Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kemenkes dan GSK Indonesia Ajak Keluarga Lengkapi Imunisasi

Peran imunisasi terbukti efektif dalam meningkatkan kekebalan tubuh sehingga dapat mencegah beragam penyakit. Setiap tahun imunisasi telah membantu mencegah kematian 2 hingga 3 juta anak di Indonesia. Semakin lengkap imunisasi yang diberikan pada anak, maka semakin baik pula perlindungan kesehatan anak dan tentunya juga akan berdampak pada kualitas hidup anak di masa depan.

Itulah sebabnya, saya begitu peduli soal imunisasi pada kedua buah hati. Si Mas Alhamdulillah lengkap imunisasi dasarnya dan semua lancar jaya prosesnya. 

Sedangkan Si Adik dulu pernah sempat ada drama. Pasalnya, dia saya ajak pindah ke Amerika ketika berusia 2 bulan. Di sana - karena masih ribet urusan sekolah Bapaknya dan tempat tinggal kami - maka saya baru bawa dia ke layanan imunisasi saat berusia 5 bulan. Jadilah ada jadwal vaksin yang terlewatkan. 

Akhirnya di kunjungan pertama, setelah dokter membaca data imunisasi yang saya bawa, Si Adik diimunisasi di lengan kiri dan kanan, paha kiri dan kanan, juga lewat tetesan. Saya sempat kaget, kok barengan gitu huhuhu. Tapi setelah saya cari tahu referensi terkaitnya ternyata tidak masalah dengan kejar imunisasi ini. Jadi imunisasi ganda diberikan agar yang tertinggal bisa dilengkapi.

Imunisasinya juga jadi lebih lengkap dari kakaknya, karena beberapa imunisasi yang di Indonesia tidak diwajibkan, di Amerika wajib diberikan. Si Mas - yang saat itu berusia 4 tahun - juga dapat imunisasi tambahan, untuk mengejar persyaratan masuk sekolah. Karena imunisasi dasar lengkap di sana menjadi syarat masuk sekolah. 

Alhamdulillah kedua anak saya ini kini tumbuh sehat wal afiat!

Well sayangnya, dua tahun terakhir, sejak dunia terdampak dengan pandemi, pelaksanaan layanan imunisasi secara global mengalami tantangan tersendiri. 

Kabar buruknya, pada tahun 2020 WHO merilis terdapat 23 juta anak di bawah umur satu tahun yang tidak menerima imunisasi dasar - yang merupakan angka tertinggi sejak tahun 2009 - yang tentunya ini berisiko sekali.

Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan dan UNICEF melaporkan 84% dari fasilitas pelayanan kesehatan imunisasi anak di Indonesia terdampak COVID-19. Dampaknya, capaian imunisasi dasar lengkap baru mencapai 58,4% dari target 79.1% per Oktober 2021.

Itulah mengapa, Kementerian Kesehatan bersama dengan GlaxoSmithKline (GSK) Indonesia, perusahaan kesehatan global, kembali menekankan pentingnya imunisasi untuk mencegah berbagai penyakit berbahaya dalam peringatan Pekan Imunisasi Dunia (PID), Senin, 18 April 2022. 
Kemenkes dan GSK Indonesia Ajak Keluarga Lengkapi Imunisasi Anak

Cakupan Imunisasi Anak Rendah Akibat COVID-19


"Selama lebih dari dua abad imunisasi telah memberikan anak-anak kesempatan untuk tumbuh sehat dan bahagia dengan mengurangi ancaman penyakit-penyakit seperti: polio, cacar air, tetanus, difteri, pertusis, influenza dan campak," demikian disampaikan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin melalui rekaman yang ditayangkan pada acara ini.

Dijelaskan lagi, jika pandemi COVID-19 telah memberikan beban tambahan pada sistem kesehatan global termasuk di Indonesia. Namun dari pandemi ini Indonesia juga belajar banyak hal, salah satunya adalah pengelolaan vaksinasi COVID-19 dengan melibatkan seluruh komponen bangsa. Di mana pengalaman baik tersebut dapat direplikasi pada program imunisasi.

“Untuk itu, dengan momentum pekan imunisasi dunia ini diharapkan dapat meningkatkan semangat tenaga kesehatan, masyarakat dan jajaran pemerintah daerah maupun mitra pembangunan untuk menjalankan program imunisasi demi tercapainya tujuan keluarga indonesia yang sehat dan berkualitas,” pungkasnya.

Sementara, Perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr N. Paranietharan menambahkan, anak-anak yang divaksinasi tidak hanya lebih sehat, tapi mereka bisa berprestasi lebih baik di sekolah, dan menghasilkan manfaat ekonomi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

“Vaksin yang disetujui WHO aman dan terbukti secara ilmiah efektif mencegah penyakit seperti campak, rubella, polio, difteri, dan tetanus. Tanpa adanya semua vaksin ini, anak-anak anda bisa terkena penyakit-penyakit berbahaya ini, dan dapat berakibat kematian. Mari lindungi anak-anak kita, mari lengkapi vaksinasi!" tutur Paranietharan.

Kemudian, Perwakilan UNICEF, Robert Gass mengatakan serangkaian pedoman kesehatan dan keamanan sudah tersedia dan petugas kesehatan telah dilatih untuk memastikan bahwa keluarga dapat dengan aman membawa anak-anak mereka ke fasilitas kesehatan untuk imunisasi.

Pandemi COVID-19 telah memengaruhi upaya pemerintah Indonesia untuk memberikan imunisasi rutin pada setiap anak. Sekitar 800 ribu anak di seluruh Indonesia berisiko lebih besar tertular penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. 

"Kami menghimbau semua orang tua untuk memeriksa Buku KIA (Kesehatan Ibu Anak) dan memastikan jadwal imunisasi anak tepat waktu. Tidak boleh ada anak yang menderita penyakit serius yang dapat dicegah dengan imunisasi,” tegasnya.

Kemenkes dan GSK Indonesia Ajak Keluarga Lengkapi Imunisasi Anak

Long Life for All - Sehatkan Keluarga, Lewati Pandemi dengan Imunisasi Lengkap


Nah, melalui tema “Long Life for All - sehatkan keluarga, lewati pandemi dengan imunisasi lengkap”, Kementerian Kesehatan dan GSK Indonesia mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk tetap memberikan imunisasi secara rutin kepada anak meskipun kita masih berada di situasi pandemi!

Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes, dr. Prima Yosephine MKM pada kesempatan ini mengatakan bahwa dalam menjawab tantangan ini Pemerintah telah mengeluarkan dan mensosialisasikan Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Petunjuk Teknis untuk mengatur pelaksanaan pelayanan imunisasi rutin pada masa pandemi COVID-19 serta melakukan akselerasi imunisasi bagi anak yang belum lengkap statusnya. 

"Setiap anak berhak untuk memperoleh imunisasi untuk mencegah terjadinya 'Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi' (PD3I). Namun demikian tidak dapat dimungkiri bahwa Pandemi COVID-19 memberikan dampak penurunan cakupan imunisasi yang cukup signifikan. Di mana kondisi ini akan menurunkan tingkat kekebalan komunitas dan menimbulkan daerah-daerah kantong yang berpotensi untuk menjadi kasus-kasus PD3I bahkan bisa menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang diakibatkan PD3I," jelas dr. Prima pada acara.

Disebutkan jika, tantangan program imunisasi di Indonesia bukan hanya adanya daerah kantong yang berpotensi menimbulkan KLB saja, tapi juga komitmen dan dukungan dari operasional program yang belum optimal dari pemerintah daerah, masih adanya penolakan imunisasi, manajemen penyimpanan vaksin dan sumber daya imunisasi yang masih perlu ditingkatkan.

"Maka pelaksanaan peringatan Pekan Imunisasi Dunia tahun 2022 merupakan momentum yang tepat dan strategis dalam meningkatkan kembali kesadaran untuk melakukan tindakan kolektif dari seluruh unsur masyarakat dan swasta untuk meningkatkan cakupan imunisasi dan penggunaan vaksin sebagai perlindungan semua kelompok umur guna mencapai eradikasi dan eliminasi 'Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi'," papar dr. Prima.

Dijelaskan dr. Prima kalau saat ini, pemerintah berupaya memulihkan cakupan yang hilang akibat gangguan kegiatan imunisasi terkait COVID-19 dengan berbagai strategi yang melibatkan lintas sektor, lintas program dan tokoh masyarakat. 

Di mana salah satu upaya yang akan dimulai pada Mei mendatang adalah Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), yang memiliki 3 strategi, meliputi:

  • Imunisasi Kejar
  • Imunisasi Tambahan Campak Rubella: dosis tambahan tanpa memandang status imunisasi
  • Pelaksanaan perluasan dan introduksi vaksin baru yang bertujuan menambah kekebalan terhadap penyakit-penyakit tertentu

Kemudian, Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes, dr. Imran Agus Nurali, Sp.KO mengatakan, “Aktivitas Posyandu menurun sebesar 21% pada 2020. Tentu ini berdampak pada cakupan imunisasi dasar. Sementara berdasarkan kunjungan ke beberapa Posyandu telah ada modifikasi layanan yakni: ada kunjungan rumah, juga penambahan jadwal yang sebelumnya sebulan sekali jadi beberapa kali sebulan untuk menghindari kerumunan."

Dijelaskan dr. Imran, jika saat ini, juga dikembangkan kemitraan Pentahelix, yakni melibatkan:

  1. Unsur pemerintah: kesehatan maupun non-kesehatan
  2. Unsur pendidikan/perguruan tinggi (akademisi)
  3. Unsur private sector: GSK
  4. Organisasi masyarakat sipil: seperti IDAI, NGO, LSM
  5. Peranan media massa: kontribusi media dan blogger
Karenanya, dilakukan pendekatan untuk mengembangkan kemitraan ini, yakni lewat: 

  • Aku Tahu: perbanyak memberikan pengetahuan dan sebarluaskan informasi yang benar
  • Aku Mau: masyarakat mau melaksanakan setelah tahu, mereka membutuhkan, jadi bukan sesuatu yang dipaksa
  • Aku Mampu: setelah tahu dan mau maka seseorang akan mampu mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama

"Melalui peringatan Pekan Imunisasi Dunia setiap pekan akhir bulan April ini kami mengajak semua pihak lintas sektor, pihak swasta, akademisi, organisasi kemasyarakatan, dan media untuk dapat menjadi penggerak serta turut mendorong pelaksanaan imunisasi yang berkualitas dan mencapai cakupan imunisasi yang tinggi dan merata sehingga dapat terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.” pungkas dr. Imran.

Peringati Pekan Imunisasi Dunia 2022, Kemenkes Bersama dengan GSK Indonesia Ajak Keluarga Lengkapi Imunisasi Anak

Tapiiii, Mengapa sih Harus Dilakukan Imunisasi?


Dokter Spesialis Anak, Prof. DR. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K) di kesempatan yang sama mengatakan, “Semua orangtua ingin anak-anaknya menjadi putra-putri yang berprestasi. Namun, tentunya hal itu akan sulit tercapai kalau anaknya menderita sakit. Misalnya, terkena penyakit Hepatitis B yang akan menjadi kanker hati di kemudian hari, terkena TBC, Polio, Campak yang menyebabkan radang paru-paru dan radang otak, Pertusis yang menyebabkan batuk 100 hari, ..dan penyakit mengerikan lainnya."

Nah penyakit-penyakit tersebut bisa dicegah dengan pemberian imunisasi yang sayangnya karena pandemi, cakupan imunisasi jadi berkurang. 

Belajar dari sejarah, pada tahun 2017 terjadi wabah difteri di Indonesia, di mana data tahun 2020 dan 2021 terjadi penurunan kasusnya. Namun patut diwaspadai penurunan kasus ini karena disertai penurunan cakupan imunisasi.

Sehingga bila suatu saat anak-anak berkumpul kembali dengan cakupan imunisasi yang rendah maka bukan hal yang mustahil kasus difteri akan melonjak.

Maka, untuk menghindari terjadinya serta meluasnya kasus Kejadian Luar Biasa (KLB), penting bagi orang tua untuk segera melengkapi dan mengejar imunisasi anak yang tertinggal tanpa harus mengulang jadwal imunisasi dari awal.

Potensi wabah KLB dapat terjadi mengingat 'Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi' seperti difteri dapat menular. Difteri, merupakan bakteri yang menyerang saluran pernapasan pada selaput lendir hidung dan tenggorokan yang menyebabkan anak sulit bernapas. Sehingga jika saluran nafas tertutup, akhirnya saluran nafas dilubangi, dipasang alat agar bisa bernafas.

Kemudian, penyakit lainnya, campak. Sekitar di 30 kabupaten terjadi KLB Campak. Misalnya, pada bulan November dan Desember 2021 lalu dilaporkan bahwa tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Sidenreng Rappang, dan Kabupaten Barru mengalami kasus KLB difteri dan campak.

Komplikasi campak: sesak nafas, diare berkepanjangan (lebih 2 minggu), ada jaringan parut di kornea sehingga penglihatan terganggu, juga mengalami radang otak jikapun sembuh ada kelumpuhan pada anggota tubuh. Komplikasi dijumpai pada anak dengan gizi kurang/gizi buruk. 

Hiiiii...sungguh ngeri penyakit-penyakit ini. Padahal bisa dicegah dengan pemberian imunisasi!

Lalu, apa sih sebenanrnya tujuan imunisasi itu?

Imunisasi bertujuan melindungi anak atau individu yang diimunisasi. Kalau imunisasi cakupannya lebih luas tentu akan bisa menurunkan angka kejadian penyakit tertentu, kalau semuanya diimunisasi penyakit akan bisa di-eradikasi.

Contohnya penyakit cacar!

Penyakit cacar ini kalau sembuh akan menimbulkan krompeng-krompeng di kulit yang menetap. Dan syukurya penyakit cacar sudah dihilangkan dengan imunisasi pada 1979. 

Karenanya, yuk jadwal imunisasi dari Kemenkes, diikuti saja agar anak terhindar dari PD3I. Atau lengkapi juga dengan imunisasi yang direkomendasikan oleh IDAI dengan tujuan untuk memberikan perlindungan yang lebih luas.

Tapi, apakah vaksin itu aman?

Vaksin digunakan hampir di seluruh dunia, ada 169 negara yang melakukan vaksinasi, kalau tidak aman tidak ada negara yang melakukan. Jadi, imunisasi terbukti efektif dan aman. 

Lalu, apakah imunisasi bebas efek samping?

Ada efek samping tapi umumnya ringan dan sementara. Yaitu ada KIPI, Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. 

Terus, manfaat imunisasi pada anak apa?

Imunisasi akan menimbulkan antibodi. Sehingga jikapun terkena sakitnya tidak akan berat dampaknya. Imunisasi lengkap akan melindungi anak-anak. Dengan peningkatan cakupan imunisasi angka kejadian difteri, campak dan PD3I lainnya akan menurun.

Apakah vaksin perlu di booster? 

Perlu, agar makin kuat antibodi. Karenanya ada vaksin yang perlu diulang, karena jika hanya sekali atau dua kali saja antibodinya belum optimal.

Jadi kesimpulannya:
  1. Untuk mencegah anak-anak terkena penyakit mengerikan tadi (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi) berikan anak imunisasi sesuai jadwalnya
  2. Kalau tidak lengkap? Segera lengkapi imunisasi yang kurang!
  3. Bagaimana jika ketinggalannya banyak? Berikan sekaligus, beri vaksin ganda/multiple dosis. Di lengan kiri kanan dan paha
  4. Imunisasi merupakan pencegahan yang paling efektif untuk mencegah P3DI
  5. Perlu dilakukan sesuai jadwal Kemenkes jangan ditunda-tunda atau sesuai rekomendasi IDAI 
  6. Telah diimplementasikan pada lebih dari 100 negara
  7. Bisa menimbulkan KIPI tapi umumnya bersifat ringan dan sementara


Prof. DR. dr. Hartono Gunardi, Sp.A(K)

Bulan Imunisasi Anak Nasional 2022

Apa saja KIPI?

Peringati Pekan Imunisasi Dunia 2022, Kemenkes Bersama dengan GSK Indonesia Ajak Keluarga Lengkapi Imunisasi Anak


Jadi, penting bagi anak untuk mendapatkan imunisasi sesuai dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan yaitu hepatitis B, BCG, DTP, Hib, Polio, Campak, Rubela. Selain itu, orang tua juga dapat merujuk pada jadwal imunisasi yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 

Secara rinci, IDAI merekomendasikan anak: 
  • Berusia 0-12 perlu mendapatkan imunisasi vaksin Hepatitis B, Polio, BCG, DTP, Hib, PCV, Rotavirus, Influenza, MR, JE, dan Hepatitis A. 
  • Pada usia 1-2 tahun, anak perlu diberikan vaksin MMR, Varisela, vaksin ulangan DTP-Hib-Hepatitis B. 
  • Pada usia 24 bulan, anak perlu menerima vaksin Tifoid. 
  • Beranjak usia 9 tahun, anak juga direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin HPV dan Dengue .

Oia, sebagian besar vaksin tersebut telah masuk dalam program imunisasi nasional sehingga masyarakat dapat mengakses secara gratis melalui fasilitas kesehatan seperti Puskesmas maupun Posyandu. 

Juga, pada pertengahan tahun 2022 ini Kementerian Kesehatan juga akan menambahkan vaksin PCV untuk mencegah penyakit pneumonia dan Rotavirus untuk mencegah diare. 

Hal ini merupakan upaya yang dilakukan Pemerintah dalam memberikan akses imunisasi dasar lengkap kepada seluruh anak-anak Indonesia yang tentunya akan tercapai berkat kerjasama semua pihak.

Nah, GSK Indonesia sebagai private sector berkomitmen untuk terus mendukung upaya Pemerintah dalam membangun dan memelihara kesehatan masyarakat. 

Sebagaimana yang disampaikan dr. Deliana Permatasari, Vaccine Medical Director GSK Indonesia, “Kolaborasi public dan private dalam upaya untuk menyampaikan informasi ilmiah kepada petugas kesehatan dan juga masyarakat umum terkait imunisasi harus terus lakukan agar dapat mempercepat cakupan imunisasi lengkap terhadap 'Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) diantaranya seperti Difteri Tetanus Pertussis, Rotavirus, dan Pneumokokus, Difteri, MMR.”.

GSK merupakan satu dari world largest vaccine company, yang memiliki lebih dari 20 vaksin yang memberikan proteksi pada penyakit-penyakit infeksi untuk semua umur. Sebagai perusahaan vaksin terbesar di dunia GSK juga terus menemukan vaksin baru untuk cegah penyakit yang disebabkan oleh infeksi. GSK bangga akan kolaborasi ini dan memastikan supply vaksin di lebih dari 100 negara. Peranan sektor swasta terhadap kesuksesan cakupan vaksinasi yang penting sekali.

Long Life for All - Sehatkan Keluarga, Lewati Pandemi dengan Imunisasi Lengkap

Penutup


Imunisasi dapat mencegah berbagai macam penyakit dan setiap tahunnya dapat mencegah kematian 2 hingga 3 juta anak Indonesia. Semakin lengkap imunisasi yang diberikan pada anak maka semakin baik pula tingkat kesehatan anak dan makin berkualitas pula hidup mereka di masa depan. 

Kolaborasi public dan privat dalam menyampaikan informasi ilmiah pada masyarakat terkait imunisasi harus terus dilakukan secara berkesinambungan. Tentunya ini untuk mempercepat cakupan imunisasi lengkap dan pencegahan terhadap PD3I. 

Jadi jangan tunda-tunda lagi imunisasi. Mari sehatkan keluarga, lewati pandemi dengan lengkapi imunisasi! 💗


Salam Sehat

Dian Restu Agustina




Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

80 komentar untuk "Kemenkes dan GSK Indonesia Ajak Keluarga Lengkapi Imunisasi"

  1. Terobosan dan kebijakan yg ciamiikk banget dari Kemenkes dan GSK 😍👍 semoga anak² Indonesia makin sehat dan terlindungi secara paripurna dgn vaksin dan imunisasi komplit yaa.

    BalasHapus
  2. Semoga semua anak Indonesia sehat dan tumbuh cerdas kuat, ya. Yang masih kurang imunisasinya masih ada kesempatan nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penting banget ya imunisasi lengkap buat anak. Semoga ketinggalannya bisa segera terkejar, deh

      Hapus
    2. Iya yuk kejar yang masih tertinggal

      Hapus
  3. Sudah seharusnya kita mendukung program pemerintah untuk vaksinasi secara menyeluruh ini. Namun saya ini suka kasihan, di daerah saya saja, masih ada masyarakat yang bisa dihasut, bisa diprovokasi kalau vaksin itu inilah itulah dll... Maklum, pendidikan rendah dan pemahaman masih kurang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maka penting sosialisasi lebih meluas lagi ya, Teh

      Hapus
  4. Kalau ada yang kurang, kudu dilengkapi ya mbak imunisasinya. Sebab memang sudah ada jadwalnya sih ya dari dokter.
    Soalnya daku lihat daftar imunisasinya itu saat nemenin kakak bawa ponakan balita buat diimuniasi

    BalasHapus
  5. betul mbak, imunisasi merupakan salah satu bukti kemajuan zaman

    dulu, jutaan orang meninggal karena cacar dll, karena belum ditemukan vaksinnya

    eh masih banyak yang gak mau divaksin dengan berbagai alasan

    mereka gak nyadar, gara2 kelakuannya, pemerintah jadi kesulitan menciptakan herd community

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu dia, gimana herd community tercapai jika ada penolakan

      Hapus
  6. selain kemajuan zaman, imunisasi adalah upaya atau ikhtiar para orangtua untuk melindungi anak-anaknya dari segala penyakit yang ada di dunia

    BalasHapus
  7. Imunisasi penting untuk membentuk kekebalan dalam tubuh, sehingga program pemerintah dalam hal imunisasi bermanfaat

    BalasHapus
  8. Nah kan padahal manfaat imunisasi banyak banget. Tp sayangnya, di tempatku masih ada beberapa orang yg enggan imunisasi. Padahal, harusnya makin semangat melakukan imunisasi untuk anak2nya karena pemerintah aja udh mendukung penuh yaa

    BalasHapus
  9. Bener mba Dian pas lgi covid kemarin itu ya, aku suka deg degan kalau mau imunisasi kayesa dan banyak jadwal imunisasi kayesa yang terlambat jadinya. Karena bidannya juga sibuk dipuskesmas atau sibuk kasih vaksin juga. Jadi jadwal posyandu terlambat. Sedangkan kalau bawa imunisasi ke rumah sakit atau ke klinik deg degan. Tapi allhamdulilalh akhirnya Kayesa bisa ngejar keterlambatan imunisasinya karena covid kemarin

    BalasHapus
  10. Pemaparannya lengkap sekali mom Dian.Puji Tuhan anak-anakku semua sudah mengikuti imunisasi sesuai dengan anjuran pemerintah. Imunisasi ini memang penting banget loh untuk antibodi pada anak-anak terhadap penyakit

    BalasHapus
  11. Wah betul juga ya Mba, efek pandemi covid berakibat terlambatnya pemenuhan imunisasi wajib.. mudah2an para ibu terutama yang masih punya bayi lancar kembali memenuhi imunisasi wajib anak2nya.. memang imunisasi penting utk kekebalan tubuh. Semoga juga tidak terjadi KLB di daerah manapun di Indonesia akibat pandemi ya

    BalasHapus
  12. Semoga semua orangtua di Indonesia semakin sadar akan pentingnya imunisasi anak untuk memberikan perlindungan dan kekebalan tubuh bagi anak. Sehat terus untuk semua anak Indonesia yah!

    BalasHapus
  13. banyak yg ga mau imunisasi krn takut kipinya. walau ada yg ga pake panas dsb tp emang lebih mahal yaa.. tp tuh sebenernya enak bgt skrg tuh imunisasi dasar kan di puskesmas jg terjangkau bgt.

    aku penasaran kalau udah lewat usia, misal dah gede, bisa ngejar imunisasi dasar ga ya?

    BalasHapus
  14. Wah ternyata imunisasi bisa dirapel ya, kayak si adek yang disuntik lengan kanan kiri, paha kanan kiri, bahkan tetes juga. Toto dulu juga pernah ada satu imunisasi yang telat, tapi pas sekalian datang untuk jadwal imunisasi berikutnya, sama bidannya ngga di rapel, didulukan yang telat ini dulu, terus seminggu lagi suruh datang lagi buat imunisasi yang sesuai jadwalnya.

    BalasHapus
  15. Saya langsung tngok buku KIA punya si bungsu. Pandemi membuat ragu berangkat ke puskesmas. Ada takut dan khawatir dengan kesehatan anak. Ini sudah lewat usia 24 bulan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anakku malah dah lima tahun dan masih ada satu imunisasi dasar yang tertinggal nih. Gara2 pas jadwalnya dia lagi masuk RS... terus emaknya kelupaan... habis ini konsul ke dokter deh untuk mengejar ketertinggalannya gimana.

      Hapus
    2. Coba aja , Mbak..anakku dulu TK dah disusulkan saat di Amerika

      Hapus
  16. Ngga akan pernah habis nih pro kontra imunisasi. Padahal imunisasi ini juga sebagai salah satu bentuk sayang kita pad anak-anak sebagai pencegahan dan proteksi. Alhamdulillah nih anak-anakku udah lengkap bahkan udah Sinovac 2x juga. Semoga sukses nanti target BIAN 2022 nya.

    BalasHapus
  17. Yups imunisasi penting banget, semoga semakin banyak orang yang teredukasi akan pentingnya imunisasi

    BalasHapus
  18. Aku baru tau kalau bisa imunisasi gretongan gitu, Mak. Aku kira harus satu2, ada jeda gitu meskipun seminggu atau dua minggu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mak, gretongan itu artinya gratis....
      Maksudnya barengan? Iya bisa, pengalaman saya di atas tahun 2009 saat tinggal di Amerika. Kini situasi pandemi diterapkan juga di Indonesia, bisa multiple vaksin untuk mengejar imunisasi dasar lengkap.

      Hapus
  19. Jadi ingat anakku masih kurang 1 imunisasi dasarnya, gara-gara pas jatah imunisasi pas masuk RS. Dan sampai sekarang belum diimunisasi yang itu, harus segera disusulkan nih.

    BalasHapus
  20. Waah, dede waktu divaksin sampai 5 sekaligus gitu, mba?
    Anakku juga pernah simultan tapi cuma 2, paha kanan dan kiri waktu bayi
    Segitu juga neneknya udah khawatir, "Kok tega 2x suntik?"
    Padahal sama dokter juga gapapa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya gapapa..anakku 5 itu karena ada 4 ketinggalan

      Hapus
  21. Kita harus mendukung program pemerintah ini. Bayangkan setiap tahun bisa mencegah kematian sampai jutaan anak. Itu hasil yang sangat luar biasa. Apalagi kalau program ini beneran berhasil ya...

    BalasHapus
  22. Imunisasi bagi saya termasuk salah satu ikhtiar dalam mencegah suatu penyakit. Sebab mencegah lebih baik daripada mengobati. Semoga tetap sehat dan bahagia, aamiin

    BalasHapus
  23. Sepakat dengan imunisasi Mbak. Alhamdulillah anak-anakku juga sudah imunisasi semua. Kadang ada tambahan juga imunisasi anak SD di sekolahnya.

    BalasHapus
  24. Saya termasuk yang pro imunisasi sebagai ikhtiar kita untuk mencegah pennyakit dan agar bisa sehat. Kabarnya sekarang mau ada vaksin kanker serviks. Wah menarik sih itu. Tapi buat anak2 ya... hehe

    BalasHapus
  25. Nah, pendekatan melalui Aku Tahu, Aku Mau dan Aku Mampu ini semoga bisa menyadarkan masyarakat.
    Terkadang ketika mampu mengajak untuk melakukan hal yang sama tuh berasa telah berbagi dan menyenangkan yaaam

    BalasHapus
  26. Kalau aku percaya sama pemerintah saja, masak sih pemerintah mau membunuh generasi penerus bangsa lewat vaksin?...

    Banyak yg nyinyir vaksin itu bla bla bla... Alhamdulillah manut kata dokter kalau saya vaksin ikuti lengkap bahkan vaksin serviks jg sudah.

    BalasHapus
  27. Imunisasi memang penting banget..sebaiknya memang lengkap ya..biar anak-anak tumbuh optimal dan terbeas dari resiko serangan penyakit tertentu..

    BalasHapus
  28. Selama covid ini emang banyak anak yang imunisasinya tertunda ya. Keponakanku slah satunya. Sekarang mau durapel gitu tapi ibunya masih ragu takut anaknya kenapa kalau imunisasi langsung banyak gitu

    BalasHapus
  29. Aku masuk yang pro sama imunisasi meski belum jadi orang tua. Pas pandemi lagi ramai dan ada keponakan masih bayi, kuanterin tuh ke puskesmas kalau jatah imunisasi. Telat sesekali karena anaknya bapil. Habis itu Alhamdulillah lancar dan KOPI juga gak serius

    BalasHapus
  30. Pandemi Covid membawa rentetan masalah lain. Bila imunisasi dasar terus di bawah target ngeri juga ternyata, ya. Karena akan membuka wabah yang sebetulnya udah berhasil diredam

    BalasHapus
  31. Dulu sambil menanti anakku lahir, aku juga cari tau tentang imunisasi anak. Biar lebih paham juga apa saja jenisnya, tapi begitu anakku lahir ya udahlah ngikut aja kata dokter anaknya. Karena menurutku mereka lebih paham dan tau yang terbaik. Semoga dengan adanya program ini, imunisasi anak di Indonesia bisa merata ya.

    BalasHapus
  32. Aku juga gsk ini vaksin anak-anak alhamdulillah lengkap
    Semoga makin banyak klg yg sadar pentingnya vaksin ya

    BalasHapus
  33. Ini peran keluarga penting banget nih untuk mensukseskan program vaksinasi bersama pemerintah kayak gini. Ga bisa kerja sendirian

    BalasHapus
  34. Iyes, setuju banget. Imunisasi lengkap ini sangat penting. Tak hanya untuk kesehatan anak saat kecil, tapi juga setelah dia besar. Toh imunisasi terbukti aman, halal, dan bermanfaat ya. Semoga para antivaks bisa segera menyadari hal ini ya.

    BalasHapus
  35. Emang sepenting itu ya mbak Dian imunisasi buat anak tuh. Aku selalu berpikir imunisasi adalah bentuk cinta ortu ke anak. Meskipun pandemi bikin telatm setidaknya masih bisa dikejar

    BalasHapus
  36. Semoga dengan adanya BIAN semakin banyak ibu/ orangtua yang tercerahkan ya kak dian. Sehingga para orangtua menjadi tahu, mau dan mampu. Dan angka korban tertular wabah juga semakin mengecil

    BalasHapus
  37. Pentingnya imunisasi khusunya bagi si kecil kalaupun belum komplit masih ada waktu untuk mengejar keterlabatannya. Sehat selalu buat anak anak kita ya mbk

    BalasHapus
  38. GSK termasuk salah satu perusahaan farmasi yang concern ya dengan urusan imunisasi anak-anak di Indonesia.

    Semoga BIAN di Indonesia sukses dan terhindar dari KLB penyakit yang bisa ditangani lewat vaksinasi

    BalasHapus
  39. Keren sih sekaran program imunisasi sudah mudah dijangkau ya, apalagi sudah semakin banyak yang digratiskan, semoga bisa mencukupi semua kebutuhan masyarakat Indonesia

    BalasHapus
  40. Waah baru tau kalau ternyata imunisasi di Amerika lebih lengkap daripada di Indonesia. Imunisasinya pun harus lengkap karena sebagai syarat masuk sekolah ya mbak. BAgus sih, jadi mau nggak mau semua anak pasti diimunisasi lengkap karena sebagai persyaratan masuk sekolah

    BalasHapus
  41. Baca artikel Mbak Dian ini mengingatkan saya kl si bungsu blm mendapatkan vaksin HPV dan Dengue. Ntar di usianya yg 9 tahun saya bawa ke dokter anak deh semisal di Puskesmas atau Posyandu dekat rumah blm tersedia. Setuju sekali kolab antara badan publik dan privat dalam hal ini Kemenkes dan GlaxoSmithKline (GSK) Indonesia, sangat penting menyukseskan imunisasi lengkap yaa.

    BalasHapus
  42. Baca GSK jadi inget produsen vaksin yg ada di stiker vaksinnya anak2. Betul nih pemerintah lagi menggalakkan imunisasi kejar yaa supaya imunisasi yg tertunda selama pandemi nggak kelewat.

    BalasHapus
  43. Dengan imunisasi setidaknya orangtua sudah berusaha yang terbaik ya mbak untuk kesehatan anak. Alhamdulillah pemerintah pun turut menggalakkan imunisasi

    BalasHapus