Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dubai, Sebuah Mimpi yang Belum Tercapai

Dubai, sebuah mimpi yang belum tercapai! Perjalanan saya dan suami selama hampir 8 jam dari Jakarta menuju Dubai saat on the way London berjalan lancar dan nyaman. Tak heran penerbangan dengan maskapai Emirates ini memang bertabur fasilitas dan layanan yang benar-benar memanjakan.





Bukan hanya tempat duduknya yang lapang melebihi harapan penumpang di kelas ekonomi tapi juga layanan dari cabin crew yang selalu siap membantu apa yang kita perlu.

Ditambah lagi makanan lezat yang tersaji yang saya nikmati sembari memanjakan diri dengan  hiburan dari ICE (Information Communication Entertainment), in-flight entertainment milik Emirates yang lengkap sekali.




Layar yang berfungsi sebagai penyaji ICE ini terdapat di depan kursi yang akan membuat perhatian penumpang Emirates teralihkan selama penerbangan. Di mana ada sajian berita, film, acara tv, musik, podcast, permainan dan lainnya.

Juga, memungkinkan penumpang untuk mengikuti berita, mengirim email dan menelusuri lebih dari 1.800 saluran film, permainan dan televisi di setiap penerbangannya.

Tak hanya itu, tersedia pula informasi yang terkait dengan penerbangan yang sedang berjalan. Misalnya posisi pesawat di mana, berapa jarak tempuh dan tak lupa video real time-nya. Fasilitas yang benar-benar membuat penerbangan sekian jam saya, Jakarta-London transit Dubai, yang masih setengah dari perjalanan, jadi tak terasa lamanya.




Hiburan yang menyenangkan dan sajian makanan pilihan menjadi pasangan yang membuat penerbangan kian nyaman. Adalah Murgh Makani (butter chicken served with cumin pulao) atau Roast Beef in onion gravy (served with mashed potatoes, green beans and carrot, diantaranya yang menjadi pilihannya.

Sajian ini rasanya mantap jiwa dan bikin perut saya bahagia. Dan, itu baru menu utama, karena ada 2 sajian selingan lagi di sepanjang penerbangan.





Terbang kenyang judulnya!

Sampai tak terasa terlewati dengan menyenangkan durasi penerbangan saya selama 8 jam Jakarta-Dubai dan 8 jam berikutnya Dubai-London.

Sesaat sebelum mendarat, saya membaca informasi yang tertera di layar di depan kursi dan menyimak pengumuman yang disampaikan flight attendant bahwa Dubai International Airport ini adalah bandara yang berkonsep silent airport. 

Artinya bandara memberlakukan kebijakan mengurangi siaran pengumuman yang berkaitan dengan jadwal penerbangan. Tujuannya sih untuk mengurangi kebisingan yang disebabkan oleh banyaknya pengumuman. Sebuah aturan yang diterapkan untuk menjadikan bandara bersuasana lebih tenang dan nyaman.




Memang wajar jika Dubai International Airport memberlakukan aturan silence airport ini. Pasalnya, bandara Dubai merupakan bandara tersibuk di dunia oleh lalu lintas penumpang internasionalnya, tersibuk ketiga di dunia menurut lalu lintas keseluruhan penumpang dan memiliki angka tertinggi jumlah rata-rata penumpang per penerbangan.

Lha, kalau semua diumumkan apa enggak pusing dengarnya, ye kan?

Nah, konsep silence airport yang diberlakukan di bandara Dubai ini menurut saya memang bikin makin nyaman. Pasalnya, kita enggak bakalan dengar pengumuman yang bertubi di Dubai International Airport ini. Yang mana kadangkala berbagai pengumuman itu bisa bikin penumpang merasa tertekan lantaran kebisingan yang ditimbulkan. Sehingga ujung-ujungnya bikin enggak tenang hati ini.




Tapi, apa kita enggak bakalan kebingungan di airport sebesar itu tanpa ada pemberitahuan?

Enggak bakalan!

Karena begitu turun saja kita sudah disuguhi FIDS (Flight Informastion Display Screen) yang lengkap dan akurat di beberapa tempat. Belum lagi petunjuk arah dan tempat yang jelas terbaca di berbagai sudut bandara. Juga counter informasi dengan petugas berjaga yang tersedia di beberapa lokasi.

Pun penempatan staf layanan penumpang di beberapa titik yang akan mengarahkan kita harus menuju kemana nanti. Pokoknya enggak bakalan tersesat karena semua informasi lengkap dan tepat.



Meski begitu turun dari pesawat kita akan disibukkan dengan proses keimigrasian yang cukup ketat. Tapi ini bisa kita siasati dengan menyiapkan sebelumnya prosedur "custom clearance" pada barang bawaan kita. Sebaiknya juga, sebelum mengantri kita lepas dulu saja barang-barang yang sekiranya mengandung unsur metal, seperti perhiasan, jam tangan, sepatu dan ikat pinggang dari badan. Sehingga saat kita melewati pintu detektor nanti alarm tidak akan berbunyi.

Setelahnya langsung kita bisa menuju ke arah "All Departures Gates" yang merupakan pintu keberangkatan untuk transfer ke pesawat tujuan manapun .




Nah, jika waktu transitnya sempit, seperti saya yang kurang dari 2 jam, bisa langsung menuju gate yang tertera di boarding pass dan menunggu panggilan petugas di sana kapan diperbolehkan memasuki pesawatnya. Tapi jika waktunya lebih lapang, silakan jelajahi bandara yang luas dan lengkap sekali ini. Beneran, enggak bakalan bosan melewati masa transit di sini.

Karena tersedianya fasilitas: tempat duduk untuk rehat yang ada di banyak tempat,  toilet yang sangat layak dan banyak, tempat solat ada di berbagai tempat, Shower / kamar mandi, ATM, kereta untuk pindah antar terminal, internet cepat, tempat makan, tempat hiburan dan tempat belanja







Nyeselnya saya di sini cuma sebentar saja! Transit dua kali saat pergi dan pulang saja. Wah, bandaranya saja sekeren ini, apalagi negaranya ya. Duh kan mupeng saya jadinya. Berkesan sekali perjalanan dan masa transitnya.

Meski sejatinya saya masih pengin menikmati Dubai International Airport yang sungguh nyaman dan megah ini. Tapi apa mau dikata, penerbangan berikutnya sudah menunggu saya.


pic by emirates com

pic by emirates com

pic by emirates com

Dan ini bikin saya jadi punya mimpi akan mengunjungi Dubai satu hari nanti nanti. Enggak cuma singgah di bandaranya tapi juga puas-puasin eksplor negaranya. Saya ingin mengunjungi Burj Khalifa, pecakar langit bertinggi 828 meter yang berlokasi di Dubai Downtown yang menjadi landmark utama kebanggaan Dubai. Naik sampai ke dek observasi di lantai 124 untuk melihat landscape Dubai yang terkenal eksotik. Juga malam harinya, di taman Burj Khalifa saya akan menikmati pertunjukan air mancur yang sangat cantik.

Sebelumnya saya mau bergaya dulu di depan Burj  Al Arab, hotel bintang 7 yang berada di kawasan beachfront Dubai. Satu-satunya hotel bintang 7 di dunia yang pastinya bikin rasa penasaran saya makin memuncak. Gimana enggak, bintang 5 saja sudah keren, apalagi bintang 7 yak?


pic by: visitdubai com

pic by: visistdubai com

Belum lagi jika menyinggahi Palm Island, pulau buatan di teluk Persia yang merupakan hasil reklamasi yang saat dilihat dari atas, berbentuk menyerupai pohon palem itu. Syukur-syukur bisa menginapi salah satu hotel, resorts, villa atau apartemennya. Kemudian menyegarkan mata ke Dubai Miracle Garden, gurun pasir yang disulap menjadi taman bunga dengan jutaan bunga beraneka warna.

Pun, mengenang masa lalu di kawasan Bastakia Quarter yang menyajikan Old Dubai atau kota lama. Dan sebelum pulang mampir dulu ke Dubai Mall, salah satu mall terbesar di dunia dengan butik-butik merk ternama yang di tengah-tengahnya ada sebuah akuarium raksasa yang berisi aneka biota laut termasuk hiu dan pari manta.

Ah, semoga impian saya bisa menjadi nyata!💗


(*Artikel  yang sudah disunting tayang di Travel Detik)


#ODOP
#EstrilookCommunity
#Day13




Life is short and the world is wide,

Dian Restu Agustina






Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

1 komentar untuk "Dubai, Sebuah Mimpi yang Belum Tercapai"

  1. liat fasilitas pesawatnya aja duh wow banget. Journey yang keren mba. Smg terwujud jalan2 ke dubainya, gak cmn transit

    BalasHapus