Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Museum Subak dan Perannya dalam Mendukung Pelestarian Subak

Museum Subak yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Sanggulan, Tabanan, Bali menjadi tujuan pertama saya dan Mbak Dhenik di hari kedua di Pulau Dewata. Jalan-jalan di tanggal 1 Februari kali ini bertiga dengan teman penulis dari Jakarta, Mbak Tamitha, yang saat ini sedang menempuh beasiswa S2 di Universitas Udayana.

Nah, kami diantar oleh Bli Ketut, teman Mbak Dhenik yang juga seorang driver wisata yang awalnya heran dengan itinerary ini.

Gimana enggak, rencananya hari itu kami bakalan ke Museum Subak, Monumen Nasional Taman Pujaan Bangsa Margarana, World Culture Heritage - Situs Jatiluwih dan Stadion Bola Kapten I Wayan Dipta.

Bli Ketut bilang, tempat-tempat ini bukan yang umum didatangi wisatawan, terutama Wisatawan Nusantara ketika mengunjungi Bali. 

Memang, traveling saya ke Pulau Seribu Pura kali ini berbeda! Berkat Mbak Dhenik Erni, penulis dan blogger yang selama ini punya concern pada budaya dan olahraga, saya jadi tahu destinasi wisata istimewa.

Salah satunya, Museum Subak, yang tampak sederhana, tapi memuat misi mulia yang menambah wawasan saya. Apalagi enggak hanya mempelajari seputar Subak saja, saya juga melihat langsung Subak Mini dan menyaksikan contoh rumah tradisional Bali di sana. Seruuu!

Museum Subak Tabanan

Tentang Museum Subak

Museum Subak berlokasi sekitar 20 km dari pusat kota Denpasar. Sementara kali ini duduk manis jadi penumpang dan tidak nyetir sendiri jadi saya sambil scroll sosmed sekalian baca tulisan-tulisan renyah rekan blogger saya Mbak Ira Hamid yang banyak mengupas tema Tentang Perempuan dan kisah keseharian. Hingga enggak terasa -dengan bantuan Google Maps- kami sampai ke tujuan. 

Nah, museum berada di sisi kiri dengan papan petunjuk nyaris terlewati, sehingga ketika kami masuk area, sempat heran beneran enggak ini museumnya. Akhirnya karena ragu kami bablas dan belakangan baru tahu kalau itu bagian belakang gedungnya. 

Pokoknya, ikuti petunjuk arah saja, karena pengunjung bisa masuk melalui baik pintu depan maupun belakang area.

Kami akhirnya masuk melalui gerbang utama, nampak depan terlihat kurang terawat areanya. Papan petunjuk nama nampak jadoel dan enggak kelihatan lagi tulisannya. 

Awal masuk saya celingak-celinguk, ini museumnya yang mana karena ada beberapa bangunan di sana. Kami pun bertanya pada sesebapak yang ada di area, dan ditunjukkan bangunan di tengah area itu museumnya.

Menuju pintu ada info jam buka museum tertempel di dinding: Senin-Kamis 08.00-16.30 WITA, Jumat 08.00-12.30 WITA. Hari Libur Nasional/Hari Raya Hindu TUTUP (Info: 0361-810315)

Masuk ke gedung kami disambut oleh ibu-ibu pegawai Museum Subak, salah satunya Bu Ketut Rustini yang kemudian menjadi pemandu kami. 

Bu Ketut menjelaskan dengan detil apa saja yang dipamerkan di dalam area museum yang diresmikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali, Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, pada tanggal 13 Oktober 1981ini. 

Sekitar 30 menit kami mendapatkan penjelasan panjang lebar seputar Subak yang jadi inti koleksi museum dengan tiket masuk Rp 10.000 ini. Oia, berbarengan dengan kami ada rombongan 5 orang bule dengan pemandu yang datang dan menikmati benda-benda koleksi di Museum Subak ini. 

Etapiiii, dirimu sudah tahu kan apa Subak itu?


Apa Itu Subak?

Nah, Subak merupakan satu sistem yang bertujuan menjaga keseimbangan antara unsur manusia-Penciptanya-dan alamnya. Sistem irigasi yang terkait dengan sistem sumber daya alam dan sosial budaya masyarakat menjadi bukti kekhasan dalam manajemen irigasi di Bali ini. 

Subak pada hakekatnya adalah suatu sistem pertanian (pengolahan tanah, pengairan, penanaman) yang dijiwai oleh agama, karena itu semua prosesnya yang terkait dengan tanah, air, tanaman, selalu dikaitkan dengan rasa syukur kepada Tuha Yang Maha Esa di mana masayarakat Bali mewujudkannya dalam bentuk upacara-upacara. 

Dengan berkembang pesatnya ilmu dan teknologi, tidak dipungkiri berpengaruh pula terhadap kehidupan subak baik secara fisik maupun sosialnya. Bila hal ini terjadi, dalam waktu singkat berbagai peralatan tradisional berganti dan akan sulit dilacak dan dihimpun kembali peralatan yang berjasa dalam kehidupan subak itu, karena telah berganti dengan alat-alat modern.

Atas dasar ini timbul gagasan mempertahankan salah satu wilayah subak yang masih asri lestari untuk dijadikan semacam cagar budaya dilengkapi tempat penyimpanan alat atau peralatan dan benda-benda yang ada kaitannya dengan usaha tani serta kehidupan subak, rumah tradisional petani yang mengikuti segala aturan asta bumi dan asta kosala-kosali, tata ruang dan tata letak menurut tradisi masyarakat di Bali. 

Ide itu terealisasi menjadi "Cagar Budaya Museum Subak", yang selanjutnya bernama "MUSEUM SUBAK" ini.



Lalu, Ada Apa Saja di Museum Subak?

Museum Induk

  • Bangunan atau kompleks suci dengan padmasana, bedugul dan lainnya yang mengikuti pola pembangunan tradisional Trimandala, Triangga, dan Asta Kosala-Kosali
  • Bangunan Utama terdiri atau dua gedung yaitu: gedung administrasi yang merupakan pusat informasi dan perpustakaan
  • Gedung audio visual tempat penayangan film dokumenter mengenai subak.
  • Gedung pameran yang menyajikan benda-benda yang mempunyai nilai seni budaya, dilengkapi dengan informasi dan ilustrasi yang dihadirkan dalam panel dan maket. Dimulai dari proses penyiapan lahan sampai nasi dapat dimakan. Dengan sejumlah koleksi berupa alat-alat pertanian yang dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu: alat-alat untuk merabas hutan/semak-semak guna membuka sawah baru, alat-alat untuk membuat saluran air/irigasi, alat-alat untuk pengelolaan tanah, alat-alat untuk pembenihan dan penanaman padi, alat-alat untuk memelihara tanaman padi, alat-alat untuk panen, alat-alat untuk mengangkut hasil panen, alat-alat untuk mengolah padi.

Museum terbuka 

Visualisasi sistem irigasi subak yang diwujudkan dalam "subak mini", yang dipakai sebagai peragaan kegiatan subak, mulai dari irigasi, sampai proses kegiatan pertanian di sawah. Juga, rumah tradisional petani yang mengikuti segala aturan asta bumi dan asta kosala-kosali, tata ruang dan tata letak menurut tradisi masyarakat di Bali.  



Museum Subak, Pilihan Destinasi Budaya dan Edukasi 


Nah, setelah berkeliling ke ruang pameran bersama Bu Ketut kami pun ke luar ruang pameran dan menikmati museum terbuka berupa Subak Mini yang ada di bagian belakang area museum. 

Subak Mini ini dilengkapi juga dengan sawah percontohan seluas 1 Ha. Tak heran museum ini banyak didatangi siswa/mahasiswa dan siapa saja yang ingin  mempelajari Subak.

Lokasi sekitar museum yang asri dengan pepohonan tinggi membawa langkah kami bersama Bu Ketut menuju area lain, rumah tradisional petani yang merupakan rumah adat Bali yang mengikuti segala aturan asta bumi dan asta kosala-kosali, tata ruang dan tata letak menurut tradisi masyarakat di Bali. 
Di lahan seluas 1/2 Ha contoh rumah tradisional Bali ini memiliki beberapa bangunan terpisah, yakni: Angkul-Angkul, Aling-Aling, Pura Keluarga, Bale Manten, Bale Dauh, Bale Sekapat, Bale Gede, Jineng atau Klumpu, Pawaregen/Paon, dan Lumbung
Tak terasa sejam lebih kami berada di Museum Subak yang didirikan/dibangun di wilayah Kabupaten Tabanan Bali, dengan alasan di antaranya:
  • Tabanan memiliki daerah persawahan yang paling luas di provinsi Bali sehingga sering dijuluki sebagai Lumbung Beras Bali.
  • Jumlah organisasi subak di Tabanan adalah merupakan yang paling banyak di bandingkan dengan Kabupaten yang lainnya di pulau Bali



Penutup


Well, tantangan atas kelestarian Subak di Bali muncul ketika lanskap budaya Subak di Bali ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO akhir Juni 2012

Tantangan yang mengancam kelestarian Subak di antaranya: menurunnya kualitas air, berkurangnya luasan hutan sebagai penyimpan air, tekanana industri pariwisata, degradasi daerah aliran sungai, alih fungsi sawah beririgasi, terbatasnya ketersediaan air, 
Subak bukan hanya tentang pemandangan, petani dan hasil pertanian saja, melainkan juga tentang kesucian, sumber kehidupan dan pelindung kebudayaan Bali. 
Ada banyak aspek yang mengiringi Subak, karenanya keberadaan Museum Subak diperlukan dan penting dikunjungi demi kelestarian Subak di Bali. Jadi, kalau ke Bali, jangan lupa singgah juga ke Museum Subak ini....

Oia, kalau ke Museum Subak:
  1. Perhatikan jam buka museum
  2. Siapkan uang tunai, tiket Rp 10.000 dibayarkan tunai
  3. Minta buku 'Subak di Bali' yang tersedia di meja informasi (tersedia dalam 2 bahasa: Indonesia dan Inggris)
  4. Minta pendampingan pemandu (kami kemarin langsung dipandu karena hanya ada satu rombongan selain kami, jadi petugas tersedia - btw, tips pemandu sukarela)
  5. Parkir gratis jadi tak perlu siapkan uang parkir
  6. Bekal minum sendiri karena tidak ada penjual di lokasi (ada warung penduduk di seberang bangunan)
  7. Berpakaian dan sepatu nyaman karena bakal keliling ruang pameran juga ke area lainnya
  8. Siapkan smartphone dll untuk bikin dokumentasi foto/video karena banyak ilmu di sini 



 

Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

24 komentar untuk "Museum Subak dan Perannya dalam Mendukung Pelestarian Subak"

  1. Mba Dian, kalau tip buat pemandu sukarela itu kadang bingung mau ngasih berapa. Kasih bocoran dong, biasanya berapa sih?
    Kadang lebih nyaman kalau tipnya udah terpampang, ketimbang harus sukarela karena bingung wkwkwkwk :D

    Btw asyik banget nih main ke museum Subak ini, apalagi kalau sama teman yang hobinya sama, kayaknya klop banget deh :)

    BalasHapus
  2. Jadi pingin ke sini, gak nyangka ada museum Subak
    Selama ini cuma tau Subak sebagai sistem perairan di Bali
    Ternyata ada museumnya, sehingga masyarakat awam bisa belajar lebih banyak tentang sistem perairan yang banyak membantu pertanian ini ya?

    BalasHapus
  3. jalan ke museum itu enaknya memang rame-rame yaa biar lebih seru, kalo sendirian rasanya kayak ada yang kurang, hehehe. Btw saya baru tahu ada museum namanya museum subak ini, deh. Semoga suatu hari nanti saya bisa menginjakkan kaki ke bali dan berkunjung ke museum subak ini, amiiin

    BalasHapus
  4. Segelintir orang yang mau ke museum Mbak. Itu saya rasakan banget. Begitupun yg disampaikan oleh guide atau penjaga museum. Tempat kaya sejarah seperti ini larisnya di anak sekolahan yang memang punya kegiatan yang mengarah kesana dan bimbingan dari sekolah. Padahal ya, banyak yang bisa kita gali dari museum.

    Langsung masuk daftar kunjungan berikutnya saat ke Bali ah. Lihat foto-foto ini saya jadi semangat. Apalagi setelah baca penjabaran ini. Nyatanya memang yang "menjual" dari budaya Bali adalah Subaknya dan kita wajib mensosialisasikannya. Sepertinya memang bagus jika kita didampingi oleh guide ya Mbak. Biar informasinya sahih dan terurai baik seperti di artikel ini.

    BalasHapus
  5. Wahhh menarik yaa museum subak.. bisa masuk list destinasi wisata kalo ke bali biar ada suasana baru tidak cuman ke pantai saja. Ramah anak dan edukatif jadi pas untuk liburan keluarga juga.

    Melihat foto-fotonya museum subak juga terlihat estetik pas buat yang suka selfie.

    BalasHapus
  6. Ini Mba Dian janjian kah ama Mba Denik buat ngunjungin Museum Subak? Dulu Mba Dian pernah tinggal di Bali juga ya kalau nggak salah? Menarik banget Museum Subak ini ya, htmnya juga terjangkau banget hanya 10 ribu

    BalasHapus
  7. Daku tahu pertama kali tentang kata Subak gegara suka melihat mendiang Mama rahimahullah ngisi TTS hehe. Terus nanya dah subak itu apa, walau sih belum pernah lihat secara langsung hihi.
    Gak sangka ternyata ada museumnya juga, bakalan tambah wawasan deh berkunjung ke sana

    BalasHapus
  8. Subak adalah budaya khas Bali ya mbak
    Kearifan lokal masyarakat Bali dalam melestarikan lingkungan ys mbak
    Kalau ada museum subak ini jadi bisa tahu tentang Subak

    BalasHapus
  9. Pertama keli baca, subak kok beda ya .kaya kenal gitu.ternyata sistem pengairan sawah di Bali. Unik ini museum patut anak muda kenal dunia pertanian lewat museum subak

    BalasHapus
  10. Seruuuu

    Aku juga mauuu jalan2 ama Bestie ke Baliii
    Super enjoy, banyak wisata yg baguusss

    BalasHapus
  11. bisa jadi alternatif wisata kalau ke bali sama anak2 ini kayaknya ya mbak, karena deket banget sama lingkungan dan alam. btw aku baru tau loh sama museum subak ini hahaha kudet banget

    BalasHapus
  12. Keren banget museumnya ya? Jadi ada contoh rumah adatnya juga. Kepincut juga pingin ke sana juga.

    BalasHapus
  13. Jadi tahu rumah adat Bali...hehe

    BalasHapus
  14. Alhamdulillah tau Subak sejak zaman sekolah kak. Hihi Subak itu sistem pertanian khas bali. Ngeliatnya teratur banget. Museum Subak ini sayangnya masih kurang rame dan area depannya belum direnovasi kembali agar tulisan museum nya semakin jelas ya kak.
    Btw harga tiket lumayan murce, cukup 10 ribu doank.
    Semoga nanti kalo ke Bali bukan hanya tau pantai doank. Tapi berkunjung juga ke museum sebagai wisata edukasi buat anak..

    BalasHapus
  15. Iya ya .. Mbak Dian antimainstream, destinasi wisatanya ke Museum Subak. Saya baru kali ini baca Museum Subak dari tulisan jalan-jalan ke Bali di sini. Ternyata di sini kita bisa melihat warisan budaya leluhur orang Bali yang kaya dengan kearifan lokalnya, ya. Tantangannya semoga bukan jadi kendala yang berarti bagi masyarakat Bali.

    BalasHapus
  16. Iya ya .. Mbak Dian antimainstream, destinasi wisatanya ke Museum Subak. Saya baru kali ini baca Museum Subak dari tulisan jalan-jalan ke Bali di sini. Ternyata di sini kita bisa melihat warisan budaya leluhur orang Bali yang kaya dengan kearifan lokalnya, ya. Tantangannya semoga bukan jadi kendala yang berarti bagi masyarakat Bali.

    BalasHapus
  17. Seru banget deh Mba perjalanannya. Jadi bisa mengenal Subak lebih jauh. Iya ya, seperti kalau main ke Museum nggak ada salahnya menyewa guide biar lebih jelas mengenai apa saja yang ada di museumnya. Pertama kalinya nih aku tahu tentang Museum Subak di Bali.

    BalasHapus
  18. Dari dulu memang pingin tahu tentang Subak ini, karena info yang didapat di internet pun hanya sedikit.. tapi ada Museum yang bisa memberi edukasi lewat lisan dan visual, bisa memberi gambaran bagaimana budaya hemat air dalam pengairan sudah diterapkan sejak dulu di Bali

    BalasHapus
  19. Awalnya aku kira ini di daerah Jawa Barat, ternyata Bali. Kalau melihat mengenai ceritanya antara keseimbangan manusia dan alam, ini filosofis banget ya. Betapa alam ini memberikan banyak sekali hal pada manusia dan sudah sepatutnya kita rawat akan sumber penghidupan ini. Senang pastinya jd melihat mengenai budaya yang turun temurun dan sejarahnya di sini

    BalasHapus
  20. wah jadi nambah nih salah satu wisata yang bisa dikunjungi di Bali. bosen juga kalau ke Bali mainnya ke pantai terus, sesekali bolehlah wisata ke museum Subak untuk menambah edukasi.

    BalasHapus
  21. Selama tinggal di Bali, saya hanya masuk ke sati museum saja. Itu pun karena sekolah anak berkunjung ke museum itu, saya ikut sebagai pendamping.
    Haha

    BalasHapus
  22. seneng deh, kalau liat barang-barang antik peninggalan sejrah yang masih terawat di museum gini. Benar-benar jadi kekayaan yang berharga banget ya

    BalasHapus
  23. Semoga Subak tetap lestari. Aku kalau jalan-jalan ke Tabanan ya langsung saja ke Jatiluwihnya. Kenapa aku skip kemarin ya museum subaknya. Apalagi sawah dan subak di Tabanan sudah masuk warisan dunia Unesco.

    BalasHapus
  24. Wisata di Bali yang lain dari biasanya ya, Mba. Datang ke Museum Subak bisa menjadi wisata edukasi untuk memahami dunia pertanian yang juga tetap terhubung antara manusia dan sang pencipta.

    BalasHapus