Kajian Ustadz Fatih Karim: Rumahku, Surgaku
Alhamdulillah, Kajian Ustadz Fatih Karim bertema : "Rumahku, Surgaku" sukses dilaksanakan oleh Forkom Dakwah Al Azhar Kembangan berkolaborasi dengan Forkom Sosial Al Azhar Kembangan.
Acara yang berlangsung pada, Rabu, 3 Desember 2025 ini dihelat di Aula SD/SMP Al Azhar Kembangan dan dihadiri oleh sekitar 250 jamaah yang merupakan Orang Tua Murid dan masyarakat umum.
Menampilkan tausiah dari Ustadz Fatih Karim, penampilan inspiratif dari Kayla Nur Syahwa (Hafidz Indonesia 2018) dan Penyerahan Wakaf Quran Braille kepada Pesantren Cinta Quran.
Sungguh sebuah kegiatan penuh ilmu dan keberkahan yang semoga menjadi ladang pahala baik bagi panitia, jamaah yang hadir juga semua pihak yang mendukung acara.
Nah, pada ceramahnya, Ustadz Fatih Karim mengupas tema: "Rumahku, Surgaku" dengan fokus pada judul "Sakinah Bersamamu"
Berikut isi kajian lengkapnya dengan editing secukupnya.
Ustadz Fatih Karim: Sakinah Bersamamu
Baik, Bismillah. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, alhamdulillahirobbil alamin, washolatu wassalamu ala asrofil ambiya iwal mursalin wa ala alihi wasohbihi wasallim. Asyhadu alla ilaha illallah, wa ashhadu anna Muhammadan abduhu warosuluhu lanabiya ba'da. Allahumma sholli wasallim wabarik ala sayyidina Muhammad wa ala ali Muhammad.
Bapak, Ibu, dan semua yang hadir hari ini, mudah-mudahan pertemuan kita ini, duduk-duduknya kita ini, beginilah kita nanti duduk bertetangga di Jannatul Naim. Jannah Firdaus A'la bersama Baginda Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Aamiin.
Bapak, Ibu, izin saya akan menyampaikan materi yang sangat penting.
Meskipun waktunya tidak lama, tetapi insyaallah materi yang saya sampaikan, insyaallah sudah juga kita amalkan dan kita akan bagikan. Mudah-mudahan kita mendapatkan sakinah fiddunya wal jannah fil akhirah. Aamiin.
Bapak Ibu yang disayang Allah, 4,7 juta bercerai di tahun 2020 (dari 72,9 juta pasangan). Kira-kira ada manusia, 4,7 juta itu banyak apa sedikit? Banyak, banyak banget. Perceraian itu bukan hal yang menyenangkan. Nauzubillah minzalik, jangan dicoba.
Saya anak korban broken home. Semoga Allah memaafkan, mengampuni kedua orang tua kami dan kita semua. Nggak enak, Bu. Wisuda foto sama Bapak tanpa Ibu, karena Ibu nggak mau foto sama Bapak. Ibu datang, Bapak pergi. Waktu acara pernikahan juga semua tertawa, tersenyum bahagia di acara yang indah. Di sebelah menantu, di sebelah mertua saya, ada istri, ibu mertua. Di sebelah saya, bergantian.
Ada bapak tiri, gantian dengan ibu tiri. Kalau mau kunjungan ke cucu juga berbeda. Intinya tidak enak. Jangan coba-coba mengambil keputusan ini. Ini kondisi yang sangat-sangat tidak menyenangkan.
Tahun 2021, angkanya lebih gila lagi, naik lebih pesat (53,5%). Kenapa? Pandemi. Bapak-bapak, Ibu-ibu kumpul di rumah terus. Dulu pengin banget kumpul di rumah, ternyata sering-sering kumpul di rumah malah bosen, ternyata. Kenapa? Lu lagi, lu lagi. Istri sebal melihat suami di pandemi, masih ingat? Suami tidak bisa berangkat kerja, bangun tidurnya kesiangan, istrinya kemudian enggak bisa masak karena suaminya di PHK, ribut, bercerai.
Dan perceraian ini, ya, bukan hanya meningkat, bahkan kita sekarang ini ya, Kembangan, ya dikit-dikit lah beda tipis ya, Jawa Barat, kita ambil kasus Jawa Barat. 10 kasus perceraian per jam. Jadi kalau kita kajian per jam, di luar sana ada 10 rumah tangga yang bercerai, 1 jam, Jawa Barat. Makanya Bapak-bapak kalau mau cari janda, pergi ke Jawa Barat. Hm? Sukabumi banyak, Garut banyak, Tasik banyak, dengan syarat, bapak-bapak harus pura-pura jadi single, ya. Hapus foto istri, ya. 🙈
Begitulah kejadiannya, 10 kasus perceraian di Jawa Barat paling tinggi, bayangkan korbannya anak-anak kita. Mereka tidak mendapatkan kasih sayang utuh. Mereka tidak mendapatkan cinta yang lengkap karena bapak dan ibunya tidak bersama, bahkan mereka bingung harus ikut siapa.
Saya bingung, Bu, Bapak, karena saya SD kelas 6, bapak ibu saya pisah. Bapak saya bilang, "Ayo, sekarang kamu pilih, ikut Bapak atau ikut mamamu?" Hm. Takut kan, anak SD. Saya bilang, "Ikut Bapak." Ibu saya bilang, "Ya sudah, Mamah malu lahirin kamu. Pergi sana sama Bapakmu. Ikut Ibu." Bapak saya bilang, "Silakan dengan ikut ibumu, jangan pernah kira Bapak akan ngirimin jajanmu. Ikut Bapak.
Karena, sampai hari ini sudah sebesar setua ini, saya merasakan sakit jadi keluarga broken home. Yang pernah merasakan dan sedang merasakan, tahu rasanya, yang tidak, jangan. Kenapa? Luka jiwanya dahsyat, Bu.
Anak broken home itu kalau dia baik, bisa baik banget, tapi kalau tidak, dia akan merusak rumah tangga berikutnya. Makanya rata-rata orang kalau mau menikah dengan latar keluarga broken home, keluarga pihak sebelahnya minta apa? Tolong pikirkan ulang. Kenapa? Mereka dari keluarga broken home, biasanya suka ketularan karena alam bawah sadarnya memudahkan untuk berpisah.
Bukan cuma bercerai, bahkan KDRT di Indonesia makin menggila. Ibu-ibu lihat kemarin? Polisi sampai bingung nyari, sebulan nggak ketemu jenazah istri yang dibunuh dengan cara dipotong-potong. Ketahunnya di mana, Bu? Di tong. Dimasukkan jenazahnya, dicor dari atas, dicari enggak dapat ternyata, tong itu panas hujan, panas hujan, bau. Baunya bocor keluar, dibongkar tongnya, ternyata potongan-potongan tubuh istrinya.
KDRT 80%, Bu. Ngeri. Ya. Kemarin kejadian lagi kan? Seorang istri mengalami stres karena suaminya kurban tahun lalu, rugi, cuma 100 juta. Tapi KDRT berlaku, stres suami pulang ke rumah dipotong-potong, dagingnya dibagikan menjadi hewan kurban, dibagikan ke tetangga. Bukan cuma itu, KDRT menjadi tontonan kita hari-harian di sosial media, biasa untuk pelak, pukul istri. Istri bukan sansak.
"Istri itu terbuat dari tulang rusuk yang bengkok," kata Nabi. Kalau kita keras, dia patah. Dia bukan terbuat dari tulang kaki yang Bapak bisa injak-injak sesuka hati. Dan dia bukan tulang kepala yang dia mau menang sendiri. Dia tulang rusuk yang bengkok. Kata Nabi, "Berhati-hatilah, kalau kamu keras, dia patah, kamu biarkan dia tetap bengkok."
Tapi KDRT itu bukan hanya dilakukan kepada perempuan, bahkan istri sekarang juga berani KDRT. Kemarin kejadian di Kendari. Bapak-bapak hati-hati, Pak. Mulai sekarang tidurnya tolong digembok. Kenapa, lagi tidur, maaf, celananya dibuka oleh istrinya, dipotong dengan gunting rumput, srot, putus itu. KDRT. Kenapa? Karena suaminya suka selingkuh. Jajan sono, jajan sini. Dinasihatin ustaz nggak mempan. Dikasih tahu baik-baik nggak bisa. Didoakan sudah jedil, bibir doang. Istri nggak puas ambil gunting rumput, Bu. Buka lagi tidur, sret, putus, Ibu. Nggak ada ente.
Jadi jangan dikira ya, KDRT itu hanya dilakukan kepada perempuan karena perempuan lemah, tapi perempuan juga sekarang berani KDRT. Dan angkanya gede, Bu, 20%. Ini data-data valid hari ini. Betapa rumah tangga, benar tadi kata host kita, bukan lagi menjadi surga, tetapi menjadi ngeri, menjadi neraka.
Suami nggak mau pulang ke rumah, kenapa? Siapa yang mau masuk neraka? Pulang berantem. Anak nggak rindu lagi pulang, lebih betah nongkrong di mal, nongkrong di kafe, daripada ngomong sama Mama. Sampai mereka sekarang buat baju, Bu. Tulisannya apa? Malas ah, pulang. Giliran pergi dicariin, giliran pulang dimarahin.
Rumah enggak jadi surga bagi istri. Makanya ibu-ibu lebih suka nongkrong sama temannya daripada pulang ke rumahnya. Ciri-cirinya suka nge-mal. Hah? Kenapa? Karena mereka menganggap human itu nggak asyik. Human nggak asyik. Ketawa-ketawa jerit-jerit. Rumah yang dikatakan baiti jannati itu, ibu-ibu semuanya, bukanlah rumah yang terkait dengan fisik, ternyata.
Ternyata, rumah yang dikatakan baiti jannati itu ada sakinah di sana. Jadi, kenapa rumah tangga kita menjadi nar? Kenapa ada perceraian, KDRT, dan semua yang ada? Karena hilangnya sakinah.
Hilangnya sakinah menyebabkan rumah tangga nggak lagi dirindukan. Istri lebih enak curhat sama Ustaz daripada ngomong sama suami, kayak ngomong sama tembok, Ustaz. Pernah ketemu orangnya? Oke. Bahkan suami juga bilang, "Enggak enak pulang ke rumah, Ustaz. Kayak pulang ke neraka, mendingan gue malam ini ke tukang pijat." Iya, kenapa? Karena dia sudah enggak terasa, rumah itu lebih indah daripada tempat diajak di luar.
Ya, anak-anak juga begitu, akhirnya rumahnya pecah, hancur. Kenapa? Hilangnya sakinah. Hilangnya sakinah, kecuali Bapak-bapak nikah sama istri namanya sakinah. Makanya nanti kalau nikah, cari istri yang namanya sakinah. Insyaallah sakinah hingga Jannah.
Saya bilang, "Ya Allah, Mama masih ngantuk, ayo cepat." Baju saya sudah diberesin dari Medan, saya lahir dan besar di Medan. Dari Medan, kita ingat banget naik pesawat pagi habis subuh terbang ke Jakarta, ke rumah kakaknya Mama di Jakarta. Sebulan kemudian, bapak saya menyusul. Begitu terus, lari lagi ke Palembang, lari lagi, begitu terus. Kenapa? Rumah juga bukanlah sesuatu hal yang indah, padahal mobil kami ada empat dulu. Rumah kami gede sekali, karena bapak saya pengacara terkenal di Kota Medan, sampai hari ini.
Apa artinya, sakinah itu tidak ditentukan dari seberapa besar rumah Ibu? Karena sakinah itu ada di jiwa, bukan ada di fisik. Saya kemarin datang ke sebuah rumah Ibu pejabat, luar biasa. Begitu saya datang duduk, Bu, di kursinya, saya nggak bisa berdiri. Kenapa? Kursinya, masyaallah, lembut banget. Seumur hidup, belum pernah saya duduk di kursi selembut itu. Ibunya datang saya tanya, "Ibu, maaf sebelum kita ngobrol, dia mau curhat." "Ini kursinya lembut banget." "Iya Ustaz, itu kulitnya, kulit bayi rusa dari Rusia." Ibu tahu, gimana caranya nyari bayi rusa? Masyaallah. Berapa harganya? Lampunya, Bu, lampu gantungnya, masyaallah, itu harganya miliaran. Dinding rumahnya, ya Allah, indahnya. Mobilnya, Bu, saya turun dari mobil saya, mobil sport-nya 17.
Tapi apa? Begitu saya tanya, loh, katanya mau ngobrol sama Bapak. Bapak mana? Loh, Ustaz belum tahu, kan suami saya di KPK. Sebelum di KPK, kan kemarin rame hamilin. Oh, bukan yang itu, beda lagi. Kami, oh ya Allah, Bu. Ternyata, sakinah itu tidak identik dengan rumah mewah, nggak ada hubungannya. Enggak ada hubungannya Ibu sakinah dengan foto di bawah Gunung Fuji, enggak ada hubungannya. Eh, enggak ada hubungannya Ibu foto di Menara Eiffel, kemudian sakinah, enggak ada hubungannya.
Rumah Nabi itu kecil, lebih gede lagi ruangan ini daripada rumah Nabi. Rumah Nabi itu kecil, Ibu. Tapi sakinah ada di dalamnya, ada canda, ada tawa, ada kemudian canda dan tidak ada fitnah. Rumah kita gede, tapi rumah duka. Rumah yang isinya air mata. Kalau rumah isinya air mata, namanya rumah, rumah duka.
Serumah tapi nggak sejiwa, tidur bareng tapi jiwanya beda, punggung-punggungan. Serumah tapi nggak sejiwa, lama-lama jadi rumah sakit jiwa. Itulah rumah yang tidak ada sakinahnya. Nah, sakinah itu apa? Kita harus tahu karena kita sering kali ngomong, kita enggak ngerti arti.
Saya sering tanya sama jemaah, coba, Bu, apa artinya sami'allahu liman hamidah? Tuh, mana yang ini datang nih. Berarti selama ini kita salat, kita menghadapi hati. Apa itu mawadah warahmah? Banyak orang enggak tahu, tapi kalau ada acara pernikahan selalu kita bilang, semoga sakinah mawadah warahmah. Kita ngomong, kita enggak ngerti arti. Maka mulai hari ini, Bu, stop terampil beragama. Agama itu bukan keterampilan, tapi agama itu pemahaman. Harus paham apa yang dilakukan, harus paham apa yang diucapkan.
Ibu-ibu yang disayang Allah, apa itu sakinah? Allah subhanahu wa ta'ala 1.400 tahun yang lalu mengabadikan di dalam Al-Qur'an. Dan ternyata sakinah itu bisa didapatkan, bisa dinikmati, dan bukan berarti rumah tangga sakinah itu tanpa konflik. Tidak, tapi mereka rumah tangga yang penuh dengan ketenangan, sehebat apapun konflik yang mereka jalani.
Ibu-ibu yang disayang Allah, Bapak, Ibu yang disayang Allah, ini ayat langganan pernikahan. Kaila sering bacain kalau undangan pernikahan, betul? Betul? Oke. Ustad pengin itu dengar suara Kaila. Kaila, minta tolong Ustad dibacakan lagi Quran Surat Ar-Rum 21.
Ini bahaya nih, Bu, kalau bahaya kalau kita dari jenismu sendiri. Ini akhirnya ayatnya dipakai sama teman-teman LGBT. Dipakai apa? Berarti nikah itu dari jenismu sendiri. Padahal maksud ayat ini itu jenismu sendiri, manusia. Jadi kita tidak boleh nikah dengan binatang, dengan jin, tapi dengan manusia, karena kita diciptakan dari jenis manusia. Kemudian Allah katakan, ya, litaskunu ilaiha. Supaya apa kamu bersamanya? Supaya kamu itu taskunu ilaiha, tenang, nyaman, asyik, betah berlama-lama dengannya.
Sekarang saya tanya, Ibu-ibu, Bapak-bapak, jujur jawab dalam hati, apakah kita betah berdua dengan suami kita? Alhamdulillah. Oh. Apa yang gampang? Kalau diri transfer bertambah, Ustaz. Apakah kita merasa nyaman cerita dengannya? Apakah kita nyaman hidup bersamanya? Bu, hati-hati. Di sini banyak senior saya. Banyak senior saya, izin. Pengalaman hidupnya sudah luar biasa lebih lama. Tapi hati-hati, rumah tangga itu bahagia tidak ditentukan dengan angka-angka. Bukan berarti rumah tangga yang 30 tahun lebih bahagia daripada yang 15 tahun. Bisa jadi 30 tahun. Menderita, menahankan sakit selama 30 tahun, baru kemarin saya mendamaikan enggak berhasil. Kenapa? 37 tahun bersama, akhirnya pisah juga.
Kenapa? Karena rumah tangga itu tidak dihitung oleh angka-angka. Bukan berarti makin lama makin bahagia, belum tentu. Makanya apa? Yang penting litaskunu ada di sana. Nanti saya jelaskan, sakinah itu apa?
Nah, kemudian Allah katakan waja'ala, di sini ada ja'ala, ada janji Allah akan menjadikan kamu jadi apa? Jika kamu berupaya, Allah akan menjadikan di antara kamu itu mawaddah warahmah. Keren, Bu, Pak, Allah pilih katanya keren. Allah enggak pilih bainnakum mahabbah. Mahabbah itu artinya apa? Cinta, tapi Allah enggak kasih mahabbah katanya. Tapi apa? Mawaddah. Apa itu mawaddah? Lebih hebat dari cinta. Apa itu mawaddah? Mau hidup bersama, mau sakit bersama, mau kemudian merasakan gelap bersama, terang bersama. Itu mawaddah, lebih tinggi dari mahabbah.
Allah itu kalau pilih kalimat dalam Quran enggak sembarangan, Bu. Masya Allah, ya. Kemudian apa? Warahmah dan ini tanda-tanda kekuasaanku bagi kamu yang mau terus berpikir dalam rumah tangga sebagaimana aku memberikan nikmat kepadamu yang begitu besar.
Bapak, Ibu yang disayang Allah, apa itu litaskuunuu ilaihaa? Menurut tafsir Jalalain dikatakan, di sana supaya kamu betah dengannya, itu litaskuunuu ilaihaa. Jadi, kalau kita betah lama, ngobrol, tatapan mata, cerita bareng, sharing, di-talk, berarti dapat husakinah. Tapi kalau, kenapa ini Ustaz, ya? Rumah tangga itu ya Allah, AC-nya di rumah banyak banget, tapi terasa gerah. Nggak betah ngobrol sama dia, baru ngomong sekali dibentak. Baru ngomong dikit, nggak salah. Baru cerita dikit udah ribut. Berarti apa? Dicabut titaqun ilaihi-nya. Apa itu ilanya?
Nah, agar rumah itu seperti surga yang dipercepat di dunia, ada tiga pilar. Ada berapa? Tiga pilar, simak ya, saya kasih tiga pilar itu buat Bapak, Ibu semuanya, insyaallah.
1. Yang pertama, jadikan pasangan Anda berharga dan ada
Berapa banyak rumah tangga yang menganggap istrinya nggak ada? Coba, beruntung nggak Bapak ini dapat istri yang bulat? Beruntung nggak? Coba lihat gambarnya. Itu istrinya duduk di situ, lihat ada tanda merah di situ. Itu kalau istrinya kurus kayak ibu-ibu, mobilnya di mana? Sejuta. Artinya apa? Untung dia ada. Berarti, saya bilang sama ummu sajat istri saya dulu kalau waktu nikah sama saya tuh beratnya 48 Bu. Sekarang beratnya mantap. Saya bilang, dia sedih dengan berat badannya karena anaknya sudah dua, saya bilang, "Jangan sedih, nanti di yaumil mahsyar yang paling berat timbangannya duluan masuk surga." Betul? Timbangan amal saleh. Bukan timbangan berat badan.
Tapi suami bahagia, kenapa? Karena istri ada di sampingnya, dia ada. Bu, berapa banyak suami beli mobil enggak bilang istri, beli apartemen enggak bilang istri, kawin lagi. Benar, iya kan? Kenapa? Enggak pernah dianggap. Ibu enak nggak nggak pernah dianggap? Berarti kan nggak di-mute, nggak dianggap. Ibu juga begitu, mau ke sini tadi izin apa info? Udah sampai sini baru, "Pak, aku kajian ya." Itu namanya info. Harusnya izin, dan suami berhak untuk bilang tidak, tidak. Minta sama panitia link Zoom-nya. Kamu di rumah, bertemanin aku yang sedang sakit. Kamu nggak boleh ikut offline, ikutnya online. Bisa suami begitu? Bisa.
Anggap suami Anda izin, keluar rumah izin, maka sakinah itu adalah apa? Saling menghargai. Sekarang sudah nggak dianggap harga istrinya, mengambil keputusan, keputusan sendiri. Ngomong-ngomong sendiri, pergi-pergi sendiri, hilang sakinah itu. Ibu-ibu yang disayang Allah, apa itu menganggap saling ada? Jangan merasa si paling.
Kenapa jangan menganggap si paling? Karena kalau ada si paling, berarti yang lain dilemahkan, si paling capek. Apa kata istri? Kamu tahu? Aku nggak dikasih pembantu, anaknya tujuh.
Hiji setahun hiji. Bayangkan ngurus anak segitu, aku paling capek, kata suaminya. Kamu enggak ngerasain ya. Setengah lima udah di kereta, dari mulai penganggaran sampai dikasih, kakiku berdiri satu, setiap hari selama berpuluh tahun dan berapa bulan ini enggak ada diberi bonus sama bosku, aku juga paling capek. Bu, kalau dua-dua merasa si paling, gimana, Bu? Enggak ada. Kenapa? Karena sama-sama saling melemahkan, bukan saling menguatkan. Maka apa? Anggap dia ada.
Ya, next. Nih Bu, perkataan Ibnu Abbas, paman Nabi, terkenal sekali pernyataan ini, Rodhiyallahu Anhu. Apa kata beliau? Sungguh, aku suka berhias untuk istriku. Makanya Bapak-bapak punten Pak, wangi. Saya wangi, tapi wangi saya buat istri, bukan buat orang lain. Lihat, kumis bersih, gigi bersih. Maaf ya, Bu, bersih, terawat semuanya, badan olahraga. Untuk apa? Aku berhias untuk istriku, sebagaimana ia berhias untukku. Dan aku pun suka meminta agar ia memenuhi hakku yang wajib ia tunaikan untukku. Sebagaimana ia pun meminta dipenuhi haknya yang wajib aku tunaikan. Berarti pernikahan itu saling, saling, Bu. Cerai itu kan saling. Mana mungkin cerai bisa sendirian?
Ya, kehancuran itu saling. Pernikahan itu kuat juga saling. Di sini juga banyak ayah bunda kita yang sudah senior. Siapa di sini ayah, izin ayah yang sudah 30 tahun usia pernikahan? 40 tahun ayah, Masya Allah, Bunda tua, iya. Tuh, 46, berarti umur ibu saya, saya usia 46. Berarti umur ibu saya, umur ayah saya. Bayangkan 46 pertahun bersama. Mertua saya kemarin 50 tahun bersama, jadi sudah usia emas pernikahannya.
Saling. Kalau tidak saling ya repot. Mengapa? Tidak pernah dianggap saling membahagiakan. Maka, sakinah itu saling membahagiakan. Lihat, apa kata Al-Qur'an? Dan mereka, para perempuan, mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban menurut cara yang patut. Artinya apa? Berikan apresiasi apa pun, sebaik apa pun, sekecil apa pun kepada pasangan kita. Apa sih susahnya ngomong terima kasih?
Saya baru pulang, Bu, dari Jepang. Kabar gembira buat kita semua yang sudah berwakaf, Masjid Indonesia pertama di Yokohama, Jepang, alhamdulillah masjidnya sudah 70% selesai.
Mengundang ibu-ibu di Puri Kembangan, di Al-Azhar. Mengundang ke Jepang, boleh? Boleh. Bulan Januari, di musim salju, masjidnya sudah jadi. Dan nanti musim Sakura, masjidnya sudah properly bisa digunakan sempurna. Masjidnya belum jadi, 120 orang warga Jepang asli masuk Islam. Masjidnya belum jadi, gimana kalau masjidnya sudah jadi? Ibu harus ikut wakaf, Bu. Itu rugi banget kalau nggak ikut, Bu. Atas nama ayah, ibu, masya Allah. Ya, waktu saya di Jepang, mau tidur istri saya berulang kali, "Abi, apa? Makasih udah ajak Umi bolak-balik." Abi kan bisa pergi sendiri tanpa Umi, tapi Abi selalu aja butuh Umi. Ngomongnya tulus, Ibu, makasih.
Sekecil apapun. Tapi kan nggak pernah kata terima kasih itu rasanya berat banget dibuatin kopi, dah. Ah, dibuatin teh, hmm. Rumah tangga kayak tanah ibu kering. Kaku, keras, kasar, hargai. Cantik banget kamu hari ini. Kecil, ibu-ibu yang paling lemah apanya? Telinganya, begitu dibilang, "Cantik banget, kurus banget!" Itu terbang sampai ke tujuh. Tapi suami jarang memuji. Akhirnya, karena jarang dipuji, butuh validasi. Akhirnya upload, pipinya ditirusin. Aku kurus, kalau foto sama Ustaz Fatih miring. Kenapa? Karena kalau begini bulat. Dan fotonya Ustaz, dimiringkan Ustaz, supaya kelihatan tinggi.
Karena tidak senang dipuji. Istri saya senang kenyang pujian. Bu, punten. Ibu enggak usah puji-puji saya, kenapa? Saya sudah kenyang. Ibu buatin saya makanan ini sekarang. Saya bilang apa? Saya mau pulang ya, Bu. Kenapa? Wareg, Ibu. Tahu wareg?
Tadi pagi aja, masya Allah. ya, sudah usia segini, 46 kayak masih usia 45. Tiap hari kita bercanda. Kalau usia 45, ya Allah diskon cuma setahun 25, kayak gitu ya. Masyaallah. Puji, kasih apresiasi, Ibu, anak-anak kita juga, ih, Kakak hebat banget, Kakak pintar banget. Bu, orang-orang yang kenyang apresiasi mereka enggak akan cari validasi di luar. Nggak butuh. Nggak butuh, ngapain? Kenapa? Sudah kenyang, maka pilar yang kedua. Catat, ingat, pilar yang pertama apa? Nilai yang pertama apa? Jadikan dia ada. Jangan anggap dia enggak ada, hargai dia.
2. Yang kedua, bangun komunikasi yang hangat
Bangun apa? Komunikasi yang hangat. Kita lihat, 11 dari 10 masalah rumah tangga bermula dari ngobrol. Uh, 11 dari 10. Berarti kalau ada juara, juara 11 dari juara dari 10 orang, gimana dong? Kenapa ada 11 dari 10? Karena ternyata ustaz-ustaz, konsultan pernikahan juga banyak yang bubar rumah tangganya. Kenapa? Karena mereka pun tidak bicara dengan pasangannya. Saking ngerinya, Bu, maksudnya. Kenapa? Karena yang ngomong di luar, di depan itu ternyata juga nggak ngomong sama istrinya. Makanya saya bilang, ngobrol nggak penting itu penting.
Ya. Ngobrol enggak penting itu penting. Kenapa ngobrol enggak penting itu penting? Ibu, jujur di sini. Yang sama suami sama istrinya dulu pacaran, jujur. Ini bukti-bukti semua. Ayo jujur, yang pernah pacaran? Alhamdulillah. Masa lalu, oke. Dulu, dulu waktu pacaran sama dia, berapa lama duduk berlama-lama? Lama. Ih. Beres di kafe, lanjut di bioskop. Habis di bioskop, lanjut di mobil. Habis di mobil, lanjut di jalan. Ya Allah, ngobrol terus, betul?
Ketika sudah menikah itu hilang, bosen. Bukan bosan, bukan bosen karena suami stres ditanyain token habis. Alhasil sudah minta transfer. Dia menghindar karena ngobrolnya selalu penting. Makanya ngobrol enggak penting itu penting. Tadi malam tuh kita makan pecel lele ya berdua di warung tenda. Kita gibahin tuh lelenya. Ini lele gorengnya kering banget ya, bandinginnya sama pecel lele sebelah ya. Iya, gorengnya itu enak banget, lelenya terasa juicy. Dibahas, enggak penting, tapi ngobrol enggak penting itu penting.
Ya, jadi kita sudah kehilangan komunikasi. Lihat Bu, prinsip komunikasi yang hangat, jadilah pendengar yang empati, gunakan bahasa tubuh yang positif. Ya, kemudian apa lagi? Hadirkan kelembutan dalam bicara, hindari kata-kata generalisir, dan beri pujian dan apresiasi. Ngobrol! 90% isi pernikahan itu ngobrol.
Ustaz, ada yang kami minta tuh udah 5 tahun nggak ngobrol. Saya bilang, "Loh, terus kenapa berantem sama suami?" Ngobrolnya melalui anak. Itu bagaimana ya, Bu? Jadi kalau bilang sama bapakmu, nanti malam beras habis. Bapaknya juga bilang sama Ibumu, ambil sendiri uangnya di ATM. Ya Allah, Bu, 5 tahun ini binasa, enggak ngobrol. Hah?
Hah? Jadi pertanyaannya, masihkah ada sakinah di sana? Hilang sakinah itu. Maka, Ibu-ibu yang disayang Allah, sakinah itu terjadi dengan intim fisik. Adalah metode komunikasi yang kuat, jika pasangan Anda meniadakan komunikasi fisik, itu berarti sesuatu yang tidak seimbang dalam rumah tangga Anda. Kenapa? Karena sudah hilang ruh rumah tangga. Apa itu? Ngobrol. Coba lihat Qur'an. Coba baca Qur'an, banyak enggak obrolan di Qur'an? Banget.
Dan catat, Bu, catat, mumpung ada bapak-bapak, obrolan Bapak dengan anak lebih banyak daripada Ibu dengan anak. Karena yang suka mengontrol siapa? Ibu. Tapi di dalam Quran boleh dicek, obrolan bapak dengan anak lebih banyak. Ibrahim dengan Ismail, bapak anak, ibu anak? Iya. Nabi Yusuf dengan ayahnya, bapak anak atau ibu anak? Bapak anak. Iya. Apalagi, keluarga Imran. Bapak anak, Bu. Tapi anehnya, bapak-bapak sekarang, punten, Bapak-bapak, kecuali yang di sini, bapak-bapak yang di luar. Malas banget ngobrol sama anak. Malas banget main sama anak. Makanya, Bu, gimana cara saya? Sekarang saya buat acara namanya RWD, Riding with Dad. Jadi, naik motor, anaknya dibonceng masih kecil.
Masih kecil, kita jalan-jalan pakai motor. Begitu saya buat acara itu, banyak bapak-bapak malu. Kenapa? Selama ini canggung dengan anaknya. Anak Indonesia banyak yang fatherless. Apa itu fatherless? Bapak ada, tapi tidak ada. Ada bapak? Ada, tapi kayak nggak punya bapak. Dampaknya apa? Kalau anak perempuan, dia akan nempel, nemplok sama cowoknya. Kenapa? Nggak ada sosok bapak. Kalau anak cowok, dia akan jadi laki-laki yang lemah pada saat menjadi suami. Maka jangan main-main dengan fungsi ayah. Pilar yang ketiga,
3. Yang ketiga berikan pasangan Anda perhatian lebih
Berikan apa? Perhatian. Perhatian lebih, jangan standar. Sudah makan? Sudah minum? Sudah minum obat? Itu mah basic. Kasih yang lebih. Apa itu yang lebih? Jangan meludah di sumur sendiri. Paham maksudnya? Paham maksudnya? Pernah meludah di sumur sendiri? Diludahin, diludahin, diludahin, airnya diminum. Apa itu? Buka aib suami di depan umum. Gitu. Jangan dikit-dikit di-upload, Ibu. Suami kok pelit. Giliran sama orang dia ketawa, di rumah taramulu. Aduh. Iya kan? Upload jangan dikit-dikit upload, jaga. Sebagaimana suami itu menjaga aib kita, kita pun menjaga aib di luar. Iya kan?
Ya, izin ya, Bu. Saya mau cerita sedikit, 5 tahun saya jadi tukang sate keliling komplek. Namanya Sate Kabayan. Nggak banyak yang tahu, saya tukang sate, Bu. Satenya itu, Bu, kayak bakso malam, depannya motor, belakangnya gerobak. Keliling komplek, Ibu. Saya masih ingat, karena saya pakai rekamannya. Suaranya begini, Bu. Sate, sate, sate ayam, sate jamur, sate kambing, sate Kabayan.
Saya jualan sate. Apa yang saya tanggung dari istri saya, Bu? Seribu perak, 10.000 perak saya karetin.
Kumpulin malam jam 09.00 setoran ke istri untuk belanja hari ini. Istri saya apa, Bu? Ambil, cium. Makasih ya, Bi. Bu, itu laki-laki kayak disiram salju. Sejuk, Bu. Dan saya Dan satu yang saya tidak pernah lupa, Pak, saya waktu itu pernikahan anak bungsu, waktu saya jadi tukang sate, saya enggak bisa beli kulkas. Jadi kalau beli sayur harus ke pasar, bukan beli sayur di warung karena mahal, mendingan langsung masak. Dan karena tidak punya kulkas, nyimpannya di mana?
Oh, berarti enggak ada yang nyimpan di situ, ya. Di sini mah ibu-ibu berkulkas semua. Kalau nyimpan sayur, supaya awet, nyimpannya di mana? Tim mandinya di kamar mandi. Kamar mandinya di mana? Di pinggir bak, sayurnya ditaruh di pinggir bak. Dulu mertua saya pas datang ke rumah kita, pas tokennya habis karena nggak bisa listrik. Mandilah mertua saya, Bu. Begitu mandi, jebrot, eh, daun bawang. Jebur, daun, kangkung. Begitu mandi selesai banyak daun, kan kamarnya cuma satu, kontrakan saya, Bu, 8 juta setahun. Setahun kan 12 bulan, berarti setahun sebulan nggak nyampe 1 juta, 800 ribuan sebulan. Nggak ada listriknya, mati, tokennya habis. Mertua saya bilang, "Kalian nggak punya kulkas ya?" Apa kata istri saya? "Tuh lihat, Bu."
Bukan malah dia bilang, "Iya, makanya dulu Papa tuh nikahin aku sama dia." Nyesel, tahu enggak? Enggak. Apa kata istri saya? "Kulkas kita itu ada, Agung, cuma lagi di-service." Padahal dia bohong, Ibu. Demi untuk menjaga marwah suaminya. Saya kedengaran di dalam, nangis saya, Ibu. "Kulkas ada kok, Agung. Justru sore ini mau ngajak Agung ke pasar, kami mau beli kulkas baru." Padahal apa? Dalam hati, duit dari mana?
Itu saya ingat sampai mati, nanti saya bawa apa? Istri saya tidak pernah membuka aib saya di rumah, ditutup itu. Apa kata Quran? Kamu pakaian baginya dan dia pakaian bagi. Tutup, jangan diceritain. Maka komunikasi yang hangat itu dan kemudian rasa untuk menutupi dan membanggakan pasangan dengan memberikan perhatian lebih, apa kata Nabi? Mukmin yang paling baik adalah mukmin yang paling baik. Baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu yang paling baik sama istrinya. Siapa laki-laki terbaik? Yang paling baik sama.
Dia, ini hadis Nabi. Jadi kalau bilang sama suami, siapa laki-laki terbaik? Bukan yang paling tebal dompetnya. Siapa laki-laki terbaik? Bukan yang paling tebal kumisnya. Siapa laki-laki terbaik? Bukan yang paling mewah mobilnya, laki-laki terbaik yang paling sayang sama istrinya. Dan apa kata Nabi? Aku adalah laki-laki yang paling baik sama keluarga. Masyaallah, Bu. Siapa laki-laki yang paling kaya?
Kembali, itu kan tadi istri, sekarang kebalik. Siapa suami yang paling kaya? Kembali. Kalau itu kan tadi istri ke suami, siapa laki-laki yang paling kaya? Yang punya wanita salihah kayak ibu-ibu di sini. Amin. Kenapa? Karena ada hadisnya, dunia ini perhiasan. Dunia ini perhiasan. Berarti dunia ini perhiasan, sebaik-baik perhiasan dunia istri-istri salihah. Berarti suami ibu-ibu yang ada di sini laki-laki paling kaya di dunia. Amin.
Bilang, "Bu, nanti pulang," kata Ustadz Fatih, dan kata Nabi dalam hadisnya, "Kamu laki-laki terkaya, Mas." Kenapa? Kamu punya istri yang bernama.Ibu-ibu yang disayang Allah, maka harmonis dalam rumah tangga terletak saling memahami dan memperlakukan pasangan dengan kelembutan. Suami istri adalah pakaian satu dengan yang lain, maka saling menjaga, saling melindungi sesama kita dan itu adalah pakaian dan kehormatan bagi mereka dan.
Dan saya kasih tips agar memberi perhatian lebih. Satu, meringankan beban pasangan. Sudah nyuci piring, sudah tahu nggak ada pembantu, cucilah sendiri. Baju cucilah sendiri. Ibu kalau hidup di Jepang, suami Jepang, Bu, dia yang cuci mobil. Dia yang masak, dia yang nyetrika. Kenapa? Nggak ada pembantu. Di Jepang pembantu mahal, nggak sama kayak di sini. Satu orang pembantunya tujuh. Di Jepang nggak ada, makanya mereka ngurus anak, mereka.
Karena mereka nyetir mobil, mereka semua. Karena apa? Mahal, Ibu, rumahnya kecil. Mau tidur di mana pembantu, orang kamar cuma dua. Tinggalnya di Tokyo. Mahal, Ibu. Makanya apa? Makanya saling bantu, meringankan beban pasangan. Sudah tahu istri capek, ringankan. Jaga komunikasi saat terhalang jarak, telepon, nanya kabar. Lagi ngapain, makan apa, dulu lagi pacaran, ada grup.
Ada bulu mata jatuh ya? Eh, bulu mata jatuh. Kayaknya bukan tangan aku ya? Sekarang. Pret, pada waktunya. Ya, yang ketiga. Tunjukkan kasih sayang secara fisik, peluk kenapa sih? Cium kenapa sih? Dulu ciuman aja. Sekarang kenapa tidak? Bu, dulu yang haram saja ibu semangat.
Itu kan haram. Kenapa yang halal males-malesan. Ibu-ibu yang ke-empat, berikan kejutan yang sederhana. Ayo tutup matanya, tutup matanya. Tangannya ke depan. Tiba-tiba cincin ya.
Kejutkan Ibu. Allahu Akbar, istri saya itu Bu, dikasih kejutan, senang. Saya juga senang, tiba-tiba lagi bangun tidur, hah dikasih kejutan lagi, senang juga. Jadi, saling Ibu. Ya, kemudian apa? Yang keempat, luangkan waktu untuk bersama pasangan. Maaf, jangan bawa anak dulu, lagi berdua. Ke mana? Ke Gunung Merapi. Udah dijelasin terus. Ke mana? Ke mana? Ke Gunung Bromo. Ke mana? Adventurer. Duapan, enggak ada anak-anak. Kami sering melakukan itu dan enggak mau bawa anak-anak. Kadang-kadang kita umroh berdua aja, enggak bawa anak. Berdua.
Berdua aja nangis di depan Ka'bah. Peluk, cium lagi, doa lagi, ya Allah, sakinahkan kami. Ya, ibu-ibu yang bisa ya Allah, doakan pasangan, ini yang paling penting. Jangan pernah lupa ada doa untuk mereka dalam doa kita. Tidak cukup hanya di dunia. Nah, ini terakhir, tidak cukup hanya di dunia. Sakinah itu adanya di dunia, tapi dia bisa sampai ke jannah-Nya. Apa kata Allah? Udkhulul jannah. انتروا ازواجكم تذللون. Masuklah ke dalam surga, kamu dan pasanganmu akan dibahagiakan. Berarti sakinah itu di dunia dan bisa dibawa sampai surga. Ibu-ibu yang dicintai Allah, mudah-mudahan bermanfaat, insyaallah.
Insyaallah, di lain kesempatan kita akan lebih dalam belajar. Insyaallah semoga bermanfaat, barakallah fiikum. Asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kesimpulan
Ustadz Fatih Karim lalu memperkenalkan konsep "sakinah" (ketenangan) sebagai fondasi rumah tangga yang bahagia, menjelaskan bahwa ketiadaannya dapat menyebabkan masalah pernikahan. Ustadz menguraikan tiga pilar untuk mencapai sakinah dalam pernikahan: Membuat pasangan merasa dihargai dan hadir. Membangun komunikasi yang hangat, menekankan pentingnya percakapan yang tidak penting dan mendengarkan secara aktif. Memberikan perhatian ekstra kepada pasangan, termasuk meringankan beban mereka, menjaga komunikasi jarak jauh, menunjukkan kasih sayang fisik, dan menawarkan kejutan sederhana.
Di akhir ceramah Ustadz menyimpulkan dengan menyatakan bahwa sakinah tidak hanya di dunia ini saja, tetapi dapat juga sampai ke akhirat, sebagaimana dijanjikan dalam Al-Quran.
Semoga bermanfaat...💖
Salam
Dian Restu Agustina


.png)
.png)

Posting Komentar untuk "Kajian Ustadz Fatih Karim: Rumahku, Surgaku"