Gaya Hidup Zero Waste dengan Mengurangi Food Waste
"Bu, hari ini aku enggak masak, nanti mau Too Good To Go aja.""Oke, rencana mau beli apa?""Roti aja lah...buat stok sarapan.""Ntar potoin, dapatnya apa aja"
Sekian jam kemudian, ada pesan WA, foto setumpuk baguette dan beberapa pieces cookies dengan caption : ini semua 3.49 Euro. Udah berkurang 3 baguette aku makan sebelum difoto.
Whaaat?
Saya nge-zoom gambar sambil ngitung: ada 13 baguette (plus 3 sudah dimakan) dan 6 cookies totalnya senilai € 3.49 atau sekitar Rp 67.000! Wah, muraaaah!
Kutipan obrolan sehari-hari saya dengan anak sulung saya yang saat ini sedang kuliah di Toulouse, Prancis membuka cerita soal gaya hidup zero waste yang kini makin masif diterapkan di beberapa negara Eropa dan Amerika, termasuk Prancis salah satunya, dengan cara mengurangi sampah makanan lewat beli makanan di Too Good To Go..
Yes, Too Good To Go, sebuah aplikasi yang bertujuan mengurangi pemborosan makanan (food waste), dengan menghubungkan toko, restoran, kafe, dan supermarket yang memiliki makanan berlebih dengan konsumen yang ingin membeli makanan tersebut dengan harga diskon.
Caranya simpel saja, pelanggan tinggal download aplikasinya, cek penawaran di sekitar mereka dan membeli “Surprise Bag”, yaitu paket kejutan berisi makanan yang masih layak dikonsumsi. Lalu, datang ke lokasi untuk mengambil makanan pada waktu yang ditentukan, bawa pulang dan nikmati!
Cara sederhana namun bisa membantu: mengurangi limbah makanan, mendukung keberlanjutan lingkungan, menolong pelaku usaha tetap memperoleh pendapatan dari makanan yang tak terjual dan pastinya lebih hemat pengeluaran.
Tentang Gaya Hidup Zero Waste
Well, zero waste adalah sebuah konsep dan gaya hidup yang bertujuan untuk mengurangi limbah hingga seminimal mungkin, bahkan idealnya tidak menghasilkan sampah sama sekali.
Tujuannya sendiri di antaranya: untuk mengurangi sampah yang dikirim ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir), mendorong produksi dan konsumsi yang berkelanjutan, melindungi lingkungan dari polusi dan kerusakan dan menghemat sumber daya alam dan energi.
Contoh praktik zero waste bisa jadi sudah ada yang kita lakukan di keseharian, yang terlihat sepele tapi dampaknya gede, seperti: membawa tas belanja/wadah makanan sendiri, menggunakan botol minum dan wadah makan ulang pakai, menolak sedotan plastik, membeli produk curah/grosir, mengompos sampah dapur, memakai kembali barang agar tidak cepat menjadi sampah, juga mengurangi konsumsi dan barang-barang yang dibeli.
Memang gaya hidup zero waste ini tidak berarti langsung zero, tapi lebih ke arah kesadaran dan konsistensi dalam mengurangi limbah, yang dimulai dari hal-hal kecil. Salah satu pilihan gaya hidup seseorang yang secara sadar memilih untuk menjalani kehidupan yang minim sampah, demi keberlanjutan lingkungan, kesehatan pribadi, dan tanggung jawab sosial.
Nah, salah satu perusahaan yang menggaungkan gaya hidup zero waste adalah Too Good To Go yang didirikan pada tahun 2016 di Kopenhagen, Denmark, dengan misi memerangi pemborosan makanan.
Mengusung tagline "save good food from going to waste", dalam 9 tahun, perusahaan ini telah berkembang hingga memiliki lebih dari 100 juta pengguna terdaftar dan 175.000 mitra bisnis aktif di 19 negara di Eropa dan Amerika Utara. Too Good To Go telah membantu mencegah pemborosan lebih dari 400 juta makanan, setara dengan 1,1 juta ton CO2e (Carbon Dioxide Equivalent) yang berhasil dihindari!
Lalu, bagaimana cara kerjanya?
Gaya Hidup Zero Waste dengan 'Too Good To Go'
FYI, anak lanang saya kuliah di Prancis dengan biaya sendiri alias mandiri a.k.a beasiswa orang tua. Karena biaya kuliah PTN di Prancis gratis, maka saya dan Bapaknya hanya mengirimi uang biaya hidupnya saja. Biaya hidup pakai mata uang Euro maksudnya ya...yang kursnya terus naik seiring melemahnya rupiah.😬
Alhamdulillah, anaknya tuh ngerti, dikirimi uang yang kami rasa cukup, dia bisa ngatur sendiri. Misalnya dengan masak sendiri dan beli bahan/makanan jadi via aplikasi Too Good To Go ini. Dengan cara ini dia akan tahu jenis makanan yang dia makan dan pastinya lebih hemat pengeluaran.
Kata anak saya, kalau mau order, tinggal buka aplikasinya, akan ada pilihan "Top picks near you", yang memberi opsi terbaik yang ada di sekitar kita, misalnya: penawaran 'Panier Mixte' (keranjang campur) dari Carrefour City yang isinya bisa sayuran, telur, yoghurt, susu, buah, keju, roti, dll seharga € 2.99 (dari harga normal € 12.00)
Ada juga 'Pick up now', contohnya keranjang snack 'Panier Snacking' dari Boutique Bonjour yang dibandrol € 4.99 dari harga seharusnya € 15.00
Mau sarapan menu hotel bisa ambil 'Suprise Bag' seperti penawaran dari Hotel de Brienne seharga € 2.49. Atau menu makan malam dari 'Pick up for dinner' yang ditawarkan dalam 'Prodotti da forno' (produk oven) punyanya Foca Spritz senilai €5.99 (dari harga awal €18.00)
Bahkan, enggak cuma bahan masakan/makanan siap santap, di Too Good To Go bisa juga beli bunga dan tanaman. Anak saya beli pot tanaman mint, yang daunnya bakal terpakai nanti.
Pokoknya enggak ada cerita makanan terbuang sia-sia, kalau masih layak jual atau bisa dikonsumsi, gass...ditawarkan ke pembeli! Sementara dari POV customer juga sama, kalau ada barang dengan harga lebih hemat padahal masih lezat dan sehat, kenapa enggak kan...bisa ngirit cuan!
*kalau dapatnya daging non halal oleh anak saya diberikan ke tetangga kosnya - orang Rusia.
Too Good To Go: save good food from going to waste!
Nah, mengapa sampah makanan menjadi masalah?
Well, sampah makanan memiliki dampak yang sangat besar terhadap masyarakat, ekonomi, dan lingkungan. Karenanya, mengurangi sampah makanan merupakan peluang yang kuat untuk memberikan dampak positif terhadap perubahan iklim, biaya hidup, dan aksesibilitas pangan.
Limbah makanan merupakan tantangan global. Memahami skala dan dampaknya membantu kita membuat perubahan nyata menjadi lebih baik.
Menurut WWF (2021), 40% makanan yang kita produksi secara global terbuang sia-sia. Ini berarti 2,5 miliar ton makanan terbuang setiap tahun, setara dengan 80.000 kilogram makanan terbuang di seluruh dunia, setiap detik.
Limbah makanan ini muncul di hampir setiap kategori makanan. Rata-rata di seluruh dunia, sayuran (25%), sereal (24%), dan buah-buahan (12%) adalah makanan yang paling banyak terbuang di rumah, diikuti oleh umbi-umbian (9%), susu & telur (7%), dan daging & ikan (6%).
Menurut WWF (2021), 40% makanan yang kita produksi secara global terbuang sia-sia. Ini berarti 2,5 miliar ton makanan terbuang setiap tahun, setara dengan 80.000 kilogram makanan terbuang di seluruh dunia, setiap detik.
Limbah makanan ini muncul di hampir setiap kategori makanan. Rata-rata di seluruh dunia, sayuran (25%), sereal (24%), dan buah-buahan (12%) adalah makanan yang paling banyak terbuang di rumah, diikuti oleh umbi-umbian (9%), susu & telur (7%), dan daging & ikan (6%).
Makanan berlebih dihasilkan di setiap tahap rantai pasokan, dari pertanian hingga meja makan. Surplus makanan bukanlah limbah makanan, tetapi sayangnya seringkali berakhir sebagai limbah. Bahkan, dalam kebanyakan kasus, surplus makanan tersebut merupakan makanan yang masih sangat baik, yang karena berbagai alasan, kecil kemungkinannya untuk dijual atau dikonsumsi. Memanfaatkan surplus makanan secara maksimal adalah cara yang efektif untuk mengurangi limbah makanan, di antaranya dengan menjual/membeli lewat aplikasi Too Good To Go ini.
Penutup
Zero waste bukan hanya tentang tidak menghasilkan sampah, tetapi lebih kepada pola pikir sadar konsumsi, menghargai sumber daya, dan hidup lebih sederhana namun berdampak besar bagi bumi. Sebagai gaya hidup, zero waste adalah langkah kecil menuju perubahan besar.
Apa sebab, gaya hidup zero waste semakin populer?
Karena masyarakat semakin sadar akan dampak sampah terhadap lingkungan, krisis iklim dan pentingnya mengurangi jejak karbon, dan tanggung jawab individu dalam menciptakan perubahan positif. Selain itu, gaya hidup ini juga dianggap lebih hemat dan memberikan kepuasan pribadi bagi yang menjalaninya. Faktor lain yang mendorong adalah pengaruh media sosial dan dukungan dari pemerintah serta perusahaan melalui berbagai kebijakan dan kampanye.
Too Good To Go memang belum ada di Indonesia, tapi ada yang punya misi serupa dan itu bisa juga kita manfaatkan. Misalnya di AEON Supermarket mulai jam 8 malam sampai toko tutup ada diskon makanan secara bertahap, buy one get one untuk produk sushi, makanan siap santap, dll. Atau di Papaya Fresh Gallery juga sama, ada potongan harga jelang toko tutup.
Kalau di aplikasi ojek online, saat jam-jam tertentu ada flash sale makanan dengan harga hemat, misal Gofood di jam 9/jelang restonya tutup. Atau Monami Bakery pembelian diskon 50% dalam surprise bag berisi kue/bakery yang bisa diambil atau dikirim sesudah pukul 8 malam..
Yang paling penting mari kita lebih kritis dalam konsumsi dengan hanya membeli barang yang benar-benar dibutuhkan. Juga, memilih produk ramah lingkungan. Tak lupa, berpindah dari sekali pakai ke ulang pakai untuk: botol minum, wadah makanan, juga tas belanja. Lalu, mengelola sampah dengan bijak dengan memilah sampah, mendaur ulang, dan mengompos sisa organik. Dan, mengutamakan kualitas daripada kuantitas, dengan membeli barang tahan lama lebih dipilih dibanding barang murah tapi cepat rusak.
Yuk, mulai perlahan, kita lakukan perubahan! Kita mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang barang-barang, serta mengubah kebiasaan konsumsi untuk mengurangi produksi sampah sejak dini.💗
Salam Semangat
Dian Restu Agustina
Seandainya di Indonesia ada ya kak Dian. Memang saat ini di jakarta ada Ya pake aplikasi gofood. Tapi di medan belum ada deh kak.
BalasHapusBisa banget bikin makanan di resto atau di hotel gak mubadzir. Gak berakhir di TPA yang membuat semakin panas bumi.
Terkadang yang sering, jangan kan disuruh beli makanan yang gak habis, dikasi juga banyak yang masih gengsi.
BalasHapusKalau gofood ada ya yang mirip seperti itu?
Nanti malam tak cek.
Kalau ada di sini, lumayan juga.
Ini bisa jadi Inspirasi supaya ada di Indonesia Kak.
BalasHapusWah keren Prancis, gak omon-omon doang waktu bergabung dengan Zero Waste Cities (ZWC)
BalasHapusPadahal dibanding Indonesia, presentasi mereka di konferensi ZWC (2018 di Bandung) enggak banget deh
dan sekarang, 7 tahun kemudian, Indonesia terkhusus Bandung, ternyata kalah jauh
pemerintahnya malah sibuk cari cara ngebakar sampah
Semoga banget sih di Indonesia diterapkan ya mba, padahal banyak banget orang cerdas di Indonesia hanya saja kurang kesadaran juga dari masing2 individu menerapkan ini semua
HapusJadi inget kisahku yang suka hunting beli makanan siap santap di minimarket berlambang lebah itu. Lumayan bisa menikmati diskon malam sebesar 20%. Semoga hal ini bisa terus diikuti pengusaha kuliner maupun pefagang sayur lainnya jadi tidak ada sisa yang terbuang sia-sia dan mengakibatkan timbulnya gas metana di tempat sampah pembuangan akhir.
BalasHapusZero waste ini masih jadi pilihan, karena banyak juga yang sudah memikirkan bagaimana meminimalisir sampah, termasuk juga urusan pengelolaannya. Di sini, perlunya kerjasama semua pihak untuk mengatasi masalah klasik ini
BalasHapusWah enak nih kalau ada semacam To Good to Go di Indonesia. Soalnya, limbah makanan di Indonesia juga banyak banget. Meski banyak juga yang kekurangan makanan.
BalasHapusSaya bacanya seolah merasa sistem ini too good to be true tapi ternyata dari Denmark sudah menyebar ke banyak Kota lain yang merasakan manfaatnya. Semoga Indonesia bisa segera menyusul ya mbak.
BalasHapusBtw, sampaikan salam semangat utk si sulung. Lancar selalu kuliahnya
Cerita yang sangat menarik, Mbak. Awalnya saya mau mengatakan andai di kota kecil juga ada. Lama-lama saya menyadari ini bukan di Indonesia.
BalasHapusTapi bagus juga lho kalau memang ada di sini. Sayangnya... di toko retail besar pun kadang ada produk menuju exp dijual.
Setuju banget sih sampah rumah tangga itu paling dominan setelah sampah plastik. Sebisa mungkin kesadaran sari kita, aku dah punya karing tersendiri utk buat kompos, zero waste hrs diambil dr kehidupan sendiri
BalasHapusWaahhh seru ya mbaa...coba kalo di Indonesia juga ada kan jadi semacam simbiosis mutualisme yaa..produsen tetal dpt pemasukan krn makanan tdk terbuang perxuma konsumen juga dpt potongan harga...
BalasHapusBener banget sie klo makanan masih layak makan sayang banget kalo harus berakhir di tempat sampah kan
Setuju banget, Mbak! Limbah makanan tuh termasuk salah satu yang paling banyak nggak cuma di Indo tapi di dunia. Beberapa negara juga berusaha banget ngurangi limbah makanan mereka dan menekankan gaya hidup circular. Aplikasinya ini bener-bener nggak cuma bagus mbak, worth it banget buat di download. Berasa one stop app for living jadinya. Mana bisa belanja juga ngatur limbah di dalam satu aplikasi. Kerennn!! :D
BalasHapusLimbah makanan itu sesuatu yang sederhana tapi sering kita sepelekan. Apalagi di desa-desa, ketika ada perjamuan atau perayaan pasti stok makanannya melimpah. Dan, pasti sangat berlebih stoknya. Tentu, itu adlaah bentuk puji syukur masyarakat untuk hajatan merrka serta keinginan mereka untuk berbagi, sayangnya, sisa makanannya tidak dimanage sedemikian rupa sehingga sering jadi food waste.
BalasHapusSenang banget ya kalau di Indonesia ada gerakan atau App seperti ini. Aku jadi ingat pernah ketemu konten,.ada ibu-ibu jual masakan lalu gak habis. Dibagikan ke tetangga, eh jadinya tetangga pada nunggu makanan yang gak habis dibanding beli. Duh serba salah ya
BalasHapusWah aplikasinya keren ya mba. Kalau disini ada belum tentu banyak yang mau. Banyak yang gengsi kecuali orang orang di desa. Nggak pakai gengsi asal hala hayuk aja
BalasHapusKeren ya makin banyak yang peduli lingkungan dan mencintai bumi agar terus terawat. Apalagi jika teredukasi dengan baik dan menyeluruh akan besar dampaknya
BalasHapusKeren ya makin banyak yang peduli lingkungan dan mencintai bumi agar terus terawat. Apalagi jika teredukasi dengan baik dan menyeluruh akan besar dampaknya
BalasHapusWah, keren banget ya programnya. Coba di Indonesia ada aplikasi sejenis., langsung pake pastinya. Lumayan mengurangi anggaran belanja yg serba mahal. Udah mahal masih dioplos pulak. Menyedihkan.. 😔
BalasHapusTopik yang keren dan relatable banget! Mengurangi food waste ternyata nggak cuma baik buat lingkungan, tapi juga bikin kita lebih hemat dan mindful soal makanan. Mulai dari hal kecil kayak atur porsi makan sampai manfaatin sisa bahan jadi menu baru semuanya bisa berdampak besar kalau dilakukan bareng-bareng.
BalasHapusMiris banget, food waste di Indonesia lumayan tinggi, tapi si satu sisi banyak juga orang yang nggak bisa makan
BalasHapusJadi perlu kita melakukan gaya hidup zero waste, salah satunya tidak menghasilkan sampah makanan
Aku pernah menemukan iklan Surplus Indonesia, kayanya ini mirip sama Too Good To Go deh Mbak. Ada promo 50 persen sebelum toko tutup. Tapi kayanya belum semantap Too Good To Go, perlu perbaikan-perbaikan. Aku setuju banget mengurangi food waste. Kesal banget kalau lihat makanan dibuang-buang. Padahal ada jejak karbon di situ, ada uang juga di situ. Btw, keren ih Mbak anaknya kuliah di Prancis, bisa melihat dunia lebih luas. Masyaallah...
BalasHapusKereen banget apps-nya yaa..
BalasHapusMenginspirasi karena menghubungkan antara pelaku usaha dengan yang membutuhkan.
Kalau untuk kehalalan, gimana ka Dian?
In syaa Allaah kalau buah atau sayur ya...
Kakak adaptif dan cerdas.
MashaAllaa.. beneran siap banget dilepas dan hidup mandiri di negeri orang.
Keren banget ya mbak aplikasinya. Kita tuh sebenernya bisa cuma mainset kitanya memang harus banget diubah agar mau mulai dari hal kecil
BalasHapusWah seandainya aplikasi ini sudah ada di Indonesia ya ...tentunya masalah sampah di Indonesia akan sedikit menemukan solusinya.
BalasHapusSaya kok belum nemu yaa mbak kejadian ada diskon besar jelang tutup gini untuk pilihan makanan di aplikasi antar pesan itu. Bagus loooh klo kayak Too Good To Go itu. Daripada basi dan tidak kemakan yah, mendingan dijual gitu aja. Penjualnya enggak buang2 makanan, pembeli pun senang.
BalasHapusWah, anak mba Dian yang kini kuliah di Prancis rajin kasih info ke mamahnya ya. Download aplikasi Too Good To Go lalu banyak pilihan, klik sesuai kebutuhan. Zero Waste memang semakin digaungkan di zaman now demi sayang bumi serta kesehatan manusia juga. Kayaknya seru banget pas dapat Surprise Bag kayak sulap ada apa aja ya isinya hehehe :D Memang belum sampai nol ya, yang penting rata2 makanan ga terbuang percuma. Mantap ceritanya mbak Dian :D TFS.
BalasHapusIde aplikasi seperti Too Good To Go layak dicontoh di Indonesia disertai sosialisasi pentingnya menerapkan konsep zero waste. Kata kuncinya jangan gengsian untuk bisa menerapkan siap seperti Too Good To Go ini, yang penting layak makan, enak, murah, dan jelas mengurangi sampah makanan di sekitar kita
BalasHapusBaca tulisan ini aku jadi teringat pada kejadian beberapa minggu lalu. Aku yg lagi gak punya stok roti buat sarapan malah pas keluar rumah melihat sebungkus roti tawar nangkring di tempat sampah umum. Kayake baru dimakan selembar atau malah belum sama sekali deeh. Entahlah siapa yg membuangnya?
BalasHapusIni adalah strategi gaya hidup efisien dan mengedepankan kebutuhan daripada keinginan sehingga meminimalkan hal yang tidak penting
BalasHapusWah ini kalau ada di Indonesia sangat membantu banget bagi anak-anak kostan, karena bisa menghemat budget makan.
BalasHapusCocok buat yang mau hidup lebih ramah lingkungan tapi tetap realistis sama budget.
BalasHapusMasya allah mbak Dian, anaknya kuliah di Perancis, bisa jadi motivasi untuk aku nih, semoga kelak anak anak bisa kuliah ke luar Negeri juga. Masih 6 tahun lagi, bisa prepare dari sekarang. Btw, gaya hidup zero waste menarik sekali untuk di copy paste di Indo ya kak.
BalasHapussebagai orang kampung, maaf, yang bisa dibilang semua serba terbatas, suka sayang banget kalo tahu ada orang yg masih menghamburkan makanan, sementara kami malah bisa dibilang makan nasi dengan garam asal kenyang,,,
BalasHapussedih kalau lihat sampah makanan yang selain memiliki dampak yang sangat besar terhadap masyarakat, ekonomi, dan lingkungan juga sebagai bagian dari dosa karena ulah manusia yang tidak memanfaakannya sebaik mungkin.
setuju jika mengurangi sampah makanan merupakan peluang yang kuat untuk memberikan dampak positif terhadap perubahan iklim, biaya hidup, dan aksesibilitas pangan. karena itu gaya hidup zero waste ini saya pun berusaha menerapkannya walau tinggal di kampung dan banyak kendala termasuk nyinyiran tetangga
Gaya hidup zero waste memang patut dicontoh, walaupun agak sulit jika diterapkan disini, tetapi tidak ada salahnya berharap kedepannya Indonesia juga sedikit demi sedikit mulai menerapkan metode ini.
BalasHapusDi Indonesia ada yang mirip-mirip begini, Mbak. Ada lebihan makanan dari resto dan hotel juga. Cuma sepertinya memang belum tersebar luas. Tantangan utamanya di Indonesia kan: GENGSI.
BalasHapusbener mbak, sampah makanan di dunia udah makin menumpuk yaa. Bahaya kalau dibiarkan bisa bikin polusi tanah maupun peningkatan gas karbon dari pembusukan makanan. Makanya suka sedih nih kalau misal datang kondangan ada makanan nyisa. Tapi belakangan keknya di Indonesia udah masif juga resto atau hotel atau catering bisa menyumbangkan makanan sisanya. AEON paling nyenengin nih kalau jam 9 malam ya haha :D .Semoga bisa ditiru banyak pihak juga nih.
BalasHapusMantul ada aplikasi Too Good To Go ini selain bisa membantu menyelamatkan bumi dari sampah juga membantu usernya buat dapat produk yang lebih miirng ya.
Sedih banget, kalau ingat di kampung kurangnya kesadaran masyarakat akan dampak sampah terhadap lingkungan. Masih banyak limbah rumah tangga menumpuk di bibir sungai. Pihak terkait juga seakan segan menangani serius.
BalasHapusGaya hidup zero waste ini sangat bermanfaat untuk lingkungan. Penjelasan dan tipsnya mudah diikuti untuk memulai dari hal kecil.
BalasHapusKeren banget ini aplikasinya. Kita bisa beli makanan dengan harga diskon. Selama ini yang aku tahu itu di Aeon, tetapi harus datang ke tempat. Kalau bisa online kan prkatis.
BalasHapus