Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jumatan di Masjid, Parkirnya di Gereja

Jumatan di Masjid, Parkirnya di Gereja

"Tolerance is giving every other human being every right that you claim for yourself" (Robert Green Ingersoll)



*pic by: pluralism(dot)org

Selama tinggal di Amerika di kurun waktu tahun 2009-2011, saya dan keluarga tinggal di Metairie, Louisiana. Sebuah kota kecil yang masuk ke wilayah Greater New Orleans yang berjarak sekitar 15 menit dari pusat kota New Orleans. LA.

Saya lansir dari Wikipedia, luas Metairie ini 60 km² dan berpenduduk sekitar 138.000 jiwa dengan komposisi: pemeluk agama Katolik (41,4%), Protestan (12,7%), Islam (0,64%), Jewish (0,61%), sementara sisanya aliran Kristen lainnya dan yang tidak teridentifikasi agamanya.

Nah, di wilayah Metairie tidak ada masjid sebagai tempat beribadah umat Islam. Tempat ibadah untuk area ini dipusatkan di kota sebelahnya yaitu Kenner, LA dengan "menyatukan" tempat ibadah beberapa agama di jalan yang sama. Jadi ada masjid, beberapa gereja dan sinagoge(tempat ibadah Yahudi) bersebelah-sebelahan di jalan David Drive, Metairie ini. Oh ya meski nama jalannya David Drive, Metairie, tapi sesungguhnya secara administrastif sudah masuk ke wilayah Kenner, LA.

Nah, untuk masjidnya di sini ada satu yaitu Masjid Abu Bkar Al Siddiq yang terletak di 4425 David Dr, Metairie. Masjid ini didirikan pada 1988 oleh Jefferson Muslim Association, sebuah perkumpulan kaum Muslim setempat.


Pintu masuk masjid


Masjid ini cantik dengan kubah geodesik dan menara tunggal yang apik. Masjid dibuka untuk ibadah salat Subuh jam 05.00-06.30 pagi, Zuhur pada pukul 12.15 dan tutup pada 13.30 dan saat Asar buka pada 15.30 dan tutup jam 21.00 setelah Isya.

Nah, suami saya biasanya Jumatan di masjid yang ada di New Orleans apabila sedang ada jadwal ke kampusnya. Atau pergi ke Masjid Abu Bkar Al Siddiq ini jika memang sedang di rumah (karena jarak dari apartemen kami relatif lebih dekat ke sini dibandingkan ke masjid di New Orleans)

Karena keterbatasan daya tampung masjid, menurut info suami saya, saat salat Jumat, jamaah harus dibagi menjadi dua sif. Sif pertama biasanya dipimpin oleh Imam Masjid dengan urutan: Azan - dua kali kutbah berbahasa Inggris - Salat. Sedangkan sif kedua dipimpin oleh Imam yang lainnya dengan urutan: kutbah berbahasa Inggris - Azan - kutbah berbahasa Arab - Salat.


Power House Church of God


Biasanya suami saya pergi salat sendiri karena anak sulung saya masuk sekolah seperti biasa saat hari Jumat (pulang pukul 14.30). Anak saya memang sekolah di public school (sekolah negeri) sehingga jadwalnya ngikut jadwal sekolah.

Nah, beberapa kali saya ikutan pergi Jumatan, tapi cuma nunggu di mobil saja bersama si bungsu yang masih bayi, karena yang bisa masuk ke masjid saat Jumatan hanya laki-laki.

Masjid Abu Bkar Al Siddiq ini memang mungil saja bangunannya. Lahan parkirnya hanya bisa memuat beberapa buah mobil saja. Padahal saat Jumatan jamaah datang dari kota di sekitar juga. Sementara mayoritas jamaah berkendara dengan mobil karena mobil memang menjadi moda utama transportasi di sana. 

Ini membuat jamaah biasanya parkir di bahu jalan yakni di depan rumah penduduk di sekitar masjid yang kebanyakan non-Muslim. Asal tidak di depan gerbang atau mengganggu keluar masuk si empunya rumah parkir di bahu jalan tidak jadi masalah.

Yang penting ikut aturan, misal jangan di dekat hydrant dan arah parkir harus benar. Maksudnya jika itu arah jalan di sebelah kiri parkir hadapnya juga harus sesuai arah jalannya. Karena kalau tidak bakal kena surat cinta tilang dari polisi. Pengalaman awal pindah ke sana, saat di sekitar kampus suami belum ngeh bener tentang ini, lalu parkir saja seperti biasa. Ternyata pulang-pulang dapat surat tilang di kaca mobilnya, salah arah parkir, kena denda $20 yang bisa dibayar via transfer. 


Chinese Presbyterian Church


Selain itu, jamaah juga bisa parkir di halaman gereja yang ada di sekitar masjid, yaitu: Power House Church of God, Chinese Presbyterian Church dan Monte de Los Olivos Lutheran Church.

Pihak gereja memang memperbolehkan jamaah Masjid Abu Bkar Al Siddiq untuk parkir mobil di halaman/parkiran gerejanya. Dan bahkan ada petugas yang bertugas mengatur dan menjaga mobil yang parkir di sana.

Dan, Si Mas yang jaga ini juga ramah, dia selalu tersenyum dengan sopan saat melihat saya ngemil ada di dalam mobil.

Nah, karena luasan yang terbatas inilah setiap kali kegiatan besar seperti ibadah Salat Ied diselenggarakannya tidak di masjid ini melainkan di gedung pertemuan. Seperti Salat Ied yang saya ikuti selama di sana dihelat di Pontchartrain Convention & Civic Center untuk menampung jamaah yang banyak jumlahnya.

Hingga saat saya sudah berpindah dari sana, masyarakat setempat membangun lagi masjid yang lebih besar di lokasi lainnya yang masih di wilayah Kenner juga yakni Ahmadiyya Muslim Community Center yang diresmikan pada tahun 2013 silam. 


Masjid Abu Bkar Al Siddiq
4425 David Dr, Metairie, LA 70003, Amerika Serikat








Nah, itulah pengalaman saya saat mengalami "Jumatan di masjid parkirnya di gereja". Alhamdulillah kota tempat saya tinggal di Amerika dulu adem ayem dan hampir tak ada masalah dengan perbedaan yang ada seperti yang terjadi di beberapa negara bagian di Amerika lainnya. So far, meski berbeda semua baik-baik saja. Bahkan banyaaaak yang baik.

Indahnya bertetangga ....^^ Semoga di Indonesia juga sama yaaa 



Happy Mind Happy Life

Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

17 komentar untuk "Jumatan di Masjid, Parkirnya di Gereja"

  1. Alhamdulillah rasa toleransinya masih terjaga ya mom Dian, jadi ikut adem hati ini. Semoga selalu terjaga dan tidak memandang perbedaan yang ada.

    BalasHapus
  2. Sejuk gitu kalau liat toleransi masih ditegakkan di beberapa wilayah. Karena aku biasa dilingkungan yang kurang toleransi jadi aku berusaha keluar dan mencari cara pandang terkait toleransi ini dan begitu hidmat rasanya.

    BalasHapus
  3. Senangnya ya kalau rukun damai begitu. Semoga di negara kita kedamaian juga jadi tujuan semua pihak meski terdapat banyak perbedaan.

    Terimakasih sudah berbagi kisah. Saya yang gak tahu jadi tahu dan seolah ikut ke sana hehehe

    BalasHapus
  4. Mbaaakk, gagal fokus ama fotonya, itu mbak Dian lagi tembem ya?
    Gak pernah liat mbak Dian tembem soalnya hahaha
    KAdang, orang harus merasakan jadi minoritas kali ya, biar ngerti indahnya perdamaian dengan hidup rukun.

    Semoga kerukunan di luar negeri bisa juga dirasakan di negara kita yang makin panas oleh gesekan politik bermuatan agama, eh salah ya, agama bermuatan politik hahaha

    BalasHapus
  5. Sebenarnya perbedaan akan tetap menjadikan kehidupan kita harmonis selama masing-masing saling menghargai ya, Mbak. Indahnya hidup kalau seperti itu. Aku jadi merindukan kehidupan di sini yang aman rukun damai. Kadang-kadang kehidupan nyata yang aku lalui sehari-hari sih baik-baik saja, tapi entah kenapa kalau di media sosial, semua terasa begitu panasnya.

    BalasHapus
  6. wah seru sekali mbak
    ini kayak di malang masjidnya selalu tumpah jemaahnya mpe ke gereja
    liat gini jadi adem
    adeknya lucu banget itu yang digendong sekarang udah jaka ya.

    BalasHapus
  7. allahu akbar, toleransi sekali ya. sungguh mom dian, maesjidnya bikin salfok sangat minimalis dan bersih sekali.

    BalasHapus
  8. Adem bacanya mba... aku suka sedih malahan di Indo toleransinya mulai menurun ya. Yang katanya negata agamis tapi mau ibadah aja banyak yang gontok-gontokan hiks.. eaa kenapa jadi curcol akuuuh. Semoga Indonesia kembali aman tenang dan damai. Amiin

    BalasHapus
  9. Nyesss baca cerita, mba Dian ini.. Toleransi sangat dijunjung tinggi ya. Semua orang bebas melaksanakan kewajibannya selama itu tidak mengganggu orang lain. Gak masalah juga parkir kendaraan di halaman tempat ibadah agama lain. Indahnya perbedaan.. rasanya inilah bhinneka tunggal ika yang sebenarnya ya..

    BalasHapus
  10. Saya rasa di Indonesia juga masih banyak yang seperti ini. Tetapi, memang akhir-akhir yang diexpose hanya seolah-oleh mayoritas intoleran. Mungkin saya aja kayak di US sana, ya. Kan, banyak bilang juga kalau US itu rasis. Ya mungkin ada yang seperti itu. Tetapi, gak menutup kenyataan juga masih ada yang bertoleransi dengan perbedaan :)

    BalasHapus
  11. Tulisannya kayak AC, Mbak. Bikin adem. Hehehe...
    Berharap Indonesia juga adem ayem, nggak panas oleh isu SARA. Perbedaan bukan untuk diperdebatkan, tapi dirayakan.

    BalasHapus
  12. Adem banget bacanya mbak. Semua saling toleransi. Semoga di Indonesia juga gitu yaaa.. kan enak kalau saling toleransi, semua senang, semua happy.

    BalasHapus
  13. Semoga Indonesia makin adem ayem dan saling menghargai antar agama yah, aamiin.

    BalasHapus
  14. Galfok sama fotonya mbak dian yang masih unyu-unyu banget. Aku kadang suka iri loh mbak sama dirimu yang punya kesempatan untuk traveling around the world. Lha aku ke purwokerto aja nungguin suamiku DL, bahahahahak.

    Toleransi beragama ki sebenernya ada dimana-mana, cuma enggak keliatan aja wis. Waktu aku tinggal di Cina pun sebenernya aku dibebaskan untuk beribadah

    BalasHapus
  15. Kalu di Indonesia jg kyknya bbrp gtu mbak, contoh Istiqlal dan Katedral, khususnya pas perayaan hari besar. Sebaliknya pas natal kyknya jg banyak yg parkir di masjid, juga di beberapa daerah lainnya.
    Seneng ya kalau kyk gtu liatnya. Harusnya bangsa kita jg mampu kyk gtu sih dalam keseharian, sayangnya kok di medsos suka sebaliknya ya, tau deh hehe :P

    BalasHapus
  16. Seharusnya memang perbedaan agama tidak boleh terjadi, karena hidup toleransi diajarkan oleh masing masing agama

    BalasHapus
  17. alhamdulillah.. adem rasanya liat toleransi antar agama seperti ini..

    BalasHapus