Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Buku: Good Childhood Memories

Judul Buku: Good Childhood Memories - Usaha Meninggalkan Kenangan Baik bagi Anak
Penulis: Damar Aisyah | Penerbit: Buku Mojok Grup | Penyunting: Rifai Asyhari | Cetakan: April 2021 | Jumlah Halaman: 197  | Genre: Parenting | ISBN: 978-623-94979-9-6 | Harga: Rp 68.000
 
Good Childhood Memories


"Jika seorang anak memiliki kenangan bahagia pada masa kecilnya, ia akan memiliki ingatan yang positif dan besar kemungkinan dapat memunculkan kembali ingatan tersebut. Begitu pun sebaliknya. Jika seseorang anak memiliki kenangan buruk, ia akan menyimpan ingatan negatif dan mungkin saja akan mereproduksinya di masa depan."

"Melalui buku ini penulis ingin berbagi cerita bahwa, tidak mengapa jika kita bukanlah orang tua yang sempurna untuk anak-anak. Kita juga tak mampu untuk memastikan apakah kelak anak-anak akan mendapatkan yang terbaik sepanjang hidupnya. 

Namun kita memiliki kesempatan untuk meninggalkan kenangan baik bagi anak-anak kita. Sebuah kenangan yang dengan betah menghuni ruangan ingatan mereka. Sebuah kenangan yang memunculkan perasaan bahagia, beruntung, sekaligus merasa dicintai 
ketika mereka berkesempatan mereproduksi kenangan tersebut di masa depan."
(Good Childhood Memories - Damar Aisyah)

Mengapa Kenangan Baik Itu Perlu?

Saya adalah anak bungsu dari 6 bersaudara perempuan semua. Ibu saya Ibu Rumah Tangga, sedangkan Bapak seorang Guru. Kalau ditanya apakah saya bahagia saat menjadi anak? Jawabannya, iya, sangat bahagia! Ibu dan Bapak dengan segala kekurangannya, meninggalkan kenangan baik yang membuat saya juga ingin anak-anak saya memiliki hal yang sama. 

Sayangnya, suami saya tidak punya pengalaman yang serupa. Baginya, masa kecil lebih banyak menorehkan luka daripada kenangan indah. Meski ada hal baik yang diingat, tapi hal buruk lebih melekat.

Nah, kedua perbedaan ini menjadi salah satu hal yang mesti kami padu padankan terutama terkait pola pengasuhan. Saya yang tumbuh di keluarga bahagia ingin standar yang kurang lebih sama, sementara suami yang pernah terluka punya standar lebih tinggi hingga kadang terkesan berlebihan bahkan memanjakan anak-anak kami.

Hal ini tentu menimbulkan ketidaksesuaian yang hingga hari ini terus kami usahakan, mengingat pengasuhan adalah proses belajar yang tak berkesudahan. 

Di antaranya dengan mempelajari panduan dasar tentang tugas dan kewajiban orang tua menurut agama juga menyimak berbagai pola maupun pengalaman pengasuhan baik dari ahli maupun orang tua lainnya. 

Tentu, bukan karena kami ingin menjadi orang tua yang sempurna bagi anak-anak kami. Karena anak tak butuh orang tua yang sempurna. Namun orang tua yang ada, bahagia dan berusaha terus menjadi lebih baik setiap harinya. 

Buku: Good Childhood Memories

Tentang Buku Good Childhood Memories

'Good Childhood Memories - Usaha Meninggalkan Kenangan Baik bagi Anak' demikian judul buku yang bersampul depan warna biru, yang saya beli sejak Juni dan baru di-review yang memberi saya banyak insight baru. 

Sampul yang berhias bayangan seorang anak perempuan yang sepertinya sedang menari. Sebuah penggambaran sederhana tapi penuh makna yang mewakili kedalaman pesan yang dibawa buku ini. 

Bahwa kenangan baik bagi anak itu akan tertinggal dan dibawa hingga mereka dewasa. Maka sebuah amanah besar ada di tangan para orang tua untuk memberikan pengasuhan terbaiknya sehingga akan tertinggal kenangan baik pada mereka.

Damar Aisyah, sang penulis buku, memulai pengalamannya mengasuh Najwa dan Najib (DuoNaj) dengan mengingatkan bahwa semua kenangan baik anak diawali dari rumahnya. Mengingat rumah dengan atmosfer positif mampu menumbuhkan anak-anak yang bahagia.

"Tidak peduli seberapa kokoh bangunan fisiknya, entah rumah kontrakan atau milik sendiri, sebuah rumah idealnya mampu memberikan rasa nyaman bagi penghuninya, khususnya bagi anak yang sedang memulai petualangan hidupnya." (hal 3-4)

Karenanya, penulis membagikan upaya apa saja yang dilakukan bersama suaminya untuk menciptakan atmosfer positif di rumah bagi sepasang buah hati mereka

Damar tumbuh bersama seorang ibu - single parent - yang tangguh dan tiga saudara perempuan, besar dalam didikan keras Ibunya, mengingat Ayah mereka telah berpulang sejak tujuh tahun usianya.

Sementara, suaminya tumbuh dari metode pengasuhan yang berkebalikan sehingga mereka mengombinasikannya dengan melakukan modifikasi mengingat anak-anak tidak hidup di zaman orang tuanya. 

Nah, cerita-cerita dengan tujuan untuk mendokumentasikan kenangan pengasuhan inilah yang dibagikannya di buku ini. 

Buku Mojok Grup

Usaha Meninggalkan Kenangan Baik bagi Anak

Buku setebal 197 halaman ini terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: Menjaga Ingatan Masa Kecil, Apa yang Anak Pikirkan tentang Orang Tuanya, Pilihan-Pilihan Baik bagi Anak dan Belajar Kehidupan.

Di awal buku, Damar mengingatkan jika orang tua - ayah dan ibu - memegang peranan penting agar suasana rumah mendukung penghuninya menjadi pribadi yang hangat.

Meski, sebagai ibu, Damar mengaku tidaklah semudah itu ia menjalankan perannya. Bahkan di awal menjadi ibu baru ia dibayangi perasaan tidak mampu. Ini bermula dari perasaan gagal yang menghampiri saat proses melahirkan putri pertama yang tak ideal di mata ibu-ibu lainnya.

Tapi, akhirnya di satu masa Damar berdamai dengan segala kondisi ini, "Ya, anak-anak mencintai saya dengan segala keterbatasan yang ada pada diri ibunya. Cinta adalah mantra ajaib bagi seorang ibu..." (hal 19)

Damar yang juga seorang blogger di www.damaraisyah.com menuliskan dari banyak sisi dalam buku yang diterbitkan oleh penerbit Buku Mojok Grup ini. Tentang kedekatan Najwa dengan Ayahnya, dunia Najib sebagai anak laki-laki yang berpusat pada Ibunya juga bagaimana ia dan suaminya belajar menjadi orang tua dari keduanya.

Apakah selalu berjalan mulus?

Tentu tidak! Bahkan ada kejadian yang disebutnya sebagai gagal parenting yang meski di satu sisi ia sesali tapi di sisi lain seperti membuka lebar matanya untuk melihat ke dalam diri anak. "Kalau gagal, coba lagi. Begitu pun dalam parenting sekali gagal bukan berarti semuanya sudah berakhir." (hal 74)

Dari kegagalan orang tua jadi punya pengalaman. Yang utama, orang tua janganlah lelah menjadi teladan bagi anak-anaknya. Pasalnya, "Kita adalah orang tua yang terpilih untuk anak-anak kita sehingga pantas menjadi sosok terbaik yang nantinya akan mengisi satu ruang dalam ingatan anak-anak kita." (hal 132)

Damar Aisyah

Q & A Good Childhood Memories

Q: Ini buku Parenting untuk anak usia berapa?

A: Bahasan buku umum dan luas, sehingga bisa diterapkan untuk pengasuhan anak usia berapa saja. Meski DuoNaj yang jadi inspirasi kini adalah pelajar Sekolah Dasar. Sehingga pas sekali jika dibaca orang tua dengan anak di rentang usia ini. Tapi, saya, ibu dengan anak usia remaja - SMP dan SMA - pun banyak mendapatkan pencerahan dari membacanya. Toh, tak ada kata terlambat untuk memperbaiki apa yang kurang, kan?

Q: Apakah pembahasan pada gender tertentu?

A: Luckily, buah hati penulis ini pas sepasang, sulungnya perempuan dan si bungsu laki-laki. Maka pembahasan mencakup pada kedua gender

Q: Apakah buku berisi teori-teori parenting seperti pada umumnya?

A: Tidak sama sekali. Bahkan di awal buku, penulis menyebutkan jika buku disusun bukan karena ia sempurna, dan menyadari masih jauh untuk disebut sebagai orang tua yang baik. Melalui buku ini penulis ingin berbagi cerita bahwa tidak mengapa jika kita bukanlah orang tua yang sempurna untuk anak-anak. Tapi kita memiliki kesempatan untuk meninggalkan kenangan baik bagi anak-anak kita.

Q: Membosankan enggak bacanya?

A: Enggak dong! Karena selain pembaca akan mendapatkan insight pengasuhan dari cerita keseharian DuoNaj dan Ayah Ibunya, juga diingatkan akan lesson learned apa yang bisa kita ambil dari banyak  cerita pengasuhan. Seperti tentang Harry Potter dan Lord Voldemort, dua anak yang memiliki pengalaman masa kecil yang suram. Juga pembelajaran dari kisah  Cinderella dan Putri Salju, Dumbo si Gajah dan referensi lainnya.

Tak hanya itu, buku juga diselipi dialog antara DuoNaj dengan Ayah Ibunya, tips dan quote parenting dari tokoh ternama, bahkan juga status Facebook Ayah DuoNaj!

Q: Apakah ada tips pengasuhan terkait upaya meninggalkan kenangan baik bagi anak?

A: Banyaaak! Di antaranya 10 ekspresi cinta untuk anak, tips menyikapi fase pubertas anak perempuan, tips agar anak gemar membaca dan lainnya.

Q: Apa yang terlewatkan dalam buku ini?

A: Pembahasan pengasuhan saat pandemi. Sebenarnya ada di bagian terakhir meski hanya saat awal Corona tiba, dan itu sedikit mewakili. Maklum buku disusun dari sebelum virus Covid-19 menghantam kita hingga awal wabah mulai meluas di Nusantara. Maka enggak banyak mengupas tantangan pengasuhan saat anak Pembelajaran Jarak Jauh dan hal terkait pandemi lainnya. 

Q: Jadi recommended-kah bukunya?

A: Tentu saja! 


Kita memiliki kesempatan untuk meninggalkan kenangan baik bagi anak-anak kita. 
Sebuah kenangan yang dengan betah memenuhi ruangan ingatan mereka. 
Sebuah kenangan yang memunculkan perasaan bahagia, beruntung, sekaligus merasa dicintai ketika mereka berkesempatan mereproduksi kenangan tersebut di masa depan.(hal vii)



Baca juga: 




Happy Parenting

signature-fonts
Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

45 komentar untuk "Review Buku: Good Childhood Memories"

  1. There is no such thing as a perfect parent. So just be a real one!(Sue Atkins)

    BalasHapus
  2. Wuih, keren nian nih Damar.

    BTW aku tergolong sebagai manusia dengan kenangan buruk di masa kecil dan remaja, dan saat punya anak, aku mati-matian berusaha tidak memberikan kenangan buruk kepada anak. Namun, tampaknya gagal ...

    BalasHapus
  3. Nggak adanya bahasan tentang pengasuhan anak di masa pandemi adalah peluang untuk menulis buku berikutnya :)

    BalasHapus
  4. kenangan masa kecil itu baik yang buruk banget dan indah banget bakal terus terngiang ngiang ya sampe sekrang juga. Tapi aku merasa cerita penuh perjuangan itu lebih mengesankan. Apalagi kalau perjalanan pengasuhan dan keluarga benar2 dari nol. Tapi tentu saja pasti ada banyak celah sih.. Mumpung masih kecil jadi upayakan sebisa mgkn membuat kenangan indah ya

    BalasHapus
  5. Wahh baca review-nya Mba jadi penasaran sama buku yang ditulis oleh Mba Damar Aisyah ini. Betapa menjadi orangtua pun merupakan proses pembelajaran, dan jika gagal maka mari dicoba lagi. Bagaimana pun keadaannya, membersamai anak adalah momen untuk menciptakan banyak kenangan baik.

    BalasHapus
  6. Setuju banget kalau anak wajib diberi kenangan manis, karena bisa melekat seumur hidup. Kebalikannya alau hanya ada kenangan buruk maka juga bisa cukup berdampak di kehidupan dewasanya.

    Nice review.

    BalasHapus
  7. Setuju banget, anak harus punya kenangan baik semasa kecilnya. Tapi kadang dilema juga kalau kedua orangtuanya punya kenangan buruk, kadang terlalu dimanjakan. Ini kaya papaku yg manjain aku dan kaka ku banget krn kayanya sih punya kenangan buruk pas masa kecil

    BalasHapus
  8. Ini erat kaitannya dengan masa kecil yang terluka. Dampaknya bisa sampai pada kehidupan dewasa. Makanya, perlu adanya banyak kenangan positif. Kalau pun gagal, sebagai orang tua harus memperbaikinya.

    Ada buku good childhood memories benar-benar akan memberi pembelajaran bagi banyak orang tua terlebih orang tua yang baru memiliki buah hati.

    BalasHapus
  9. Kata-kata kita adalah orang tua terpilih dari anak-anak kita. Jadi kita juga bertanggung jawab terhadap ingatan mereka. Langsung nancep. Bukan menjadi sempurna, tapi belajar untuk mencintai dan menyikapi segala kekurangan. Aaa, jadi pengen ikutan baca.

    BalasHapus
  10. perasaan bahagia, beruntung, sekaligus merasa dicintai itu semua cita2 yg ingin aku tumbuhkan dlm diri anak2ku kelak. Kesalahan ortuku di masa lalu bisa jadi pelajaran jg spy gak terulang.

    BalasHapus
  11. sebagai seorang anak, saya merasa masa kecil saya sudah penuh dengan memori yang sangat indah.. namun seiring bertambah usia, memori tersebut satu per satu mulai terlupakan.

    BalasHapus
  12. Yes, Mba.
    Tidak da ortun yang sempurna karena itu janganlah mencoba sempurna. Manusia bukam berada di ranah kesempurnaan. Namun, proses belajar tiada henti itu yang paling berarti. Buku ini memberikan banyak insight tentang pentingnya menanamkan kenangan baik bagi anak. Pun saya pernah berada di tertanam memori baik dan buruk. Bisa merasakan dampaknya sekarang. Rekomended banget buku Mba Damar ini. Semoga laris berkah.

    BalasHapus
  13. bagus banget bukunya kak, mengajarkan untuk selalu membuat suasana positif di tengag-tengah keluarga meski harus menelan berbagai masa lalu yang pahit,

    BalasHapus
  14. Mungkin alasan kenapa aku ga terlalu suka anak2, dan sempet ga kepengin punya, walo akhirnya ngalah Krn cinta ke suami, iy Krn memories ku ttg masa kanak2 ga terlalu bagus. Walopun ortu perhatian, tapi cara didikan mereka ala militer yg kadang bikin trauma. Makanya aku susah utk bisa menyukai anak2. Sementara suami berasal dari keluarga yg bener2 saling perhatian satu sama lain. Makanya dia LBH sabar dan ngemong Ama anak2. Sepertinya aku juga harus baca buku ini ya mba, supaya bisa belajar banyak menciptakan memori baik ke anak2

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaah...ternyata aku sama"an dengan mb fanny. Sempat mikir childfree pada masanya. Tapi aku bukan karena kenangan burul melainkan lebih karena alasan2 lain, semisal bumi sudah sangat banyak populasi manusia dan sejenisnya.

      Ketika memutuskan mau punya anak (DAn DIKASIH!), jadi malah merasa punya tanggung jawab besaaaar dan sometimes bikin aku nggak santai secara psikis. Butuh effort dan sekian kegagalan utk berdamai dengan ketidaksempurnaan.

      Jadi pengen baca buku mbak Damar ini.

      Hapus
  15. Kenangan masa kecil memang mendasari pola perilaku ketika dewasa. Meskipun masih bisa diperbaiki (misal ada yang salah), butuh usaha yang extra untuk keluar dari kebiasaan yang telah dijalani bertahun-tahun.

    Semoga kita semua yg udah jadi orangtua tak lelah untuk terus belajar, mewujudkan situasi yang penuh kebahagiaan dan kasih sayang kepada anak-anak kita.

    BalasHapus
  16. Sebagai ibu yang belajar parenting, saya tahu kalau ada masa-masa yang membuat ibu menorehkan kenangan buruk pada anak. Tapi banyak kenangan baik akan membuat anak lebih fokus pada yang baik Dan kebiasaan ini perlu dibangun. Awalnya ya dengan banyak baca buku seperti ini.
    Penulisnya masih muda jadi dengan sendirinya lebih memahami dunia pembacanya.

    BalasHapus
  17. Selamat nih buat Damar yang ternyata bukunya udah beredar di pasaran ya.
    Pengasuhan itu emang tidak ada batasnya ya, tapi kenangan baik setidaknya kita buat sehingga anak mwmiliymomwn berharga setidaknya sekali selama hidupnya, saat bersama orangtuanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju banget Teh Okti, anak yang bahagia di samping orangtuanya bisanya memiliki pondasi kasih sayang yang sudah terbentuk. Di masa depan hal ini sangat membantu metode pengasuhannya kepada generasi berikutnya.

      Hapus
  18. Mbak aku takuuuttt baca tentang masa kecil begini, asli, takut memanggil kenangan-kenangan yang ingin dilupakan, hiks

    BalasHapus
  19. Kenangan baik Untuk anak di masa kecilnya memang baik untuk masa depannya. Review bukunya keren Mba Dian.

    BalasHapus
  20. tertarik dengan judulnya, makanya ikutan pesen. terus lupa dibaca karena pandemi bikin riweuh di dapur melulu. baca review ini jadi diingetin buat baca bukunya. makasi ya mba :)

    BalasHapus
  21. this will be a good reference for us all as parents. Semoga anak - anak kita punya childhood memories yang baik

    BalasHapus
  22. Saya punya bukunya, tapi belum saya baca. Jadi pengen cepet2 baca sampai selesai nih :)

    BalasHapus
  23. Aku kepengen baca bukunya secara lengkap, waktu itu sudah lihat si buku ini di instagram mak Damar tapi lupa pengen ku beli. Bulan ini harus beli bukunya, karena aku suka bahasannya. Memberikan kenangan yang baik pada anak itu perlu sekali. Saya pun banyak belajar juga tentang itu dari keluarga dan teman-teman. Pengennya tuh anak gak pernah punya kenangan yang buruk terutama pada pola pengasuhan dari ibunya.

    BalasHapus
  24. Mba Damar sudah menerbitkan buku ini. Keren banget bahasannya. Ya, setuju banget, bahwa kita mungkin bukan orang tua yang tak sempurna, tapi setidaknya kita berusaha meninggalkan kenangan baik bagi anak-anak.

    Ya, benar banget, memory pada masa anak-anak kita selalu teringat hingga kini. Saya juga merasakan, pengasuhan yang cukup keras, sehingga pas nikah ya saya punya ekspetasi tinggi, anak kami harus disayang ini dan itu.

    Buku yang bagus dan kudu dibaca oleh tiap orang tua nih.

    BalasHapus
  25. Alhamdhulilah aku udah baca buku ni dan banyak banget point yg aku highlight di buku ni. Mencoba memperbaiki diri setiap hari supaya bisa jd ibu yg baik meskipun ga sempurna. Kenangan2 masa kecil iu emang bener akan teringat trs bahkan bisa mempengafuhi tindakan mereka ke depannya makanya harus meninggalkan kenangan dan tauladan yg baik ya mbak sbg ortu

    BalasHapus
  26. Kenangan yang baik untuk anak memang penting banget. Karena dalam perjalanannya mungkin akan ada konflik dengan orang tua. Terkadang malah jadi suka kesel banget. Tetapi, seringkali saya ingat keakraban saat kecil. Makanya sekesel-keselnya dengan orang tua, biasanya akna cepat baik lagi

    BalasHapus
  27. Aku banyak belajay dari kecil Aku dulu mba... Memang sedikit kecewa tapi berusaha terus dilupakan Dan jangan sampai anak2 ku Juga merasakan ya...

    Intinya mencoba melupakan terus Dan terus

    BalasHapus
  28. saya termasuk ibu dengan kenangan masa kecil baik dan buruk, hanya saja banyakan yang buruknya dan kerasa sekarang setelah punya anak pas marah saya seperti kelempar di kenangan masa kecil sewaktu dimarahi ortu terutama bapak. keren berani dan bisa berbagi cerita pengasuhan dalam keluarganya mbak Damar nih.

    BalasHapus
  29. Benar sekali. Kenangan indah atau pun buruk di masa kecil akan terus melekat dan secara langsung atau pun tidak berpengaruh pada pola pendidikan anak berikutnya..

    BalasHapus
  30. Aku lagi berusaha sekali mbak, buat ngasih kenangan manis buat Gendish. Tapi ngeliat pola nya Gendish yang kadang bikin narik urat, aku selalu narik rem..

    BalasHapus
  31. Panteeeess kok kyk kenal bukunya ternyata penulisnya mbak Damar Aisyah. Iya bener juga mbak pengasuhan kita yang skrng sedikit banyak dipengaruhi bagaimana ortunya bertumbuh di lingkungan seperti apa ya.
    Eh tapi sbnrnya pengalaman hidup nantinya jg akan saling mempengaruhi.
    Semoga kita bisa meninggalkan kenangan masa kecil yang baik buat anak2 aamiin.
    Wah bukunya kyknya menarik nih buat dibaca para ortu, semoga nanti bisa beli jg :D
    TFS :D

    BalasHapus
  32. Bagus bukunya ya mbak, penting dibaca oleh orang tua tak sempurna macam kita kita ini. Benar benget, masa kecil yang bahagia akan berdampak panjang pada kehidupan anak di masa depannya. Menjadi spirit dan kenangan indah. Sama dengan kenangan buruk, akan menjadi batu terjal yang membuat anak tak bisa hidup lebih baik. Akhirnya masa kecil bahagia yang harus diciptakan dalam keluarga. Terutama kebahagiaan dunia dan akhirat

    BalasHapus
  33. Alhamdulillah sama kita Mbak. Saya juga mengalami masa kecil yang bahagia. Bahkan hingga usia segini terkadang pengalaman masa kecil sering terbawa mimpi. Dan itu tidak hanya sekali dua kali tetapi seringkali. Saya ngeri membayangkan kalau saja masa kecil saya tidak bahagia, mimpi-mimpi itu tentu akan selalu datang menjadi mimpi buruk yang terus-menerus menghantui kehidupan.

    BalasHapus
  34. Aku teringat sebuah drama korea 2 eps yang berjudul "Go Go Song."
    Memang kenangan buruk yang diukir oleh para orangtua ini pastinya akan menjadi karakter sang anak. Dan bisa menjadi trauma berkepanjangan sehingga tidak berani melangkah.

    Ini pentingnya baca buku pengaasuhan sebelum memiliki anak ya..
    Agar lebih banyak belajar dan menyembuhkan luka dahulu..

    BalasHapus
  35. Masya Allah ini bukunya Mbak Damar Aisyah?? Belum baca bukunya sudah terharu duluan sama pembukanya yang penulis bilang buku ini ada bukan karena sudah menjadi yang sempurna. Huhuhu. Aku mau baca buku iniiii.

    BalasHapus
  36. Kutipan kata-katanya membuatku pengen mengoleksi. Sepakat bahwa Kenangan baik anak perlu didokumentasikan. Termasuk lewat tulisan.

    BalasHapus
  37. Wah mbak damar ya yang menulis. Dan buku ini related banget dengan webinar yg sedang saya ikuti bersama teman teman di IIDN

    BalasHapus
  38. Aku juga setuju banget nih kalo ingatan masa kecil itu penting banget untuk ditanamkan di anak-anak. Meski aku tidak punya kenangan yang aku inget banget waktu kecil tapi yang bahagia-bahagia masih ku ingat sampai sekarang.

    BalasHapus
  39. Mbak Ais kece banget!
    aku belum baca buku ini berhubung buku plastikan di rumah masih numpuk.
    orang tua tidaklah sempurna tapi punya kesempatan untuk memperbaikinya. nice!

    BalasHapus
  40. Iya banget, kenangan masa kecil itu kekal. Kenangan yang menyenangkan dan kenangan buruk. Kenangan yang biasa mah lupa dan hilang. Aku sendiri punya kenangan2 itu. Dan yang dominan terkenang2 ya kenangan buruk. Baik dari ortu, orang di sekitar, bahkan kakek nenek. Meski sekarang ngerti seperti apa, dan ngerasa juga kebaikan orang2 tsb, kenangan buruk sering kali muncul. Bahkan dalam mimpi. Huhu aku jadi bercermin. Apa ada kenangan buruk yang aku buat di benak anak2? Huhu... kudu melakukan pembasuhan secepatnya ya. Dibiarkan berlarut-larut bisa membawa trauma hingga anak-anak besar.

    BalasHapus
  41. Semoga jadi orang tua yang lebih baik dari orangtuaku dulu aamiin, hehehe soalnya aku banget nih sosok ayah sangat minim dalam kehidupanku dan lebih memberikan kesanangan yang sedih. Jadi pengen baca bukunya diriku mba

    BalasHapus
  42. Nggak bisa berkata-kata. Sungguh kuterharu dan tersanjung sudah diluangkan waktu untuk membaca dan mereview Good Childhood Memories. Terima kasih. Love love love...

    BalasHapus
  43. Wah masyaAllah kereenn ternyata bukunya mba damar yaa <3 Aihh, jadi pengen ikut bacaa mbaa
    COcok banget untuk pegangan untuk orangtua baru sepertiku

    BalasHapus