Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Media Sosial? Perlu Enggak Ya?

Media Sosial? Perlu Enggak Ya? Why use Social Media?

"Marketing is no longer about the stuff that you make. But about the stories you tell!" (Seth Godin)




Hari ini, tepatnya sore tadi, saya kehilangan ponsel saat menghadiri sebuah acara. Entah kenapa, ponsel yang ada di dalam tas raib begitu saja. Padahal di sekitar saya sedang enggak banyak orang. Dan saat saya coba cari jejaknya, sudah di off-kan oleh sang pencuri dan sepertinya ponsel hadiah ultah dari suami itu, sudah berpindah tangan.

Nyeseg? Jelas.......
Sedih? Pasti.....

Bukan fisik ponselnya yang saya sesali, tapi segala data yang ada di dalam sana yang saya sangat khawatir bakal disalahgunakan.

Maklum sebagai Emak produktif #halah, saya menyimpan segala data di dalam ponsel saya. Ibaratnya ponsel adalah mini laptop, karena memang kadang saya pun ngeblog dari sana. Pun, menjalankan aktivitas seputar dunia blogging yang saya geluti saat ini.

Jadi, saat tiba-tiba lenyap, saya pun terbayang akan aplikasi yang terbuka dengan segala data saya yang ada di dalamnya...

Oh, tidaaaak!😭

Dan, segera tadi saya menghubungi provider untuk blokir nomor, kemudian ganti password email dan akun media sosial juga sebarin info di akun saya tentang berita duka cita ini.

Harapannya sih, semoga enggak terjadi apa-apa nanti...Masalah HP, Insya Allah akan ada rejeki untuk mengganti. Aamiin.

Nah, sejatinya kenapa ya orang seperti saya dan penghuni bumi lainnya di era milenial ini begitu tergantung pada yang namanya handphone, internet, termasuk media sosial di dalamnya?

Memang tidak semuanya sih, anggap dari data terakhir saja, menurut survey terbaru dari We Are Social:
  • Populasi Indonesia tahun 2017 sejumlah 265,4 juta jiwa
  • Pengguna mobile gadget sebanyak 177,9 juta (67% populasi)
  • Aktif di Media Sosial 120 juta (45% populasi)
Nah, dari hampir separuh populasi, adalah pengguna aktif media sosial termasuk saya juga teman-teman yang sedang membaca artikel ini.

Lalu pertanyaannya, sudahkah kita menggunakan media sosial ini secara benar.?Adakah hal positif yang kita dapatkan dari sana? Ataukah media sosial justru mengubah kita jadi sosok yang tak lagi peduli pada kehidupan di dunia nyata?

Aaaah...saya yang tak sempurna ini juga kadangkala lupa, terus saja mantengin media sosial yang godaannya memang sungguh luar biasa. Hiks!

Tapi....sejatinya tergantung pada masing-masing dari kita apakah mau terhanyut dengan gemerlapnya media sosial dan mendapat dampak buruk dari sana ataukah malah memetik keuntungan darinya?




Nah, berikut beberapa poin yang bisa jadi pertimbangan apakah media sosial itu YAY atau NAY:


  • Teman Baru
YAY

Media sosial memungkinkan kita bertemu dengan teman baru. Ini membuat kita bisa menambah jaringan pertemanan tak hanya dari sekitar tempat tinggal seperti jaman dulu. Kita jadi bisa berinteraksi dengan siapa saja dari seluruh penjuru dunia. Sehingga kita jadi tahu banyak hal baru tanpa perlu pergi ke situ.

NAY

Tidak semua teman baru itu baik orangnya. Juga tak bisa seratus persen dipercayai kejujurannya. Namanya saja dunia maya yang dari maknanya jelas bukanlah nyata. Ada sih yang jujur dan apa adanya, misalnya ngaku Emak anak dua seperti saya. 😁Tapi, banyak juga yang ngakunya jomblo eh ternyata Bapak-bapak beristri dua...🙈Huh. Belum lagi hal lainnya misalnya penampakan di profile picture dengan aslinya yang bisa saja 180 derajat bedanya. Pokoknya musti hati-hati, karena penampakan teman di media sosial itu belum tentu benar.

  • Berbagi Informasi
YAY

Media sosial menjadi tempat berbagi informasi hanya dalam masa sekejap mata. Diantaranya, saat HP saya ketahuan hilang. Saya bisa segera menyebarkan kabar ini lewat media sosial ke teman-teman dimanapun berada baik di dunia nyata maupun maya sehingga mereka tahu sebelumnya jika terjadi apa-apa dengan penyalahgunaan akun saya. Contoh lainnya, jika ada musibah terjadi maka dalam hitungan detik saja, kabar bisa tersiar sehingga pertolongan bisa cepat datang.
NAY

Tapiii....media sosial bisa juga menjadi wadah yang rentan sekali dalam kaitan dengan penyebaran berita palsu alias hoax. Begitu banyak orang tanpa pikir panjang langsung sharing sebelum saring tanpa peduli keakuratan informasi yang disebarkan ini. Dan ini bahayanya tidak hanya pada perseorangan saja tapi bisa menyangkut persatuan dan kesatuan bangsa. Karena nyatanya jika kita menanamkan budaya saring sebelum sharing maka akan menjadi salah satu cara untuk menanggulangi berkembangnya paham radikalisme dan terorisme di negeri ini.

  • Sumber Pendapatan
YAY

Profesi yang sedang viral di era milenial adalah menjadi kuli digital. Istilah keren yang disandang adalah Content Creator. Baik itu Youtuber, Vlogger, Blogger, Selebgram, Content Writer, Buzzer, Influencer, Freelancer....dan profesi terkait lain yang berkaitan dengan siber kreasi.

Dan, percaya atau tidak, semua profesi itu, kini bisa ditekuni hanya dari rumah saja. Sambil sarungan dan enggak perlu jas-jasan. Disambi ganti popok anak dan enggak perlu pakai bedak....Sungguh, pekerjaan yang bisa kita atur sendiri kapan mau dikerjakan dan berapa besar pendapatan. 

Belum lagi, media sosial yang dimanfaatkan untuk berjualan secara online. Tanpa perlu sewa tempat sudah bisa jual produk dengan jumlah berlipat. JUga enggak harus kemana-mana, sudah bisa mendapatkan uang dari jasa yang kita tawarkan. Mudah dan murah!

NAY

Munculnya Content Creator yang sengaja dibayar untuk memviralkan sesuatu yang tidak benar yang bisa menghebohkan masyarakat sehingga terjadi kekacauan. Juga online shopping nakal yang abal-abal lalu menipu banyak pelanggan yang sudah mengirimkan uang tanpa mengirimkan barang pesanan.


saya berkomunitas lewat media sosial

Nah dari ketiga YAY dan NAY tadi, maka sewajarnya kita musti tetap berhati-hati dengan media sosial ini. Kewaspadaan pada siapa saja masih perlu kita tanamkan. Jangan gampang percaya juga sebaiknya tak membagikan segala informasi diri yang bersifat rahasia di media sosial kita. Ingat, kita tak pernah tahu apakah semua teman yang ada di jejaring kita itu punya niat baik seperti niat kita.

Dan ketiga hal tersebut menjadikan sebagian orang merasa tak perlu memiliki media sosial. Mereka berpikir mendingan enggak usah saja. Khawatir nanti bisa begini atau begitu. Bisa-bisa di Facebook, ketemu mantan jadi deh muncul semua kenangan. Dan terjadilah lanjutan Cinta Lama Belum Kelar. Ah, enggak lah!

Hm..sejatinya saya dulu juga mengalami dilema yang sama. Bagus enggak sih aktif di media sosial? Ntar jadi nunduk melulu mantengin HP itu. Terus apa bedanya sama anak saya yang sering saya tegur jika kebablasan pegang gadgetnya ya...??🙈


terhubung di media sosial dengan teman SMA seangkatan dan reuni setelah 23 tahun berpisah

Tapi akhirnya saat saya serius ngeblog, saya lebih memilih untuk aktif di media sosial terutama Facebook, Instagram dan Twitter (semoga youtube segera menyusul😁)

Mengapa....?

Karena:
  • Semua akun media sosial ini bisa saya jadikan tempat sharing link postingan blog. Jika saya tidak menyebarkannya bagaimana orang akan tahu ada artikel terbaru di blog saya, ye kan? Padahal saya ingin berbagi kebaikan yang tentunya perlu sarana bukan?
  • Akun media sosial terintegrasi dan terkoneksi dengan blog sehingga orang dari blog akan tahu akun saya dan juga sebaliknya. Ini menjadi personal branding bagi saya sebagai blogger secara profesional.
  • Media sosial menjadi persyaratan untuk sebuah pekerjaan. Misalnya, saat meliput sebuat event akan disebutkan oleh klien bahwa kewajiban saya adalah posting di Ig story, Ig Feed, Twitter dan Blog. Maka, enggak mungkin kalau saya tidak punya media sosial, ya kan? Begitu juga saat mereview sebuah produk. Saya akan diminta klien, selain untuk mereview di blog juga membagikannya di akun media sosial juga di komunitas yang saya ikuti. Jadi, jelas keterkaitan antara profesi ini dengan media sosial memang erat sekali.
  • Media sosial merupakan wadah saya berkomunitas. Lewat media sosial,saya dan anggota komuntas yang lainnya bisa berinteraksi sehingga bisa saling memotivasi, silaturahmi lewat blog and social media walking juga menyebarkan informasi yang berkaitan dengan profesi ini.
  • Media sosial jadi hiburan bagi saya di tengah kesibukan sebagai Ibu Rumah Tangga yang kadang dalam sehari cuma pergi keluar rumah saat antar jemput anak sekolah. Saya bisa bertegur sapa dengan teman kuliah saya yang asli Bali atau mengucapkan selamat ultah buat mantan tetangga saat tinggal di Amerika. Ah, begitu indah, rasanya dunia hanya seluas usapan jari di HP kita.

Maka, akhirnya ketika ada orang yang beranggapan bahwa media sosial itu buruk, bikin kita nanti begini dan begitu, banyak mudharat daripada manfaat....dan lainnya. Dengan tegas saya akan menolaknya! Karena semua kembali ke individunya. Seperti layaknya semua hal lainnya yang pasti ada dampak positif dan negatifnya. Tinggal kita mau pilih yang mana. 

So, the choice is yours! Be wise!😎




Love,

Dian Restu Agustina










Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

14 komentar untuk "Media Sosial? Perlu Enggak Ya?"

  1. Media sosial ibarat pisau bermata dua. Jika dipergunakan dg baik, akan memberi dampak yang luar biasa. Demikian pula sebaliknya.

    BalasHapus
  2. Kalai saya perlu cuma buat mendukung pekerjaan blogging aja. Kalau buat curhat2 gtu dah jarang banget haha. Masa2 curhat di medsos dah dihabiskan saat zaman alay dulu😁

    BalasHapus
  3. Tergantung gimana kita memaknai media sosial yang akhirnya jafi tergantungan khususnya saya, yang ngeblog dr handphone, edit foto dr hp huhuuh pas ilang nyesek rasanya sedihnya karna datanya bukan barangnyab

    BalasHapus
  4. Media sosial jangkauannya luas, bisa ketemu teman-teman kuliah yang menyebar kemana-mana.

    BalasHapus
  5. Memang ada sisi plus dan minusnya ya social media ini. Aku aja sampai nulis soal posting foto anak di social media di blog. Tapi aku senang temannya jadi banyaaak :)

    BalasHapus
  6. Setuju mbaa.. Bagaimanapun ga bisa ketinggalan perkembangan zaman dengan dunia sosmed sekarang asal kita bijak dan memiliki iman dalam menyikapinya ya,, it's about our choice :)

    BalasHapus
  7. Bener harus bijak menggunakan media sosial ya mbak Dian... Turut bersedih dengan kabar duka hilangnya hp, datanya yang bikin sedih bnget.. Oiya mbak link kolab nya sudah saya sertakan di kolom komentar FB mbak Dian ttg tema ini..

    BalasHapus
  8. SmHampir 2 tahun terakhir sosmed kujadikan lahan nmbuat ngumpulin pundi rupiah haha, biarlah orang2 memanfaatkannya buat curhat ala2, kalo saya lebih ke produktif, kalo perlu sosmed macem etalase yg isinya paid post semua hihi

    BalasHapus
  9. Insya Allah kalo hp mah bisa diganti ya,Mbak. Data2 dan fotonya sih yg penting banget. Semoga banyak data dan foto yg udah disimpan di clouds juga ya.
    Btw, iyes harus bijak bersosmed. Kita mah perlu banget tapi ga sampe addicted. Khususnya saya, nih. Si kecil bangun, ya udah deh good bye ponsel 😁

    BalasHapus
  10. Bagi saya semakin memahami dunia maya, semakin tahu rambu-rambunya. Supaya bisa maksimal manfaatnya. Turut prihatin dengan hapenya yang hilang, Mba. Semoga mendapat ganti yang lebih baik ya.

    BalasHapus
  11. Betul, Mbak. Sosial media memang memiliki 2 sisi, positif dan negatif. Tinggal kita mau memilih yang mana. Oh ya, semoga dapat ganti hape yang lebih baik lagi. Aamiin

    BalasHapus
  12. Alhamdulillah dengan adanya media sosial, aku merasa banyak terbantu banget mba. Apalagi aku bisa memilih mana media sosial yang bisa memberikan manfaat kepada kita ya mba

    BalasHapus
  13. Tepat sekali mbak. Tanpa medsos blog kita hanyalah curhatan ala emak2 yang bisa kita baca sendiri. Hehe

    BalasHapus
  14. Setuju mbak, segala sesuatunya itu ada hal positif dan negatifnya. tinggal bagaimana cara kita untuk menggunakannya.
    Kalau saya pribadi, dengan adanya media sosial, bisa mendekatkan yang jauh :)

    BalasHapus