BalasHapus
  24. wah penting mba di bab kedua apa ya kalo gak salah tentang perundungan atau bully pada anak. bisa jadi ilmu dan bekal buat menghadapi anak yang mungkin ada masalah bully di sekolahnya

    BalasHapus
  25. Baru baca tentang selective mutism ini. Kayaknya buku parenting yang penting nih, untuk menambah wawasan dalam mengenali putra-putri kita. Waktu kecil aku juga pendiam, jangan-jangan salah satu pengidapnya :)

    BalasHapus
  26. Masya Allah ada ya selective mutism itu?
    betapa bersyukurnya kita kalau memiliki anak normal ya mbak, semua anak istimewa

    BalasHapus
  27. wah reviewnya lengkap mba. jadi tertarik buat baca juga.
    ponakanku dulu kayak begini. diam kalo ketemu orang lain. untungnya skr udah ga begitu lagi :)

    BalasHapus
  28. saya pendiam kalau di tengah keluarga, sepertinya lebih nyaman begitu. Lain kalau sama teman.
    selective mutism ini mengingatkan saya pada sebuah novel yg diambil dari kisah nyata, di mana si anak memilih diam sampai2 dikira bisu. Butuh kesabaran dan kepercayaan yang baik untuk bisa membuatnya bersuara.

    BalasHapus
  29. Daku baru tahu nih Selective Mutism, jadi pengen beli bukunya.
    Alhamdulillah anak-anakku, meski ada yang terlambat bicara, masih bisa diatasi.

    BalasHapus
  30. Perubahan seorang anak memang harus dapat perhatian, dan biasanya ibu yang lebih mengenali sifat atau sikap anaknya.
    Dan aku juga baru tahu tentang selective mutism ini, kisah nyata yang dibukukan seperti ini bisa menjadi pembelajaran orang tua atau orang dewasa yang mengasuh anak-anak. Karena kita nggak pernah tahu ya kapan anak-anak mengalami perilaku yang tidak biasa

    BalasHapus
  31. Baru tau soal selective mutism. Kalau anaknya pemalu, di rumah ngoceh mulu di luar rumah kek di kelas jd pendiam apa masuk ini ya mbak? Jadi penasaran pengen baca bukunya jga deh jdnya.

    BalasHapus
  32. Informasi baru ini mbak.. Baru tahu ada masalah tumbuh kembang anak seperti ini. Terbukti dampingan orang tua punya peran besar ya. Bagus banget ini bukunya. Berdasar pengalaman nyata dari penulisnya

    BalasHapus
  33. Aku jadi flashback aku ngapain aja selama ini ya :"(
    Butuh bukunya kayaknya biar tau kudu ngapain saja :")

    BalasHapus
  34. Aku punya teman yang kalau ngomong irit banget sejak dulu sih tapi sebenarnya dia baik dan senang berbicara cuma memang suka memilih pokok bahasan yang ingin dia katakan membaca tulisan ini jadi teringat sama dia

    BalasHapus
  35. WAh buku bagus nih, temen saya sedang nyari buku seperti ini bakalan saya share ke beliau. Dan saya pun butuh nih buat nambah ilmu parenting.

    BalasHapus
  36. Jangan-jangan anak keduaku juga mengalami hal ini ya. Dulu waktu masih di PAUD gitu, ga pernah mau bicara dengan gurunya. Sampai akhirnya dia harus ngulang PAUDnya. Coba deh, sekolah di PAUD aja kok kudu ngulang hehehe.. Padahal kalau di rumah ramai ceriwis menceritakan tadi di sekolah ngapain aja.

    BalasHapus
  37. Aku baru tahu ada istilah Selective Mutism, sepertinya anakku agak terdeteksi seperti ini tapi aku penasaran bagaimana caranya memastikan atau deteksi dini, ataukah hanya dilihat dari gejala perilaku, jadi tertarik mau baca bukunya juga, terima kasih mak udah referensi buku bagus untuk dibaca saat bosan gini karena harus stay at home.

    BalasHapus
  38. Baru tau soal selektif mutism. Jadi itu meruapkan gangguan ya. Kirain biasa anak malu di tempat baru

    BalasHapus
  39. Aku baru tau soal selectivr mutuism ini, ad insight baru sebagai orang tua, aku pengen baca langsung bukunya

    BalasHapus
  40. Baru tau istilah selective mutuism terima kasih. Jadi tertarik pengen baca bukunya deh meski saat ini waktu baca malah sulit karena anak kumpul semua di rumah :D

    BalasHapus