Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Bijak Mendampingi Anak Bermedia Sosial

Cara Bijak Mendampingi Anak Bermedia Sosial, susah nggak ya? Well, satu waktu grup WA Orang Tua Murid kelas 5, tempat anak bungsu saya bersekolah, heboh dengan sebuah postingan salah satu anak di grup Instagram. Ada anak yang mengunggah sebuah gambar yang tak senonoh. Sekilas sih seperti meme (gambar lelucon) biasa. Tapi jika diperhatikan lebih seksama, bertentangan dengan nilai susila. Maka, tak urung ini membuat para Ibu di grup kami resah. Meski, ibu si anak berkali-kali sudah meminta maaf dan berjanji akan memeriksa akun anaknya pun mengawasinya, tapi diskusi di grup soal ini jadi melebar ke sana-sini.
 

Tips Penggunaan Media Sosial Pada Anak


Anak saya yang bukan anggota grup sudah pasti tak tahu menahu masalah itu. Memang, saya baru mengijinkan anak memiliki akun media sosial sendiri, saat masuk usia SMP. Sehingga anak saya belum punya akun Instagram dan tergabung dalam grup itu. Meski demikian saya ikutan galau juga karena pornografi meski itu dalam bentuk samar sudah sedemikian mudah diakses pun disebarkan oleh anak-anak di akun media sosial mereka. 

Lalu bagaimana peran orang tua sebenarnya? Sejauh mana ketegasan bisa diberlakukan agar anak bisa mengambil banyak manfaat positif dari media sosial dan bisa menyaring hal negatif yang ditimbulkan? Hm...., media sosial untuk anak, seberapa penting dan kapan bisa mulai dikenalkan yaa?


Tentang Media Sosial

We Are Social pada laporan terbarunya di tahun 2020 menyebutkan bahwa ada 175,4 juta pengguna internet di Indonesia. Dibandingkan tahun sebelumnya, ada kenaikan sebesar 17% atau 25 juta pengguna. Jika total populasi Indonesia berjumlah 272,1 juta jiwa, ini artinya sekitar 64% dari penduduknya telah mengakses dunia maya.

Disebutkan juga pada data, bahwa:

saat ini masyarakat Indonesia yang memiliki ponsel sebanyak 338,2 juta. Sementara, 160 juta diantaranya adalah pengguna aktif media sosial, atau meningkat sebanyak 10 juta orang dibanding tahun sebelumnya.

Adapun media sosial yang paling banyak disambangi pengguna internet Indonesia dari 5 urutan teratas adalah:

  1. YouTube
  2. WhatsApp
  3. Facebook
  4. Instagram
  5. Twitter

Nah, sejatinya masing-masing media sosial, termasuk kelima media di atas, memiliki kebijakan tersendiri dalam menentukan usia pengguna. Rata-rata mengharuskan pengguna berusia minimal 13 tahun untuk bisa membuat akun di sana. Di mana batasan usia ini dimaksudkan penyedia media diantaranya untuk membantu orang tua agar anaknya tidak terpapar hoaks yang sering wara-wiri di dunia maya. Juga, memproteksi anak yang belum mengerti cara menggunakan media sosial dengan baik dan benar. 

Tapi, masalah angka toh bisa dipalsukan, enggak bisa dijadikan patokan, yekan

Memang, batasan usia 13 tahun ini bukan tanpa alasan. Pasalnya, meski anak yang berusia di bawah 13 tahun bisa saja sudah terampil menggunakan teknologi, perkembangan otak mereka belum pada tingkat yang sama dengan kecerdasan digitalnya. 

Penelitian menunjukkan bahwa sulit bagi anak di bawah 13 tahun sepenuhnya memahami dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain secara online. Hingga hal ini bisa menempatkan diri mereka dalam bahaya, misalnya: menjadi korban cyber bullying, pelecehan seksual dan kejahatan maya lainnya sebelum mereka siap merespon dengan tepat. 

Well, ibarat pisau bermata dua, media sosial juga punya dua sisi. Selain ada manfaatnya, platform jejaring sosial, juga punya dampak negatif. Konten yang tidak terfilter, seperti hoaks, pornografi, komentar negatif, perundungan, ujaran kebencian, penipuan, hingga kasus penculikan anak banyak yang berawal dari media sosial. Tak hanya itu, media sosial juga dapat mengurangi interaksi sosial secara langsung, mengganggu waktu belajar, menyebabkan rendahnya rasa percaya diri dan bahkan memicu depresi.

Itulah mengapa, penggunaan media sosial pada anak tak boleh sembarangan dan perlu pengawasan dari orang tua. 

Apalagi kini, ketika pandemi membuat anak mesti terkoneksi dengan gawai setiap hari dalam rangka Pembelajaran Jarak Jauh. Mau tak mau membuat mereka mesti memiliki media sosial untuk bergabung dalam grup kelas bersama Wali Kelas ataupun teman-temannya dalam rangka kepentingan belajar. Yang membuat orang tua termasuk saya mengubah aturan. Kalau dulu, Si Sulung saya perbolehkan punya akun media sosial saat sudah SMP, adiknya ketika kelas 5 "terpaksa" sudah memilikinya. Ya, awal pandemi lalu, saat anak harus "sekolah dari rumah" si Adik jadi punya nomor WA, akun Instagram dan Youtube sendiri untuk setoran tugas ke gurunya.

Tapi, meski anak-anak 24 jam berada di rumah, saya tetap khawatir karena saya belum tentu bisa mengawasi setiap waktu terkait aktivitas mereka di dunia maya. 

Maka saya harus selangkah lebih maju untuk melakukan pencegahan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dan juga menghindari dampak media sosial bagi anak-anak nantinya. Caranya dengan membuat aturan-aturan yang saya sepakati bersama mereka terkait penggunaan media sosialnya.


Cara Bijak Mendampingi Anak Bermedia Sosial 

Nah, jika memang anak-anak akhirnya memiliki media sosial, orang tua hendaknya memperhatikan penggunaan serta melakukan pengawasan, diantaranya dengan cara:


1. Pahami Cara Kerja Media Sosial yang Anak Gunakan

Jadi ceritanya, tetangga saya saat arisan komplek bilang, jika dia termasuk tipe anti media sosial. Katanya, dia enggak telaten untuk nyetatus, komen dan melakukan aktivitas sejenis di sana. Maka, dia merasa tidak perlu punya akunnya. Padahal, anak bungsunya (perempuan) yang sebaya anak sulung saya - saat itu SMP kelas 7, akun Instagram-nya sudah berisi postingan cinta-cinta-an (saya ditunjukkan akunnya oleh anak saya). 

Masalahnya, saya mau ngasih tahu langsung kok ya enggak enak. Juga bingung mau mulai cerita darimana karena dia sama sekali memang terkesan enggak suka dengan media sosial. Jadi, saya sarankan saja dia punya akun Instagram agar tahu anaknya ngapain aja. Sambil saya jelaskan jika di Instagram itu anak seusia remaja bisa posting apaaaa saja juga menjelaskan padanya lebih kurangnya media sosial. 

Saya enggak tahu kelanjutannya, apakah si tetangga yang adalah seorang wanita karir ini mengiyakan atau mengabaikan saran saya. Yang penting secara halus saya sudah "membujuk" dia kalau punya akun media sosial itu ada pentingnya, diantaranya untuk "ngepoin" akun anak kita.

Yup, memiliki pun memahami cara kerja media sosial yang anak gunakan ini penting sekali. Kita bisa cari tahu dulu aplikasi yang akan diunduh mereka - apalagi jika kita belum pernah punya. Pahami tujuan dan cara kerja aplikasinya dan ikutlah mengunduh bersama mereka. 

Kemudian tekankan alasan memiliki akun media sosial tersebut adalah untuk mendapatkan manfaatnya, seperti: mengembangkan keterampilan, membantu anak dalam belajar serta memperoleh ilmu dan wawasan. 

Dan bukan dikarenakan ingin terkenal, pamer atau alasan lainnya yang kurang pantas. Sehingga anak paham dari awal jika media sosialnya diunduh sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan.


2. Berdiskusi Seputar Media Sosial yang Anak Miliki

Jelaskan juga kepada anak dampak positif dan negatifnya serta hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menggunakan media sosial mereka. Katakan jika kita sebagai orang tua akan memantau penggunaan media sosial mereka sehingga anak tidak merasa dikepoin oleh mata-mata. Buat anak mengerti pentingnya menghindari berbagai hal negatif yang bisa timbul dari sana. Juga jika mereka satu hari nanti menghadapi, beritahu cara terbaik untuk menangani, terutama pastikan untuk langsung memberi tahu kita dengan segera.

Tak lupa, diskusikan juga konsekuensi dari apa yang mereka lakukan di media sosial nanti. Pastikan jika mereka mengetahui bagian yang kurang menyenangkan dari media sosial, jenis komunikasi apa yang mesti dihindari, serta jenis konten apa yang seharusnya tidak diunggah di sana. 


3. Terapkan Pengaturan Privat

Buatlah keamanan pada akun media sosial anak dengan mengatur privasi pada akunnya. Biasanya, pada beberapa media sosial terdapat pengaturan khusus yang menerapkan filter konten dewasa atau kekerasan, juga pengaturan apakah akun untuk private atau public dan proteksi lainnya. 

Meski ini susah juga, karena waktu pandemi lalu beberapa guru anak saya meminta siswa menyetor tugas di akun media sosial mereka dengan menyertakan hastag tertentu untuk mempermudah pencariannya. Tapi paling tidak, jika memungkinkan diproteksi, lakukan untuk melindungi akun media sosial anak-anak kita. Seperti akun anak-anak yang saya hubungkan ke email saya, misalnya. Sehingga saya akan tahu sebagian aktivitas mereka di dunia maya.


4. Sepakati Jadwal Penggunaan

Jangan sampai penggunaan media sosial membuat anak jadi anti sosial. Karena kehadiran media sosial ini memang bisa mengganggu aktivitas belajar anak dan quality time anak dengan orang tua. 

Maka sepakati jadwal penggunaannya, jangan sampai media sosial jadi mengganggu produktivitas dan pergaulan keseharian mereka. 

Misalnya, untuk anak saya yang kini kelas X SMA dan 6 SD, penggunaan media sosial adalah ketika gadget time tiba. Yakni, setelah semua kewajiban sekolah dan rumah selesai, di waktu yang disepakati bersama.


5. Pantau Akun Media Sosial Anak Secara Teratur

Bertemanlah dengan akun media sosial anak sehingga kita mengetahui teman-teman mereka dan siapa saja yang diikuti di media sosialnya. Dengan begini, kita bisa memantau kegiatan anak serta tahu dengan siapa saja ia berteman dan berinteraksi. Ingatkan agar anak menghindari berteman dengan orang asing dan menerima pertemanan hanya dari teman, keluarga dan kerabat yang dikenalnya saja. 

Pantau gawai anak secara teratur agar kita bisa mengetahui apa saja aktivitas mereka di dunia maya terutama di media sosialnya.

Perhatikan siapa saja temannya, siapa yang mereka ikuti, komentar yang ditulis baik oleh anak kita maupun temannya. Juga periksa history akun apa saja yang diaksesnya. Sehingga kita dapat mendeteksi secara dini jika ada potensi hate comment, bullying, hoaks, pelecehan seksual dan hal negatif lain di akun media sosial anak.


Media Sosial Anak


So, Media Sosial Bagi Anak Yes or No?

Media sosial merupakan tantangan sendiri dalam proses pengasuhan di era digital ini. Perkembangan teknologi informasi membuat tugas baru bagi orang tua untuk menentukan waktu yang tepat bagi anak memiliki akun media sosial sendiri. 

Mengingat memang banyak sekali konsekuensi yang harus dipertimbangkan para orang tua dari media sosial yang digunakan anak-anak mereka. Meski di balik konsekuensi yang akan diterima, terdapat banyak manfaat yang akan didapat. Hanya saja manfaat tersebut bisa diperoleh anak selagi berada di bawah bimbingan dan arahan dari orang tuanya. 

Yup, media sosial bisa diibaratkan sebuah mall yang penuh dengan etalase yang menggoda mata di kiri dan kanannya. Yang bisa membuat seorang anak akan dengan mudah tersesat di dalamnya jika tidak dalam bimbingan dan pengawasan orang tuanya.

Ingat, informasi dan role model yang salah dari media sosial berisiko mengganggu proses tumbuh kembang dan pembentukan kepribadian anak-anak kita. Maka, yuk jika anak suka main medsos, dampingi dengan bijak dan awasi anak-anak kita. Juga tak lupa, mencontohkan pada mereka dengan bermedia sosial yang baik dan benar! Semangaaaaat!!!

Oh ya, kalau teman-teman punya cara bijak yang lain enggak saat mendampingi anak bermedia sosial? Yuk saling bertukar pikiran kita!💖




Happy Parenting

signature-fonts
Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

23 komentar untuk "Cara Bijak Mendampingi Anak Bermedia Sosial "

  1. Iya sih. Kita harus benar-benar memantau apa saja kegiatan anak seusia sekolah di gawainya. Bukan mau suudzon dengan mereka. Namun lebih baik mengantisipasi daripada mengubah yang sudah terjadi.

    Benar kan Mbak Dian?

    BalasHapus
  2. Mendampingi anak saat main sosmed memang gak gampang. Saya saja heran bagaimana teman2 anak saya ada yang begitu lancar tiap malam main WA atau DM, sementara anak saya sudah saya jatah waktunya.

    Saya selalu memintanya terbuka siapa saja teman dia yang main IG dan di WA jadi saya pun tahu mereka cerita apa, dan untungnya anak saya memang selalu cerita. Dan saya juga mengintip apa saja yang dibahas.

    Yang utama selalu saya bilang ke dia adalah, think before you share. Karena saat ini siapapun bisa menyimpan apa yang kita share di sosmed hanya dalam hitungan detik (screen capture).

    Peer semua orang tua memang ini sih.

    BalasHapus
  3. Dirumahku ada anak 2 remaja juga mba yang sudah punya sosmed pribadi, sudah bolak-balik ngingetin soal bersosmed ini, sejauh ini sih mereka pada nurut, semoga aja gak kecolongan. btw, makasih tipsnya ya sebagian belum aku terapkan.ntar aku coba juga

    BalasHapus
  4. Tambah ilmu nih. Berhubung anak saya yang baru 7 dan 6 tahun untuk saat ini belum punya hp sendiri begitupun akun media sosial. Gak tahu jika beberpa tahun lagi. Makasih ilmunya mbak ^^, bisa buat persiapan kami nanti.

    BalasHapus
  5. Mba Dian, sampai saat ini anak saya hanya mengakses youtube, dengan pengawasan. yang kecil saya kasi sebentar nonton youtube kids. tapi yang sulung, lebih suka konten yang lebih serius, dia suka nonton gaming.
    Dan ada beberapa channel gamer yang terkadang ngomongnya kurang pas buat anak kecil.
    saya tegur atau kami bicarain.

    mengenai whatsap dan sebangsanya, saat ini belum punya dia tu. belajar juga paling pake zoom, dan gak lama2.
    tapi saya mulai khawatir juga kalo seandainya besok2 dia minta daptar medsos tertentu... haizzz

    BalasHapus
  6. Sepakat Mbak Dian... saya dan suami juga menetapkan aturan anak boleh pakai gawai setelah berusia 13 tahun , si kakak sulung malah jelang 15 tahun br punya medsos sendiri, itu juga berteman dengan kami berdua jg jd bs mengawasi jg. Kasian Mbak kl gak diawasi ortu, self directionnya belum baik, butuh pendampingan orang tua

    BalasHapus
  7. Orang tua memang harus bijak menghadapi Generasi digital yang kini seolah menjadi dunianya. Karena jika tidak, besar kemungkinan anak mengalami masalah. Jika terlalu kuat mengekangnya, ia bisa merasa terbelakang dan depresi. Namun jika terlalu memberikan kelonggaran, jelas khawatir akan efek sampingnya. Setuju dengan tipsnya mbak

    BalasHapus
  8. Kalau saat ini, anak cuma senang nonton animasi di Youtube. Jadi, tinggal aktifkan mode anak sih. Itu pun, ketika lagi di tempat tidur. Jadi sekalian diawasi.

    BalasHapus
  9. Saat ini sih anakku masih belum punya akun medsos yaa. Tapi yaa yang mba tuliskan ada benarnya juga. Kita memang harus selangkah lebih maju agar bisa terus memantau...

    Apalagi sekarang masanya digital yaa mba.

    BalasHapus
  10. Ngeri memang ya perkembangan teknologi kalau tidak diimbangi pengetahuan yang mumpuni. Sepakat, kita sebagai ortu memang selayaknya tidak gaptek jadi bisa memantau dan mendampingi tumbuh kembang buah hati dalam bermedsos.
    Kalau emak ambil langkah no gadget untuk anak jika tanpa emak dampingi. Jadi biar anak juga tidak gaptek, sehari dijatah waktu sejam pinjam gadget dengan pengawasan.

    BalasHapus
  11. Anak sulung saya penasaran pengen juga dibuatkan akun instagram. Padahal usianya baru 9 tahun. Ckckck. Akhirnya saya buatkan, tapi yaa yang dipajang nantinya di sana adalah fotofoto hasil melukisnya. Itu juga dia cuma lihat postingannya, yang login dll yaa saya. Duh bahaya deh kalau dia sendiri yang akses.

    BalasHapus
  12. Akupun merencanakan baru ngizinin anak punya medsos pas umurnya udh 13 ato saat SMP mba. Skr ini Krn si kakak baru 2 SD dan si adek TK, jd memang belum tertarik juga mereka nya. Kec YouTube yaaa. Itupun pake account youtubeku kalo buka. Tp aku slalu pantau juga tiap mereka buka.

    Cuma kdg nih, yg bikin aku sebel, si Kaka udh punya beberapa youtuber favorit anak2. Beberapa dari luar. Naah kadang dia suka komen sendiri , tp grammarnya msh acak2an hahahahaha. Cuma Krn itu pake akunku, jadinya kan seperti aku yg menulis komen acak2an itu wkwkwkw. Harus diajarin grammar yg bener nih anak2 :D

    BalasHapus
  13. aku punya 2 adek yang satu masih smp dan satu lagi baru masuk sma. jujur susah banget sekarang buat ngontrolnya, kalo dulu awal-awal punya hp, aku yang cek langsung ke hpnya, mulai dari grup sampe sosmednya follow siapa ajaa. tapi sekarang susah, kalo diawasi dari luar aja seperti ngeliat mereka posting apa aja, menurutku kurang efektif, karena sebenernya kita harus cek langsung sebenernya apa aja yang anak itu lihat dan simpan.

    Jadi sekarang cuma modal kepercayaan dan ngga lupa aku juga selalu ngajak ngobrol adek adekku hehe

    BalasHapus
  14. Anak-anakku sekarang kelas 7 dan 10. Mereka memang sudah lama dibelikan handphone dengan catatan ada waktu2 tertentu mereka boleh maih HP. Tapi ketika pandemi corona ini berlangsung, ada PJJ dst mau ga mau diizinkan lebih lama main hp dalam arti memang betul2 untuk belajr online dan ngerjain tugas macam2. Ya bismillah aja sambil didampingi dan pantengin tarik-ulur. Jadi menurutku sih yes aja :D

    BalasHapus
  15. Pandemi dan PJJ bikin kita mesti "merevisi" kebijakan soal penggunakan gadget dan online ya. Anakku yang PJJ kelas 8. Kakaknya ntar setidaknya 1 semester mesti kuliah online juga. Kupta jebooool..... *numpang curhat*

    BalasHapus
  16. Udah lama saya enggak main ke blognya Mbak Dian. Tampilannya baru, ya? Lebih kece, Mbak.

    Medsos buat anak memang perlu Kita dampingi penggunaannya. Kalau saya anaknya masih balita jadi paling dia buka buat video anak aja. Memang butuh pendekatan pada anak soal penggunaan sosmed ini, ya, Mbak. Trims sharingnya

    BalasHapus
  17. Pengingat banget nih mbak Dian, biar orang dewasa semakin peduli dan perhatian lagi dengan media sosial yang digunakan oleh anak-anak. Jadi bisa memberikan pengertian dan pemahaman ya agar lebih bijak

    BalasHapus
  18. ortu jaman sekarang hrs pintar2 mengungatkan anak tanap menggurui atau memaksa, tapi membuat anak mengerti shg anak juga akan membatasi tanap disuruh lagi

    BalasHapus
  19. Ternyata ada banyak teknik pengawasan anak dalam memakai sosmed ya, aku sebagai calon mommy langsung dicatet semua hehe

    BalasHapus
  20. Waktu, Yasmin masih dibawah umur, semua tips di atas aku juga terapkan, Insya Allah.

    Memang sosial media bagai pisau bermata dua ya!
    Kita, sebagai orang tua kudu bijak dan punya referensi bagaimana seharusnya menyikapinya.

    YES, orang tua juga perlu belajar parenting, sepanjang usia!


    BalasHapus
  21. Untuk urusan sosmed ini emang harus banget didampingi jangan sampai anak berkeliaraan maya sendirian, sosmed jahat huhuhu.

    BalasHapus
  22. Anakku masih kicik banget jadi otomatis ga dikasih punya hp dan medsos sendiri. Jadi wawasan buat saya dan keluarga nih klo anak-anak udah cukup umur dan harus punya hp sendiri.
    Anak-anak bisa jadi lebih pinter dari orang tuanya. Ada kekhawatiran sebenernya mereka bisa buat akun sendiri yang private dan kita ga bisa follow akun itu.
    Jadi memang harus dikuatkan pondasi awal di keluarga.

    BalasHapus
  23. Iya banget, di zaman sekarang gak bisa tutup mata ya, anak-anak kita pasti aja terpapar media sosial. 2 anakku yang besar udah pada punya. Yg 18 dan 15 tahun. Aku paling ngarahinnya dengan ngasih contoh kasus. Misalnya yg kena UU ITE. Biar mereka aware. Sejauh ini Alhamdulillah mereka pakainya buat mantau aja. Jarang update. Kecuali WA buat sekolah dan interaksi dengan teman-temannya. Semoga deh mereka gak macam-macam. Takut juga ya 😅

    BalasHapus