[Tanpa judul]
Enakan Mana, Normal atau Caesar? Sama Enaknyaaaa!
Tentang Kehamilan Saya
Sembilan tahun lalu, 13 April 2009, saya menginap semalam di rumah sakit untuk mempersiapkan kelahiran si bungsu yang dijadwalkan dalam persalinan caesar pada keesokan harinya, 14 April 2009.
Sembilan tahun lalu, 13 April 2009, saya menginap semalam di rumah sakit untuk mempersiapkan kelahiran si bungsu yang dijadwalkan dalam persalinan caesar pada keesokan harinya, 14 April 2009.
Jauh hari sebelum tanggal ditentukan, saya masih berniat untuk melahirkan secara normal pada kehamilan ketiga itu. Tapi ternyata Allah punya rencana yang lebih indah. Dia akhirnya harus keluar dari rahim saya di atas meja operasi setelah melalui perjuangan kehamilan yang tak mudah.
Saya dianugerahi anak tiga. Qadarullah, anak pertama berpulang pada pemilik-Nya di usia 13 hari kelahirannya. Lalu setahun kemudian lahirlah adiknya. Lalu disusul si bungsu yang lahir 5 tahun setelahnya.
Proses persalinan pertama dan kedua berlangsung normal. Yang pertama dengan bantuan bidan, yang kedua oleh dokter kandungan. Yang pertama melalui proses yang panjaaang dan penuh perjuangan sedangkan yang kedua berlangsung dengan penuh kemudahan.
Nah, di kehamilan ketiga inilah mulai ada cerita. Jadi, enggak seperti kehamilan sebelumnya, saya benar-benar dibuat mabuk karenanya. Mual tak berkesudahan di trimester pertama. Pusingnya menggila. Muntahnya meraja. Sehingga badan lemas dan cepat capek saat beraktifitas. Pokoknya benar-benar tepar..par..par!
Tapi, Alhamdulillah kondisi janin setiap kali periksa baik-baik saja. Mungkin saya merasa lebih lemah dari kehamilan sebelumnya karena usia saya saat kehamilan pertama dan kedua yang masih di bawah 30 tahun. Sementara ketika hamil ketiga kalinya saya sudah berusia 33 tahun. Ternyata benar ya, faktor U memang tak bisa diingkari...hiks!
Nah, di trimester pertama kehamilan tersebut, seperti biasa, saya melakukan pemeriksaan USG. Dan di sinilah baru ketahuan oleh dokter kandungan kalau saya mengalami kehamilan dengan plasenta previa.
Tentang Plasenta Previa
Saat itu suami dan saya terbengong mendengar diagnosanya.
Apa? Plasenta previa? #jengjeng
Apa? Plasenta previa? #jengjeng
Lalu, dokter Harini, dokter kandungan saya pun menjelaskan dengan panjang lebar.
Kurang lebih penjelasannya seperti yang saya kutip dari mediskus(dot)com, berikut ini....
Plasenta previa adalah perlekatan plasenta atau ari-ari yang berada di bagian bawah rahim sehingga berpotensi menutupi jalan lahir, baik sebagian maupun keseluruhan.
Dimana, kondisi seperti ini akan berisiko menimbulkan pendarahan berulang saat kehamilan terutama mendekati waktu persalinan.
Plasenta itu apa sih?
Plasenta merupakan organ yang terbentuk selama kehamilan. Ia terhubung dengan janin melalui tali pusat. Fungsinya memberi nutrisi bagi janin, membuang sisa metabolisme, dan memproduksi hormon untuk mempertahankan kehamilan.
Pada kondisi normal, plasenta umumnya melekat pada bagian atas rahim dan jauh dari leher rahim. Pada kondisi yang langka, plasenta dapat melekat pada bagian bawah rahim. Karena letaknya ini plasenta dapat menutupi sebagian atau keseluruhan jalan lahir yang disebut dengan plasenta previa.
Kurang lebih penjelasannya seperti yang saya kutip dari mediskus(dot)com, berikut ini....
Plasenta previa adalah perlekatan plasenta atau ari-ari yang berada di bagian bawah rahim sehingga berpotensi menutupi jalan lahir, baik sebagian maupun keseluruhan.
Dimana, kondisi seperti ini akan berisiko menimbulkan pendarahan berulang saat kehamilan terutama mendekati waktu persalinan.
Plasenta itu apa sih?
Plasenta merupakan organ yang terbentuk selama kehamilan. Ia terhubung dengan janin melalui tali pusat. Fungsinya memberi nutrisi bagi janin, membuang sisa metabolisme, dan memproduksi hormon untuk mempertahankan kehamilan.
Pada kondisi normal, plasenta umumnya melekat pada bagian atas rahim dan jauh dari leher rahim. Pada kondisi yang langka, plasenta dapat melekat pada bagian bawah rahim. Karena letaknya ini plasenta dapat menutupi sebagian atau keseluruhan jalan lahir yang disebut dengan plasenta previa.
sumber: pinterest |
Nah, berdasarkan letaknya tersebut, maka kondisi ini dibagi menjadi tiga jenis:
- Plasenta previa lateralis yaitu plasenta yang melekat rendah di dekat leher rahim tapi tidak menutupi jalan lahir.
- Plasenta previa parsialis yaitu plasenta yang melekat rendah di dekat leher rahim dan menutupi sebagian jalan lahir.
- Plasenta previa totalis yaitu plasenta yang melekat rendah di dekat leher rahim dan menutupi keseluruhan jalan lahir.
Plasenta previa sendiri, sudah bisa terlihat pada saat kehamilan belum memasuki minggu ke-20. Pada kebanyakan kasus dapat sembuh sendiri dan hanya sekitar sepuluh persen yang tetap bertahan selama kehamilan berlangsung. Seiring dengan pembesaran rahim selama kehamilan, plasenta biasanya juga ikut bergerak lebih tinggi dan menjauhi leher rahim.
Apabila plasenta previa tetap bertahan hingga saat tanggal taksiran persalinan, seperti yang terjadi pada 1 dari 200 kehamilan, maka berisiko untuk mengalami perdarahan, terutama selama proses penipisan dan pembukaan leher rahim.
Plasenta Previa dan Saya
Selanjutnya, dokter pun memeriksa lebih lanjut riwayat kehamilan saya....Begitu tahu dari rekam medis saya pernah melahirkan dan tak lama bayi meninggal dunia, maka Beliau saat itu menyarankan untuk persalinan caesar nantinya. Karena tak mau menanggung risiko pendarahan. Beliau pun membekali dengan berbagai nasihat untuk penjagaan kandungan diantaranya: mengurangi aktivitas berat dan perbanyak istirahat serta memberikan beberapa obat berkaitan dengan mengatasi anemia dan hal yang sesuai kondisi saya.
Sementara, suami dan saya pun masih berharap pada pemeriksaan-pemeriksaan berikutnya, siapa tahu plasenta itu bergerak menjauhi leher rahim. Sembari, kami mencari second opinion ke dokter kandungan yang lainnya. Yang ternyata jawabannya setali tiga uang alias sami mawon....sama saja!
Minggu demi minggu berlalu, sampai bulan ke lima tiba. Saat itu saya baru pulang antar si Mas ke sekolah PAUD-nya. Tiba-tiba, saat ke kamar mandi ada banyak darah di (maaf) celana dalam saya. Saya panik...Langsung konsul ke tetangga sebelah (tetangga saya adalah dokter umum dan praktek swasta). Dokter Lies pun menyarankan saya segera ke RS dan menawarkan si Mas dijaga di rumahnya.
Saya pun ke RS sendiri naik taksi sembari mengabari suami kalau saya mengalami pendarahan. Sesampai di Unit Gawat Darurat saya langsung diperiksa dan diharuskan masuk ruang perawatan oleh dokter jaga. Saat sudah masuk ruang perawatan, saya merasa khawatiiiir sekali akan nasib calon bayi saya...
Tak lama, suami tiba hampir berbarengan dengan dokter kandungan saya. Segeralah diperiksa denyut jantung janinnya juga posisinya lewat USG. Alhamdulillah semua baik-baik saja. Saya hanya diminta bed rest di situ dan mengurangi aktifitas yang tak perlu. Lalu, dokter pun meresepkan beberapa obat untuk menguatkannya.
Saya pun beristirahat di rumah sakit selama tiga hari dan nyaris sendiri karena suami sedang sibuk sekali mempersiapkan segala sesuatu untuk keberangkatan keluarga kami ke New Orleans. Jadi suami hanya bisa menemani saya di malam hari. Syukurnya orang tua saya dari Kediri pada hari ketiga pun tiba, menambah semangat saya.
seminggu setiba di New Orleans |
Lalu, saat saya diperbolehkan pulang, saya pun lebih ekstra hati-hati menjaga kehamilan.
Sampai sekitar sebulan dari waktu itu, saya mengalami pendarahan lagi...Sehingga, cerita pun berulang, saya menginap di rumah sakit kembali.
Sampai menjelang persalinan kadang ada flek yang saya alami beberapa kali meski tak separah yang pertama dan kedua. Sehingga, saya tak perlu sampai harus rawat inap di rumah sakit seperti sebelumnya.
Akhirnya, di minggu ke-37 seperti yang telah direncanakan oleh dokter kandungan, operasi caesar pun dijadwalkan. Pada tanggal 13 April 2009, saya pun ke rumah sakit untuk rawat inap semalam. Dikarenakan operasi akan dilaksanakan pada tanggal 14 April pagi.
Ketika itu, Suami, Bapak dan Ibu mendampingi saya yang membuat saya kuat menghadapi operasi. Dan ketika, proses berlangsung saya yang tidak dibius total masih mendengar tim dokter yang ngobrolin tadi sarapan apa. Ada yang sarapan buryam, gorengan juga makan nasi seporsi. Hihihi..saya jadi ketawa-ketawa sendiri mendengarnya. Begitu sederhana cara tim medis menghibur hati mereka di tengah menjadi perpanjangan tangan Allah untuk kesembuhan seseorang.
Sampai, beberapa lama, terdengar tangisan bayi. Saya meneteskan air mata mendengarnya, dan spontan bertanya ke perawat yang ada di sebelah saya,
"Mas, anakku hidup kan ya?"
(Pertanyaan yang sama saat anak kedua lahir...mungkin karena anak pertama meninggal jadi saya trauma hingga selalu spontan menanyakan hal yang sama.)
"Sehat, Bu..sebentar ya..!"
Beberapa saat, bayi saya diletakkan di dada saya untuk Inisiasi Menyusui Dini. Dan saya lihat dia sehat. Alhamdulillah.
Tapi, tiba-tiba saya seperti tak bertenaga...saya melemah. Bayi saya segera diambil. Ada keriuhan di ruang operasi, saya mendengar sayup-sayup saja...Dan, beberapa saat saya tak mendengar apapun. Entah berapa lama...
Sampai saya mendengar lagi suara-suara...
Perawat di sebelah saya yang menjaga patient monitor? (semoga benar yaa, saya enggak tahu istilah medisnya) sampai berucap "Alhamdulillah..!" dengan wajah super lega!
Ternyata belakangan saya baru tahu, denyut jantung sempat putus...
Sementara, di ruang tunggu, suami yang sudah ditunjukkan bayi kami sedari tadi dan sudah mengadzani...bolak-balik nanya ke ruang perawat tentang keadaan saya. Dia keheranan, kenapa sampai jam yang ditentukan saya belum kembali ke ruang perawatan.
Akhirnya, setelah recovery dari ruang operasi saya pun dibawa ke ruang perawatan semula. Dan, saya tidak tahu, berapa lama jaraknya dari saya dibedah tadi. Yang jelas kondisi saya benar-benar lemah karena nyaris kehabisan darah. Saya pun mendapatkan transfusi darah selain infus di masa pemulihan ini.
Sedangkan bayi saya yang dirawat di ruang terpisah, karena kondisi saya yang lemah yang mengakibatkan produksi ASI belum lancar, sementara diberi susu formula. Tapi setiap waktu tertentu, dia akan dibawa perawat ke ruangan untuk belajar menyusu.
Saya total mendapatkan 9 kantung darah selama pemulihan pasca caesar. Dan di situlah suami saya berucap:
"Sudah cukup, enggak usah nambah!" hihihi
Dia mengatakan ini sambil berdiskusi tentang tempat penginapan yang akan kami tempati sementara sesampai di New Orleans nanti. Yup, kami berdua di tengah persalinan saya memang tetap mempersiapkan untuk keberangkatan ke Amerika sekitar dua bulan dari waktu itu.
si Adik 6 bulan, Mas 5 tahun |
Oh ya, padahal suami pernah berencana ingin punya anak empat dulunya. Tapi akhirnya, dua saja cukup katanya..
Alhamdulillah saya pun membaik dari hari ke hari dan pulang saat diperbolehkan. Dan senangnya ketika saya makin sehat, ASI saya pun lancar jaya. (Sehingga saya bisa memberikan ASI eksklusif dan lanjut sampai 2 tahun 2 bulan memberikan ASI untuk si Adik).
Sesampainya di rumah, bukannya bersantai...Saya langsung ngebut nyiapin dokumen si adik. Mulai dari akte kelahiran yang akan dipergunakan untuk pengurusan paspor, pembaruan KK dan selanjutnya pembuatan paspor.
Kami dibantu pihak lain untuk pengurusan akte dan pembaruan kartu keluarga lalu mengurus sendiri paspor yang saat itu memang gencar-gencarnya anti calo. Alhamdulillah di usia 2 minggu si adik sudah punya paspor.
Kemudian, dua minggu dari itu, suami dan saya mengikuti wawancara pengajuan visa Amerika berdua saja. Lanjut urusan lain berkaitan dengan dokumen keberangkatan, persiapan barang dan nyiapin rumah yang akan ditinggal.
Semua kami kerjakan berdua saja sampai hari H keberangkatan tiba.
Alhamdulillah semua dimudahkan dan dilancarkan oleh-Nya. Meski sempat mengalami pendarahan selama kehamilan, proses persalinan caesar yang tak seperti diharapkan...
Semoga usianya berkah ya Dik! |
Normal atau Caesar? Syukuri semua!
Itulah mengapa, saya simpulkan kalau persalinan normal dan caesar itu sama enaknya. Karena saya pernah menjalani keduanya.
Karena kita telah dianugerahi kesempatan untuk menjadi Ibu sementara banyak perempuan lain tak mendapatkan takdir itu...
Jadi mari kita syukuri terlepas apakah prosesnya dilalui dengan persalinan normal atau caesar.
Dan yang utama, tak perlu juga kita memandang rendah perempuan yang memang tak diberikan karunia oleh-Nya untuk menjadi Ibu seperti layaknya kita. Sungguh, mereka tetap sempurna, tak ada cela juga dosa. Karena seperti yang saya kutip dari rumaysho(dot)com, fatwa ulama mengatakan;
“Tidak pantas bagi perempuan semacam ini untuk gelisah dan banyak menangis karena tak kunjung hamil. Karena memiliki keturunan ataupun tidak memiliki keturunan, itu semua sudah menjadi takdir Allah".
Karena Allah Ta’ala berfirman,
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ (49) أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ (50)
“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Asy Syura: 49-50).
Allah-lah yang lebih tahu siapa yang berhak mendapat bagian-bagian tadi. Allah pula yang mampu menentukan manusia itu bervariasi (bertingkat-tingkat). Cobalah yang bertanya melihat pada kisah Yahya bin Zakariya dan ‘Isa bin Maryam ‘alaihimash sholaatu was salaam. Kedua orang tuanya belum memiliki anak sebelumnya. Maka bagi pasutri yang bertanya hendaklah pun ridho pada ketentuan Allah dan hendaklah banyak meminta akan hajatnya pada Allah. Di balik ketentuan Allah itu ada hikmah yang besar dan ketentuan yang tiada disangka.
si Mas dan si Adik, Alhamdulillah sehat semua |
Jadi, mari kita sebagai sesama perempuan saling menguatkan bukan malah menjatuhkan....💖
Salam sayang,
Dian Restu Agustina
Huwaaaa,seru ceritanya Mbak 🤗🤗
BalasHapusTrimssss, Mbak
HapusSetuju, mbak. Seharusnya kita menahan diri membandingkan mereka yang melahirkan cesar dengan yang normal. Toh pastinya setiap kelahiran sudah diatur sama Allah
BalasHapusBenar Mbak..kita tak perlu memepermasalahkan, bisa jadi pilih caesar karena bisa mengancam nyawa sang Ibu.
Hapussaya ngalamin dua-duanya mbaa :)
BalasHapusToss kita!!
HapusSehat terus ya mas-mas semuanya. Salut dengan perjuangamu mba :)
BalasHapusAamiin..Terima kasih doanya :)
Hapusaku belum pernah ngalamin mbak
BalasHapushehe
semoga nanti entah normal atau cesar (calon) anak2 dan (calon) ibu bisa tetap sehat. amin
aamiin..Makanya cepet cari calon Ibunya..hehe
HapusMba Diaaann, saya ngeri-ngeri sedap baca ini, berasa flashback waktu hamil taun kemaren.
BalasHapusEmang faktor U menentukan banget ya.
Saya juga hamil di usia 30an, maboknya paraaaahhh...
Pakai acara plasenta previa juga plus ada flek di awal hamil.
Alhamdulillah terlewati juga, meski akhirnya BB saya cuman naik 1 kg saat hamil 😂.
Dan juga iyessss...
Merasakan sedapnya sesar untuk kedua kalinya 😀
Ha, cuma naik 1 kilogram...wah!
HapusAlias turun BBnya mba, saking mabok berat 😂
HapusCesar atau normal, semuanya butuh perjuangan ya mbak. Btw, postingan ini menambah wawasan selama kehamilan dan persalinan
BalasHapusIya Mbak..sama-sama berjuang, risiko pun sama, antara hidup dan mati..nyawa taruhannya
HapusSama penuh resiko dan perjuangan ya mbak. Aku makin deg - deg an rasanya membaca ini maklum lagi nunggu sinyal cinta dari dede bayik
BalasHapusSemoga lancar jaya sampai hari H Mbak Sinta...Mami dan adek bayi sehat semua , Aamiin
HapusAlhamdulillah sehat sehat ya, Dik. Ngebayangin banget Mbak, gimana rasanya persalinan di atas meja operasi. Alhamdulillah ya, sekarang semuanya bahagia dan sehat. Aku suka deg degan kalau di ruang operasi, pernah sampai menggigil sewaktu lahiran anak pertama dan saat lahiran anak ke dua, aku tertidur pulas dan bangun kebingungan. Alhamdulillah semoga kita semua senantiasa diberikan kesehatan ya, Mbak
BalasHapusIya Mbak..pasti tiap Ibu punya cerita berbeda..dan akhirnya kita jadi mengingat juga perjuangan Ibu kita.
BalasHapusAamiin untuk doanya :)
Sama banget, aku mengalami seperti mba.
BalasHapusAnak ke pertama lahir dengan proses normal sedangkan yang kedua kasusnya sama plasenta previa. Jadi harus menjalankan SC.
Apapun proses melahirkan yang dilewati, itu sama2 membutuhkan perjuangan seorang ibu. :)
Sehat terus untuk keluarga ya mba :)
Sehat juga untuk Mbak Egy dan keluarga ya..:)
HapusAlhamdulillah, yang penting bayi lahir selamat dan sempurna. Ibunya juga sehat, tidak penting mau operasi atau normal. Betul kata mbak, sama saj. Sama-sama berjuang. Selamat yah, semoga anaknya nanti jadi anak yang soleh. Aamiin.
BalasHapusAamiin..Terima kasih doanya Bunda
HapusSaya tim pengin normal tapi akhirnya cesar semua, hehe. Gpp disyukuri saja. Btw faktor usia benar2 ngaruh ya? Aku mau 34 ini Mbak. Lg nego banget soal nambah anak
BalasHapusAyo buruan kalau mau nambah..jangan ditunda :)
HapusSaya 3x operasi krn kondisi rahim.yg menempel didinding perut. timbangan naik antara 20-27 kg, tp sayang anak.pertama hrs mendahului kami. Alhamdulillah msh diberi 2 anak & 2 anak kembali ke pemiliknya Allah SWT. Sehat ya Mba
BalasHapusAamiin..Terima kasih. Doa yang sama untuk Mbak sekeluarga ya:)
HapusPas persalinan anak pertama, suami masih di luar pulau. Saat persalinan anak kedua, suami ikut masuk ruang persalinan. Lemes lihat banyak darah, terus bilang "Sudah cukup 2 saja, nggak tega aku lihat kamu berjuang melahirkan". Eh 5 tahun kemudian, kok pengen punya bayi lagi. Alhamdulillah nggak sampai setahun lepas KB, langsung bisa hamil lagi. Agak was-was juga karena usia sudah 38. Alhamdulillah aman saja sampai melahirkan.
BalasHapusAlhamdulillah, ikut senang mendengarnya Mbak..:)
HapusMau vaginal atau caesar sama aja mbak yang penting ibu sama baby sehat ya mbak :) makasih udah sharing mbak, gambaran nih buat saya yang single kalau melahirkan nanti :) salam kenal Mbak Dian :)
BalasHapusSalam kenal Mbak Dita..
HapusYup, sama-sama...semoga nanti diberi kemudahan saat jadi Ibu yaaa:)
Aku normal alhamdulillah lebih cepat pulih mbak. Tapi beda2 orang juga sih ya mbak, ada yang caesar juga cepet sembuh
BalasHapusIya Mbak..memang masing-masing ya, tergantung orangnya :)
HapusMbak Diaaaaann, jadi ikut deg-degan baca kisahnya huhuhu. Alhamdulilah bersyukur sekali diberikan kemudahan yaa Mbak. Dua-duanya perlu pengorbanan, sama beratnya. Semoga yang belum dikaruniai keturunan bisa segera merasakan seperti yang kita rasakan yaa Mbak.
BalasHapusAamiin..semoga:)
HapusAlhamdulillah ya mba, normal atau caesar, disyukuri dua2nya. Yang penting anak dan ibu sehat.
BalasHapusIya Mbak..setuju
Hapusanak saya yang kedua...lahir dari perut iaitu Caesar.
BalasHapusalhamdulilah sekarang sudah berumur 14 tahun
Alhamdulillah ...semoga sehat selalu :)
Hapusya..alhamdulillah sihat
Hapusterima kasih
Lgs merinding yg pas kondisi drop itu mba. Ya ampuuun segitu beresikonya ibu melahirkan yaaa :( . Akupun melahirkan cesar juga. Sengaja, krn memang dr awal aku ga mau normal. Wkt itu aku mikirnya, sakit setelah operasi aku yakin banget bisa tahan. Ga mungkin sampe jejeritan. Tapi sakit mengejan dan kontraksi, aku ga tau seperti apa, dan kalo dgr cerita sakit bgt. So, aku blm yakin apa bisa tahan sakitnya tanpa hrs teriak, merintih ato yg begitu gitu. Drpd aku ngelakuin something yg aneh aneh, dr awal mndingan cesar :D.
BalasHapusApapun pikihannya pasti ada alasan yang melatarbelakangi.Yang utama tetap menjadi Ibu yang terbaik untuk anak-anak kita 😊
HapusSaya belum tau mbak enak yang mana dan akan seperti apa. Masih menanti ia yang jika Allah berkehendak hadir di rahim ini. Yang pasti bahagia jadi seorang ibu. Doakan yaaa mbaaaak Di :")
BalasHapusSemoga segera ya Mbak Tia. Dimudahkan dan dilancarkan keinginannya untuk menjadi orang tua. Aamiin Ya Rabbal Alamiin :)
HapusApapun itu semoga tetap sehat ya, Teh..
BalasHapusTerimakasih saringnya, jadi tahu dan seru juga ceritanya..
Aamiin..Termakasih Mas Andi
HapusSaya jadi gagal fokus lihat foto2 ke new orlansnya.. mupeng haha..
BalasHapusBunda hebat berani mandiri. Naik taksi sendiri.. wh klo aku mungkin panik minta anter hehe... memang demi keselamatn ibu dan anak jika ada kendala medis biasanya di anjurkan caesar ya mom.. sharingnya bermanfaat sekali.. buat bekal refrensi aku. Aku blm pernah caesar jadi tau kendala apa saja yg mengjadikan normal ke caesar. Dulu aku hampir Eh Tapi bkn caesar, vacum untung ga jadi krn anak ku akhirnya di dorong sama bu bidan (perutku yg di dorong Maksudnya) 😁
Alhamdulillah kalau batal sesar ya Mbak..dan akhirnya bisa lahir lancar:)
HapusAnakku pertama pengennya normal, apa daya induksi 2 botol infus menurunkan kondisiku. Kontraksi buatan bener-bener menguras tenagaku, Mbak Dian. Sakitnya ampuuun deh. Gak kuat nunggu 15 jam. Kepala Kakak gak turun juga, aku minta SC
BalasHapusAnak kedua, pengen coba normal. Awalnya udah mantap. Eh, mendadak ingat kawan lahiran normal setelah anak pertama SC. Eh, kok malah jahitan lamanya gak kuat. Akhirnya dibuka lagi deh. Ya udah, kedeeer lah aku. Minggu terakhir langsung minta SC lagi
Moms war SC vs lahiran normal, ASI full vs sufor, working mom vs stay home mom dll. Gak pernah berhenti ya. Padahal seingatku jaman duluuuu sebelum ada sosmed, gak ada tuh. Damai aja kan
iya..padahal sama-sama berjuang..sama-sama perempuan..sama-sama juga jadi Ibu, hiks
HapusAku dua2ya SC mba. Si sulung, cita2 normal tapi mesti SC karena ketuban kurang. Sempat ngrasain sakitnya kontraksi yang berasa seperti perut mau meletus...
BalasHapusAnak ke dua...takut gambling. SC terencana. Alhamdulillah lancar.. nggak sampe tranfusi darah, cuma tekanan darah sempat drop di angka 60 pas operasi..