Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Subak Jatiluwih Warisan Budaya Dunia yang Memesona

Subak Jatiluwih merupakan warisan budaya tak benda (World Cultural Heritage Site)  yang ditetapkan oleh UNESCO pada 2012. Berlokasi di Desa Jatiluwih, Kecamatan penebel, Kabupaten, Tabanan, Bali, lanskap budaya Subak yang ternama ini saya kunjungi bersama para Bestie (Mbak Dhenik Erni dan Mbak Tami) setelah dari Museum Subak Bali dan Monumen Nasional Taman Pujaan Bangsa Margarana.

Jadi nyambung banget ya itinerary kami ini. Setelah ngulik sejarah dan teori Subak, lanjut deh ke tekape, mengunjungi Subak ke sawah di Jatiluwih Rice Terraces - begitu biasa wisatawan mancanegara menyebutnya, yang menampilkan keindahan Subak, sistem irigasi yang terkait dengan sistem sumber daya alam dan sosial budaya masyarakat menjadi bukti kekhasan dalam manajemen irigasi di Bali.

Nah, tempat ini berjarak 25 km dari Museum Subak tadi atau sejauh 50 km dari Kota Denpasar. Karena
letaknya di pegunungan maka di kiri kanan jelang tujuan kita bakal disuguhi pemandangan pedesaan dengan jalan berkontur naik-turun yang butuh kehati-hatian.

Syukurnya, Bli Ketut, driver kami, sudah tahu medannya karena beberapa kali pernah nganter wisatawan ke sini. Di jalan si Bli berkisah, pernah bawa rombongan turis lokal dari Surabaya yang pulangnya ngomel-ngomel, "Kalau sawah begini sih di kampung saya banyak...ngapain ke sini, itu juga bule-bule seneng bener ya ke sawah!"

Hihihi, memang bagi orang Indonesia asli yang sehari-hari melihat bahkan ke sawah sendiri, bisa jadi wisata sawah terasiring ini biasaaa, tapi kalau mempelajari budaya di baliknya, kita bakalan nyebut istimewaaa!

Apa saja istimewanya?

Subak Jatiluwih Warisan Budaya Dunia yang Memesona



Subak Jatiluwih Warisan Budaya Dunia UNESCO

Subak Jatiluwih

Subak Jatiluwih: UNESCO World Cultural Heritage


Perjalanan kami di Bali kali ini penuh berkah, termasuk cuacanya mendukung, enggak panas atau hujan hanya agak mendung. Karenanya, saat tiba di Jatiluwih, bisa deh turun dan jalan ke arah sawah, meski enggak keliling semua rute sih seperti bule-bule yang trekking keliling area terasiring.

Destinasi ini buka dari pukul 08.00 pagi dan tutup pada pukul 18.00 dengan tiket masuk sebesar Rp 25.000,-. Setelah melewati gerbang tiket, masih naik lagi ke atas, lalu kita bisa parkir di sisi samping di mana terdapat berjejer rumah makan dan fasilitas lain seperti toilet. Di seberangnya, terhampar sawah berundak dengan sistem irigasi Subak dengan tanaman padi yang saat saya ke sana masih hijau warnanya.

Memang musim tanam di sini adalah bulan Desember dan Januari, jadi kemarin sempat lihat petani sedang merawat tanamannya. Sebagai penanda area ada sign 'JATILUWIH' yang dijejerkan dengan monumen berisi informasi tempat ini adalah UNESCO World Cultural Heritage. 

Berjalan ke sekitar ada papan petunjuk berbahasa Indonesia dan Bali informasi lokasi Subak ini. Berjalan keliling kawasan tersedia jalan setapak yang diaspal sehingga memudahkan jika ingin mengitari area persawahan yang terletak di lereng Gunung Batukaru, salah satu gunung tertinggi di Bali.

Ada spot pepotoan berlatar terasiring dan warung yang menjual jajanan dan beras hasil panen petani lokal. Memang mayoritas penduduk Jatiluwih adalah petani dengan produk unggulan Padi Bali Beras Merah Cendana.

Berjalan menyusuri jalan setapak, mencoba menginjak pematang sawah, memandang ke sekitar area, membaca informasi terkait sistem irigasi, melihat sendiri hasil panen berupa beras (hitam, merah dan putih) dari petani, terjawab sudah pertanyaan mengapa tempat ini berbeda dengan sawah lainnya.

Apalagi semua ini dilandasi filosofi Subak yang pada hakekatnya adalah suatu sistem pertanian (pengolahan tanah, pengairan, penanaman) yang dijiwai oleh agama. Karena itu semua prosesnya yang terkait dengan tanah, air, tanaman, selalu dikaitkan dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa di mana masayarakat Bali mewujudkannya dalam bentuk upacara-upacara.






Tips Mengunjungi Kawasan Warisan Budaya Jatiluwih


Sebelum mengakhiri perjalanan, kami sempatkan dulu duduk menikmati suasana sembari ngobrol dengan penjual di warung yang ada di jalan setapak. Sekalian mencicipi Kopi Bali dan Teh Beras Merah yang tersaji juga membeli beras buat dicoba di Jakarta. 

Beras dikemas dalam kemasan 1/4 kg dan 1 kg. Tapi, karena memikirkan bagasi kami pun membeli kemasan kecil saja, Rp 25.000/kg untuk 4 pak masing-masing beras hitam, merah, putih dan campur.

Akhirnya, kami tinggalkan Jatiluwih, terasiring dengan sistem irigasi Subak Bali yang ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia. Semoga saja penetapan kawasan menjadi Warisan Budaya Dunia menjadikan Jatiluwih tetap terus ada dan lestari hingga generasi nanti. 

Nah, kalau dirimu ke Bali, masukkan destinasi Subak Jatiluwih, Warisan Budaya Dunia yang memesona ini dalam itinerary-mu ya...Lihat sawah yang menghijau, udara sejuk, suasana yang damai, beneran pas buat jaga kesehatan mental kita. 

You know, hidup nyaman dengan gangguan mental yang minimal tentu menjadi hal yang setiap orang inginkan. Tapi, tidak dapat dimungkiri sulitnya mencegah gangguan mental membuat kasus masalah kesehatan satu ini pun meningkat. Hingga jika perlu seseorang mesti konsultasi psikiater untuk cek kesehatan mental. Karena dengan penanganan yang tepat, gangguan kesehatan mental kamu akan bisa dikendalikan bahkan disembuhkan, sehingga dirimu bisa menjalani hidup yang lebih berkualitas.

Baiquelah, semoga kita sehat selalu, baik fisik maupun mental. Oia, tips buat dirimu yang ingin berkunjung ke Jatiluwih:
  1. Perhatikan jam buka tempatnya
  2. Kenakan pakaian dan sepatu yang nyaman karena trekking di area persawahan bakal bikin keringatan. Tak lupa topi, kacamata dan sunscreen jangan ketinggalan.
  3. Bawa air minum sendiri dalam tumbler biar pas tracking engak dehidrasi
  4. Siapkan uang pas untuk tiket masuk untuk memudahkan. Kemarin teman saya mau bayar pakai kartu debit belum bisa
  5. Parkir di tempat yang disediakan agar tak mengganggu wisatawan lainnya
  6. Siapkan amunisi buat pepotoan dan bikin video...lalu update kontennya nanti, biar wisata Jatiluwih makin dikenal baik di dalam maupun di luar negeri
  7. Beli oleh-oleh beras Bali yang ternama (siapkan uang pas juga, karena dijualnya di warung sederhana)


Happy Traveling

Dian Restu Agustina 











Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

18 komentar untuk "Subak Jatiluwih Warisan Budaya Dunia yang Memesona"

  1. Kopi Bali ada, terus beras merahnya juga ada, wah bisa dibawa buat oleh² nih.
    Keren, apalagi terasering nya Jatiluwih itu, pemandangannya bikin adem.
    Lewat filosofi subak jadi sebagai pengingat ya, bahwa kerekatan hubungan kita dengan Pencipta harus terus terjalin.

    BalasHapus
  2. duh pingin banget nyobain beras merah dan hitam dari Bali
    Kebayang ketika udah matang, nasinya ngepul-ngepul harum
    Disantap pakai telur ceplok atau bahkan cuma garam, pastinya enak banget

    BalasHapus
  3. Wewwww, Saya kangen rumah mama saya, biasanya mama sering dikasih orang-orang beras merah dan hitam ladang, yang mungkin bisa dikatakan organik.
    Emang eak banget sih, air berasnya tuh duh enaaakkk pokoknya.
    Mama biasanya makan nasinya pakai beras gini, tapi bentuknya ketan sih.

    Orang Bali emang luar biasa kalau menghasilkan sesuatu, di Buton juga ada kampung Bali yang hasil pertaniannya luar biasa menginspirasi orang asli sana

    BalasHapus
  4. Waww.. saya baru tahu kalau Subak ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda seperti batik . Keren sekali..

    Sepertinya seru yaa mampir kesana kalo.pas liburan ke Bali. Membayangkan nasi merah khas Bali yang terkenal rasanya pasti nikmat dimakan hangat-hangat.

    BalasHapus
  5. Bali memang gak ada matinya ya untuk masalah destinasi wisata. Semuanya bagus dan mengandalkan keindahan alami yang benar-benar ramah. Ditambah budaya dan sambutan masyarakat setempat yang luar biasa...
    Jadi pingin ke Bali nih...

    BalasHapus
  6. Waah terakhir ke Bali tahun 2005. Kemaren adek saya baru dari Bali dan pamer foto sawah-sawah. Sekarang baca artike Mbak Dian juga tentang Bali.
    Apakah saya juga segera menyusul jalan-jalan ke Bali, ya. Semogaaa... Aamiin

    BalasHapus
  7. Kangennya saya sama Jatiluwih ini. Terakhir kesana tuh pas hujan deras. Jadi saya dan teman nongkrong di sebuah resto besar yang ada di salah satu bukit kecil (lupa namanya). Makannya buffet dengan setting tempat yang menghadap ke sawah. MashaAllah itu aja udah seneng banget. Tapi karena hujannya awet, saya jadi gak bisa trekking. Padahal salah satu kegiatan yang utama tuh ya trekking itu ya Mbak.

    Aaahh jadi pengen cus ke Bali deh. Sekalian ah pengen nginap di area Jatiluwih. Terus sepedaan kemana-mana. Seru kali ya.

    BalasHapus
  8. Keren nih, Jatiluwih udah jadi Warisan Budaya Unesco. Seru banget kalau menikmati kuliner di tengah hamparan sawah dengan pemandangan yang cantik banget itu kak. Makannya dengan beras merah khas setempat. Hehe.. Bikin tambah lahap makan🥰

    BalasHapus
  9. Senang sekali ketika pad akemasan beras sudah menemukan Halal MUI. Selain itu suka dengan View di area Jatiluwih. Meskipun bukan orang bali, saya bangga dengan masyarakat Bali yang mau manjaga alam dan hidup berdampingan dengan alam. Paling membanggakan juga sudah menjadi Warisan Budaya Dunia.

    BalasHapus
  10. Kak Dian..
    Aseli cakep banget jalan-jalan ke Bali, ke Subak Jatiluwih.
    Harga sama narrator tuh lumayan yah.. Tapi beneran jadi penghidupan dan warisan budaya bangsa. Selalu salut bahwa ada kaitannya antara budaya dengan kepercayaan yang dianut.

    BalasHapus
  11. jatiluwih ini bagus banget sih kak tempatnya, enak nih buat healing tipis-tipis bersama keluarga sembari belajar warisan budaya dunia ya , jadi pengen liburan kesana suatu hari nanti kak

    BalasHapus
  12. Saya baru tahu kalau Subak jatiluwih ini jadi warisan budaya UNESCO. Dulu ke Bali belum mengeksplore banyak tempat karena nggak kerasa hanya 3 harian aja. Boleh juga nih dimasukin ke itinerary kalau traveling lagi ke Bali

    BalasHapus
  13. Lha di Sby sebelah mana ada sawah? Deket rumahku di Selatan aja udah habis jd perumahan hehe. Mereka gk tau sawahnya Bali beda :D
    Mbak spill kok bisa dapat driver apa selama di sana pakai tour guide gtu?
    Kalau inget subak auto inget Bali, jd inget pelajaran IPS zaman sekolah :D
    Ternyata bahkan ada lokasi yang diakui oleh UNESCO ya mbak.
    Kalau berasnya hanya tersedia jualan offline ya mbak? kepoh apakah mereka juga sudah menjual secara online?

    BalasHapus
  14. Viewnya indah banget dan dari foto2nya aja udah kelihatan ademnya di sana. Ya semoga nanti kalau ada kesempatan jalan2 ke Bali bisa mampir juga ke Subak Jatiluwih yang sudah diakui UNESCO sebagai wisata budaya tak benda ini

    BalasHapus
  15. Wah, bagus sekali pemandangan dari subak Jatiluwih ini mbak
    Pantas saja ya sudah diakui oleh UNESCO sebagai wisata budaya tak benda

    BalasHapus
  16. Yang paling saya suka dari Bali adalah selalu terjaganya alam dan keasriannya di sana.
    Bisa jadi ini adalah bentuk kepatuhan atas keyakinan yang warga setempat anut, ya mbak? Dimana alam adalah wujud keberadaan Sang Maha Kuasa yang tidak boleh diganggu keberadaanya oleh manusia, termasuk juga filosofi tentang subak ini.

    BalasHapus
  17. Dulu selalu penasaran dengan Subak di Bali ini. Oh begini toh. Ternyata memang menakjubkan ya. Alam Jatiluwih ini bagus. Pantesan aja masuk ke dalam warisan budaya UNESCO. Memang sebagus itu. Mana bisa produktif ya menghasilkan produk yang berkualitas. Kalo ke Bali, kudu nih main ke Jatiluwih ini.

    BalasHapus
  18. Wah subak hijau banget ya kak, ternyata masuk UNESCO World Cultural Heritage juga. Terus bisa trekking di sawah juga ya.

    BalasHapus