Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bacang Makanan Tradisional Orang Tionghoa

Pagi ini, saya di rumah sarapan bacang, makanan tradisional orang Tionghoa. Bukan karena dalam suasana Tahun Baru Imlek terus sengaja beli ya haha. Tapi, karena memang yang jual lewat depan rumah tiap pagi. Harganya Rp 10.000 dapat 3 biji bisa pilih isi daging ayam atau daging sapi. 

Mayan, kan? 

Pas pagi lagi pengen lanjut rebahan dan memutuskan enggak bikin sarapan, bacang bisa jadi pilihan. Dan ini halal, yang bikin orang Betawi (Muslim), begitu kata abang yang jual.


Sejarah Bacang


Tentang Bacang


Saya lansir dari Wikipedia, bacang secara harfiah: bak adalah daging dan cang adalah berisi daging jadi arti bacang adalah berisi daging. Tapi pada praktiknya selain yang berisi daging ada juga cang yang berisikan sayur-sayuran atau yang tidak berisi. Yang berisi sayur-sayuran disebut chaicang, chai adalah sayuran dan yang tidak berisi biasanya dimakan bersama dengan srikaya atau gula disebut kicang.

Bacang biasanya diikat berbentuk limas segitiga. Yang tentunya yang tidak kalah penting adalah daun pembungkus dan tali pengikatnya. Daun biasanya dipilih daun bambu panjang dan lebar yang harus dimasak terlebih dahulu untuk detoksifikasi. 

Nah, bacang bisanya terbagi dari berbagai jenis isi dan bungkus, tergantung daerah. Misalnya ada daerah yang menggunakan bungkus daun bambu, ada pula yang menggunakan bungkus daun pandan. Kemudian ada isian yang menggunakan beras, ketan, disantan atau tidak disantan.

Ya, bacang atau bakcang (Hanzi: 肉粽, hanyu pinyin: ròuzòng) adalah penganan tradisional masyarakat Tionghoa. Kata 'bakcang' sendiri berasal dari dialek Hokkian yang lazim dibahasakan di antara suku Tionghoa di Indonesia.

Bacang dibuat dari beras ketan sebagai lapisan luar; daging, jamur, udang kecil, seledri, dan jahe sebagai isi. Ada juga yang menambahkan kuning telur asin. Untuk perasa biasanya ditambahkan sedikit garam, gula, merica, penyedap makanan, kecap, dan sedikit minyak nabati.

Sejarah Bacang


Well, bacang kini sudah menjadi makanan yang bisa ditemukan setiap hari oleh para pedagang di pasar bahkan di perumahan seperti yang lewat di tempat saya. Tapi sebelum dijual secara umum, makanan ini hanya dimakan pada saat perayaan suku Tionghoa di Indonesia, yaitu festival Peh Cun.

Pada festival ini, orang-orang Tionghoa akan sembahyang kepada para leluhur dan mempersembahkan bacang yang sudah dibuat. Pada Festival Peh Cun yang dirayakan setiap tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek ini juga ada perlombaan perahu naga.

Sementara kisahnya, saya lansir dari bobo grid id, pada abad ketiga sebelum Masehi, terdapat 6 negara besar dan 1 negara yang paling besar juga kuat. 6 negara ini bersatu untuk melawan 1 negara yang kuat itu. Salah satu dari 6 negara itu adalah Negara Qu. Di Negara Qu, terdapat seorang menteri yang setia bernama Qu Yuan.

Suatu hari, Qu Yuan memperingatkan rajanya bahwa Negara Qin, negara yang paling kuat, ingin menghancurkan Negara Qu. Tapi rajanya tidak mendengarkan sehingga Negara Qu hancur diserang.

Qu Yuan merasa sangat sedih karena negaranya hancur dan rakyatnya banyak menjadi korban. Akhirnya ia menceburkan diri ke Sungai Mi Luo. Rakyat merasa sedih dan mencari jenazah Qu Yuan sambil melemparkan makanan agar ikan dan makhluk yang ada di dalam sungai tidak memakan jenazahnya.

Nah, makanan itu dipercaya adalah bacang yang sekarang ini kita kenal. Sedangkan hari terjadinya peristiwa tenggelamnya Qu Yuan itu dipercaya terjadi pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek.


Bacang Makanan Tradisional Orang Tionghoa


Cara Menyimpan Bacang


Yup, kini bacang menjadi salah satu camilan berbahan baku beras yang populer di Indonesia. Berbeda dengan lemper yang rasanya gurih, bacang sendiri memiliki cita rasa manis meski isinya daging. Ini karena rasa bacang sudah disesuaikan dengan lidah orang Indonesia sehingga pada bagian isian ditambahkan sedikit kecap.

Bacang biasa disantap hangat setelah dibuat. Tapi, jika tak ingin langsung menyantap bacang, ada cara lain yakni dengan menyimpan di kulkas. Bacang bisa disimpan di kulkas bagian bawah (chiller) dan kalau mau makan dihangatkan dengan cara ditim (kukus).

Bacang yang disimpan di chiller bisa tahan sampai satu minggu. Jika ingin lebih awet lagi, bisa juga membuat beku bacang dengan menyimpan di freezer. Dengan cara ini bisa membuat bacang tahan sampai satu bulan.

Nah, bagaimana dengan teman-teman, sudah pernah icip bacang jugakah? 

Yuk sarapan ke rumah! Enaaak lho!💖




Good Food - Good Mood

signature-fonts
Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

4 komentar untuk "Bacang Makanan Tradisional Orang Tionghoa"

  1. Enaaak banget iniiiii! Aku dulu sering diksh Ama nasabah2 ku, tp pastinya yg isian halal. Dan suka sejak itu. Walopun rasanya memang sedikit manis, tp setidaknya ada gurih2 nya juga :D.

    Sayang di Deket rumahku g ada yg jual mba. Udh beli sih kalo ada.

    BalasHapus
  2. aku suka banget bacang apalagi kalau berminyak sekali tambah enak

    BalasHapus
  3. Wow Bacang. Makanan sarapan yang saya sukai. Saya lebih suka Bacang yang lembut dengan isis yang penuh dengan aroma daun yang segar

    BalasHapus