Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Creative Content & Social Media

Creative Content & Social Media, yup...temaaan, tahukah dirimu jika dari 268 juta jiwa penduduk Indonesia, sebanyak 56% -nya telah mengakses dan menjadi pengguna aktif internet? Dan jumlah ini dipastikan akan terus bertambah seiring kemajuan dunia digital yang telah merambah segala bidang. Apalagi penggunanya menyebar merata di semua generasi, baik tua maupun muda, mulai kalangan baby boomers, millenials, generasi X juga generasi Z yang ada. Inilah yang membuat profesi yang berkaitan dengan dunia digital makin diminati. Termasuk diantaranya content creator. Sebuah profesi yang memerlukan tingkat kreatifitas tinggi agar konten makin keren. Meski memang mesti memperhatikan banyak hal agar tercapai apa yang ditargetkan.
Apa sajakah itu? 





Jati Savitri, Head of Content Enrichment & Social Media - Medcomid (anak perusahaan dari Media Group - Metro TV) membagikan kepada semua peserta BI Netifest 2020 pada hari Kamis, 16 Januari 2020 yang lalu di Aryaduta Hotel Jakarta dalam sharing bertajuk "Creative Content & Social Media"

Mau tahu sharing-nya???




Jati Savitri


Data dan Fakta Seputar Internet di Indonesia


Mbak Jati, mengawali presentasi "Creative Content & Social Media", dengan menyajikan fakta bahwa internet "disrupts" tidak hanya terjadi pada generasi muda saja. Berbagai kalangan terkena efeknya meski dengan prosentase berbeda. 

Data per Jan 2019 untuk pemetaan pengguna internet Indonesia menunjukkan:
  • Total populasi Indonesia: 268,2 juta
  • Pelanggan mobile: 355,5 juta
  • Pengguna internet: 150 juta
  • Pengguna aktif sosial media: 150 juta
  • Pengguna aktif  mobile sosial media: 130 juta

Jati Savitri



Sementara untuk waktunya, dari hasil penelitian juga tergambar jika interaksi pengguna internet Indonesia:
  • Waktu rata-rata untuk mengakses internet dari berbagai gawai: 8 jam 36 menit
  • Waktu rata-rata akses ke sosial media dari berbagai gawai: 3 jam 26 menit
  • Waktu rata-rata menonton 'broadcast, streaming, video on demand': 2 jam 52 menit
  • Waktu rata-rata mendengarkan 'streaming music': 1 jam 22 menit

Jati Savitri


Sedangkan platform yang paling banyak diakses untuk sosial media adalah: 
  1. YouTube
  2. WhatsApp
  3. Facebook
  4. Instagram
  5. Line

Yup, YouTube ternyata merupakan platform yang paling banyak diakses. Sebuah platform yang memungkinkan pengguna mengunggah, menonton dan membagikan videonya membuat terbukanya kesempatan bagi siapa saja untuk membuat video lalu mengunggah di akun YouTube-nya. Mulai dari video yang ngasal sampai yang profesional. Bisa yang bertema khusus sesuai passion kita atau yang lagi trending dan banyak orang suka.

Dan, tak hanya diunggah di YouTube, berbagai video ini juga bisa diunggah di platform lainnya termasuk di media. Ya, sejak maraknya trend video, media publik seperti televisi pun membuka diri akan kiriman reportase dari warga biasa yang lazim disebut citizen journalism atau jurnalisme warga.


Jati Savitri


What is Citizen Journalism and How to Be?


Teman-teman pernah kan nonton berita di TV, terus gambar yang ditayangkan itu kelihatan seperti bukan standar wartawan. Maksudnya gambarnya kek kurang fokus, agak goyang tampilannya juga terbatas narasinya. Nah, itulah video amatir yang dikirimkan oleh citizen journalism, sebuah aktifitas mengumpulkan informasi, memeriksa fakta, analisis data dan pelaporan berita oleh masyarakat umum (bukan wartawan profesional).

Keberadaan video dari citizen journalism bisa menjadi sumber bahan berita bagi media, apalagi jika liputannya bersifat aktual. Seperti peristiwa banjir yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya pada malam tahun baru yang lalu. Beberapa tayangan yang menunjukkan lokasi banjir di berbagai titik dilaporkan oleh para jurnalis amatir ini. Tentu reportase ini sangat membantu media untuk bisa update berita yang akan disiarkan pada khalayak dengan segera. Sebaliknya bagi peliputnya menjadi kepuasan dan kebanggaan tersendiri jika laporannya tayang di televisi.


Jati Savitri


Nah, Mbak Jati yang juga seorang blogger ini, menyampaikan beberapa News Value yang perlu diperhatikan oleh para citizen journalism saat meliput berita. Pemilihan news value yang tepat akan menjadi awal yang bagus untuk sebuah liputan. Beberapa faktor itu adalah:

  1. Magnitude: seberapa luas pengaruh sebuah peristiwa akan menentukan apakah tulisan itu bernilai besar atau tidak. Contoh: liputan peristiwa banjir Jakarta akan lebih bernilai daripada kecelakaan motor yang terjadi di jalan raya di dekat rumah kita
  2. Proximity: kedekatan peristiwa dengan pembacanya akan mempengaruhi ketertarikan masyarakat terhadap berita. Misal: berita tentang Gubernur Anies lebih menarik bagi warga Jakarta daripada liputan tentang Gubernur Ridwan Kamil (kedekatan psikologis). Juga bagi warga Jakarta berita ditebanginya pohon di Monas lebih menarik daripada berita banjir bandang di Banten (kedekatan geografis)
  3. Actuality: nilai kebaruan berita. Contoh: saat ini yang lebih menarik adalah berita virus Corona daripada Anthrax
  4. Impact: Seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari peristiwa makin tinggi nilai berita. Misal: banjir yang berdampak pada lumpuhnya perekonomian Ibukota selama beberapa hari lebih menarik daripada kecelakaan sebuah mobil yang menabrak apotek.
  5. Unusualiness: ketidaklaziman sebuah hal akan membuat berita makin menarik bagi pemirsanya. Contoh: Ibu melahirkan bayi kembar siam dempet perut
  6. Public Figure: berita mengenai orang ternama, artis, pejabat negara, tokoh terkenal, merupakan berita yang bernilai. Semakin terkenal sosoknya akan semakin bernilai beritanya. Misal: berita tentang Barbie Kumalasari akan lebih bernilai daripada artis yang kurang terdengar namanya😁

Jati Savitri


Hmmm, News Value sudah tahu, lalu apa saja hal yang mesti diperhatikan secara visual agar video liputan yang kita buat itu layak dan bisa setara standarnya dengan buah karya wartawan profesional serta seusai dengan tren yang ada?

Mbak Jati menyebutkan secara Visual karya video dipengaruhi oleh:
  • Establish Shot: cari lokasi yang jadi tempat pengambilan video nanti
  • Type of shot (wide, medium, close up): Misal: untuk kasus korupsi anggota dewan: wide shot - tampak depan gedung DPR, medium shot - logo bagian depan, close up - penampakan lebih dekat
  • Lighting: pencahayaan terbaik adalah sinar matahari. Waktu terbaik shooting: pagi (7-9) sore (3-5)
  • Interview/sound on tape composition: saat interview jangan terpotong kepalanya, ukuran standar tampak 2 kancing dari atas
  • Opening, bridging, closing on camera: usahakan bikin 3 kali shoot untuk opening, narasi, closing
Nah, jika hasil video sudah ketjeee, tentu perlu dong narasi pendukung untuk melengkapi tayangan visual tadi.

Maka sebaiknya kita memperhatikan juga beberapa faktor how to write script berikut ini:
  1. 5W1H: What, Who, Where, When, Why, How (ulas semua aspek)
  2. KISS: Keep In Short & Simple (singkat dan padat)
  3. SPOK: Subyek - Predikat - Obyek - Keterangan (kalimat aktif)

Jati Savitri


Attention is More Important than Ever


Yippiii! Videonya sudah jadi!😍

Etapiii, Mbak Jati mengingatkan, masih ada beberapa hal yang mesti diperhatikan nih...yakni"
  • Atensi/perhatian manusia hanya bisa bertahan di 8 detik pertama. Maka di waktu emas inilah yang jadi kesempatan kita untuk mendapatkan perhatian viewers dan membuat mereka tidak beralih ke konten yang lainnya.
  • How to win your audience: bikin konten yang 'funny, inspiring, controversial, shocking, cute'
  • Perhatikan waktu terbaik untuk mengunggah konten di sosial media, biasanya di masing-masing platform akan berbeda
  • Contiunity: kita mesti kontinyu posting konten sehingga follower/viewers akan tetap bertahan dan bahkan meningkat. Waktu terbaik (sehari  ada 3 kali): waktu orang berangkat beraktifitas, di jam makan siang, setelah beraktifitas/malam hari saat orang sudah di rumah
  • Continuity dapat meningkatkan engagement,ingat reply selalu komen yang mampir ke konten (termasuk di blog)
  • Pelajari analitik konten. Ingat beda platform beda analitik. Targetnya sudah sesuai belum dengan target awal kita. Lakukan perubahan jika perlu dari data yang kita dapatkan. Contoh, kalau blog ya di Google Analytic
  • Kualitas konten yang utama, branding akan mengikutinya


Nah, gimana teman-teman, sudah nambah kan ilmu jurnalistiknya?

Yuk segera buat liputannya!

Lalu unggah di akun YouTube teman-teman atau di platform lainnya. Atau kirimkan saja ke media sebagai citizen journalism Indonesia!
Oh ya, pesan Mbak Jati, ilmu ini aplikatif juga buat diterapkan di blog atau konten sosial media ya, silakan saja disesuaikan dengan platformnya....

Selamat berkarya!😎






Salam Semangat


Dian Restu Agustina


Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

49 komentar untuk "Creative Content & Social Media"

  1. Ternyata banyaak banget pengguna internet..Bisa dibayangkan memang hampir semua orang akses internet mulai dari anak-anak sampai dewasa. YouTube juga jadi yang paling banyak dipakai ya mbak.. Secara anak-anak pun doyan lihat YouTube �� Tapi kalau disuruh bikin video saya nyerah duluan.. Mending nulis ratusan halaman aja..serem bicara depan kamera..hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa diterapkan untuk konten platform yang lain mbak...hampir sama sih, cuma ini khusus ke video penerapannya

      Hapus
  2. Jati Savitri ini seniorku di kampus, Mba.
    Keren buangeett ya doi :))
    Mba Dian juga keren pol, bisa jadi JUARA dan istiqomah menyajikan konten berkualitas.
    Makasiii sharing-nyaaaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak Jati mumpuni presentasinya kemarin..Alhamdulillah bisa dapat sharing dari Beliau

      Hapus
  3. Wah... bagus banget nih buat jadi panduan untuk bikin content. :) Belum berpikir merambah ke youtube sih. Tapi menurut saya, ini bisa diterapkan untuk membuat content melalui platform lain juga sih. Makasih sharingnya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak
      Kemarin yang hadir di acara blogger juga kan
      Jadi memang secara umum bisa untuk semua platform tinggal sesuaikan saja

      Hapus
  4. Kalo baca kondisi terkini posisi dunia digital, saya sering bertanya sama diri sendiri, "saya ada di mana?"
    Pertanyaan yang kadang bikin minder karena belum banyak yang saya lakukan di dunia ini. Tapi, takapa, setiap orang punya perannya masing-masing meski skill-nya ga selalu update ngikutin kemajuan zaman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Blogger berperan juga lho Mbak..
      Juga enggak harus lewat blog, menyebarkan konten positif di sosial media kita saja sudah berarti bagi sesama. Semangat!

      Hapus
  5. Wah kita kebagian ilmunya Tulisan ini bagus deh banyak info yang bisa di terapkan nih tetap semangat berbagi ya mbak

    BalasHapus
  6. SPOK ini kerap daku terapkan, tapi sih tidak sering untuk artikel, melainkan pas mengajar dan kuis tebak-tebakan pelajaran bahasa kelas 6 SD hihi

    BalasHapus
  7. Tetep ya, mau di platform apapun konten itu rajanya. Dan dari dulu hingga sekarang aturan ini masih berlaku. JAdi terus semangat untuk memperbaikin konten

    BalasHapus
  8. Waaah... makasih banget sudah membagikan oleh-oleh yang keren ini. Harus disave, nih, agar selalu ingat. Tipsnya mantap dan KISS banget. Sudah gitu komplit pula.
    Makasih, Mbak Dian

    BalasHapus
  9. Wah senangnya jadi finalis binetifest2020 , dapat banyak ilmu yang bergizi
    Apalagi bikin video yang susah susah gampang.
    Saya sering bikin utk memperkuat tulisan. Belum berani melangkah jadi vlogger 😁😁😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak...ini video untuk semua platform bisa dipakai dasar ilmunya

      Hapus
  10. Noted Mba, sebagai blogger misalnya, membuat kalimat pembukaan atau judul yang tepat itu penting ya, biar pembaca bisa bertahan dan kepo baca lanjutannya.

    Masih harus banyak belajar nih saya, biar bisa jadi creative content and social media yang handal :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, benar Mbak..kalimat pertama mampu menarik pembaca untuk stay enggak...

      Semangat Mbak Rey!

      Hapus
    2. Semangat, saya belajar banyak dari setiap postingan Mba Dian, bahasa khasnya selalu keluar di awal postingan, dan bikin kepo.

      Makanya, itu yang membuat pembaca bertahan dan terus baca ya hihihi.

      Hapus
  11. Wah thanks mbak udah mau berbagi ilmu jurnalistik yang didapatkan waktu ikut BI.Ternyata jadi content cretaor di medsos nggak mudah ya, banyak hal yang harus diperhatikan, termasuk untuk waktu postingnya. Sejauh ini sih saya nyamannya di blog saja belum terlalu bisa eksis di medsos hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eksis di semua lebih bagus Mbak.karena akan saling mendukung. Job juga sering minta minimum follower medsos.
      Semangat ya!

      Hapus
  12. Nah, ini bermanfaat banget buat saya. Lagi semangat nulis, emang harus tau apa yang disukai dan dibutuhkan pembaca dan masyarakat. Biar nulisnya makin berbobot.

    Makasih banyak mbak Dian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak..Tapi nulis sesuai bidang keilmuan kita, kebisaan, dan passion juga boleh banget kok. Pasti ada yang perlu infonya.
      Semangat ya

      Hapus
  13. Aku auto menghitung dong Mbak, berapa lama dari sehari aku berhubungan dengan sosial media? Huaaa ... Mau ngaku tapi rada malu. Soalnya ternyata nyaris 24 jam, hahaha ... Ya iya, gimana dong, bangun tidur salah satunya menyempatkan untuk BW. Pagi harinya mulai kerja pun pakai sosial media. Ini sampai sore, lalu malam kalau mau apa-apa ya sosial media lagi.

    Informasinya kompliiit sekali. Beberapa sudah diaplikasikan, sebagian besar lainnya belum, hihihi ... Cobain ah ... Terutama video nih yang memang aku sedang belajar tapi belum berhasil, hahaha ...

    Thank you ya, Mbak Dian ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama..akupun lebih dari itu keknya. Karena kita memang (((kerja)) di dunia digital kan...#membeladiri hihihi

      Hapus
  14. Aku tiada hari tanpa internet huhu
    Karena banyak hal positif yang memudahkan urusan kuta, apalagi yg kerja di dunia maya hehe

    BalasHapus
  15. Keren juga ya jadi citizen journalism. Hihi. Tapi iya dibandingin jurnalis profesional pasti ketauan bedanya ya dari video.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mbak..lumayan buat latihan sebelum jadi jurnalis profesional hehe

      Hapus
  16. Aku tertarik banget sama informasi ini:

    - Total populasi Indonesia: 268,2 juta
    - Pelanggan mobile: 355,5 juta

    Artinya apa ini ya, mba?
    Satu populasi bisa jadi pelanggan lebih dari satu mobile ya?

    Baidewei, subway,
    Artikelnya menginspirasi banget apalagi aplikatif buat semua platform ya.



    BalasHapus
    Balasan
    1. Coba bantu jawab ya mbak. Rata penduduk perkotaan sekarang ini punya lebih dari satu nomer mbak. Ada yang semuanya aktif, ada yang satunya khusus untuk paket data / internet doank. Apalagi dengan dukungan HP yang rata2 sudah mendukung dual sim card semua. Itulah kenapa jumlah pelanggan mobile lebih banyak dari jumlah penduduk Indonesia.

      Hapus
    2. Betul sekali..
      Seperti suami saya punya 3, 2 punya pribadi untuk ponsel dan tab, 1 nomor kantor untuk ponsel:D

      Jadi data tersebut menunjukkan 1 orang bisa punya 2 atau 3 mobile

      Hapus
  17. Ini ilmu yamg didapat dari karantina BI Netifest 2020 ya mba. Inspiratif sekali pun demikian untuk kita sebagai penulis konten/blogger mesti diperhatikan berbagai halnya
    pun kini sudah banyak juga media online yang menyediakan kanal untuk liputan citizen journalisme. Era serba internet menyampaikan dan menerima informasi kian lebih mudah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, Mbak..memberi kesempatan buat warga jadi jurnalis serta bagi media mendapatkan bahan berita yang luput didapat jurnalisnya

      Hapus
  18. Beruntung banget mbak bisa terpilih di BI Netifest kemaren. Banyak ilmu baru yang bisa didapat ya, terutama untuk orang-orang yang berkecimpung dalam dunia jurnalistik dan blog.

    BalasHapus
  19. Aku baru tahu Mba Dian ternyata you tube jadi yang paling banyak diakses ya. Aku sangka facebook atau instagram hihihi. Berarti kuota internet para generasi ini gede-gede ya mba dian. Aku setuju kalau mau bikin berita atau video itu ga boleh asal. Harus ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan seperti Bu Jati itu bilang

    BalasHapus
  20. Wah, update datanya informatif banget mba. Jadi, semua sekarang orientasinya harus mobile friendly yaaaa.

    BalasHapus
  21. wah keren nih tulisannya.
    ilmu nih buat saya..
    tak simpan yo link tulisan yang ini.

    BalasHapus
  22. Keren materinya, Mbak Dian.

    Atensi/perhatian manusia hanya bisa bertahan di 8 detik pertama. ..... Kayak menulis di blog sih ya. Kalau di paragraf-paragraf awal kita gak berhasil bikin pembaca tertarik untuk lanjut membaca yaa kemungkinan pembaca akan menutup blog kita.

    BalasHapus
  23. Youtube emang tetep jadi nomor wahid ya mbak utk socmed. Selain itu ada WA, apalagi Wa grup hahahaha. Setuju sih sama poin2 di atas, menulis dengan value, unik, dan siapkan target audiens, insyaallah branding mengikuti.

    BalasHapus
  24. Waduh, daging semua ini isi BI Netifest nya yah,, luar biasa. Makasih sudah membagikannya untuk kami yang gak bisa berada di sana seperti Mbak Dian dan yang lainnya ya. Btw, di era big data siapa yg piawai menggunakan data dialah pemenangnya.

    BalasHapus
  25. Menurut mbak, apakah pekerjaan kreatif akan menjadi sesuatu yang menjanjikan untuk kedepannya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurutku menjanjikan tapi mungkin jg medianya atau platformnya akan berkembang, tinggal orgnya mau ngikutin apa gak hehe

      Hapus
  26. Aku mengakui banget aku sendiri skrng gak bisa lepas dari social media...jaman skrng apa2 semua orang sosmed yah..

    BalasHapus
  27. Seruuuu pelatihannya. Konsep citizen journalist emang sdng berkembang ya, asalkan bisa dipertanggungjawabkan jd bukan hoax. Skrng juga udah mulai banyak media yang menerima report atau informasi dr warga gtu.
    Aku kalau sosmed msh sebatas buat kerjaan. Kalau yg informatif lbh ke blog aja kali ya, kalau boleh dibilang gtu hehe.

    BalasHapus
  28. Keren ya mbak materinya, pas banget nih buat saya yang masih awam dan baru di dunia blog. Nah, sayang banget aku malas ngeyutube padahal bermanfaat sekali untuk blogku.

    BalasHapus
  29. Ga bisa dipungkiri sih memanv kalau kita pegang gadget itu lama banget bisa belasan jam. Btw bener juga ya baru kepikiran kita jadi citizen journalism aja haha.

    BalasHapus