Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Benteng Marlborough - Saksi Bisu Peninggalan Inggris di Bengkulu


"Sudah ada sepasang yang meninggal di sini. Jatuh, langsung terjun bebas ke bawah. Yang perempuan duluan, kapan hari ada lagi, laki-laki. Keduanya meninggal di tempat. Sekarang sudah berjodoh mungkin!"

Begitu di sampaikan Bapak Pemandu dengan meyakinkan. Sementara saya mendengarkan sambil agak merinding meski itu siang-siang. Langsung mata saya tertuju ke bawah sana. Memang curam sih dinding bentengnya. Jika posisi kita berdiri di atas atap dan tidak hati-hati memang bisa bikin kita terpeleset jatuh ke parit di bawah sana nanti. Dan, karena ketinggiannya, tak heran korban langsung meninggal seketika. Hiks, membayangkannya saja, ngeri saya!


Benteng Marlborough


Fort Marlborough

sumber: majalahpeluang.com


Di luar cerita berbau kengerian itu, guide ini juga berapi-api mengisahkan betapa penduduk di sekitar benteng ini sering mendengar aneka suara jejeritan, tembakan, orang berbaris, tertawa, menangis kesakitan, ternampak sesosok perempuan atau seorang laki-laki tahanan...dan banyak hal horor lainnya. Tak heran sih, menilik Fort Malborough alias Benteng Marlborough telah berusia sekitar 3 abad sehingga pastinya menyimpan banyak kisah memilukan.


Sejarah Benteng Marlborough


Benteng yang berlokasi di atas bukit buatan menghadap ke arah Kota Bengkulu dan memunggungi Samudera Hindia ini diberi nama Fort Marlborough untuk menghormati komandan ternama Inggris, John Churchill yang bergelar Duke of Marlborough. Seorang jenderal Inggris terkenal di awal abad ke-17, yang merupakan pemimpin pasukan ekspedisi Inggris ke daratan Eropa atas kepercayaan Ratu Anne. Pada saat itu, Duke of Marlborough bersama 12.000 orang tentara berhasil mengalahkan pasukan gabungan dari kekuatan raja-raja daratan Eropa seperti Austria, Belanda, dan Bavaria yang dihimpun oleh Raja Louis XIV dari Prancis.

Terletak di tepian laut dengan struktur bangunan yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat lengkap, membuat benteng ini menjadi istimewa. Denah benteng seperti kura-kura dengan dinding bangunan terbuat dari bata dengan rata-rata satu meter tebalnya. Lantainya dari ubin, batu karang, dan atapnya berupa genteng. Sementara pintu gerbang dan pintu ruangan terbuat dari kayu berengsel besi. Sedangkan luas total areanya, sekitar 44.100 meter persegi dengan ketinggian bangunan 8,5 meter 

Bagian dalam benteng terdiri dari beberapa ruangan berfungsi sebagai ruang tahanan, gudang senjata, kantor dan beberapa ruangan lainnya. Sedangkan bagian tengah benteng merupakan halaman luas dan terbuka.

Benteng berbentuk segi empat ini memiliki bastion atau gedung jaga di keempat sudutnya. Bastionnya berbentuk segi lima yang dikelilingi oleh tembok yang dilengkapi dengan celah intai berbentuk segitiga. Selain itu benteng juga pernah memiliki terowongan bawah tanah yang berfungsi sebagai penghubung keluar area. Konon terowongan ini menuju ke Pantai Panjang, Tapak Padri, dan Gedung Daerah (Istana Gubernur) yang kini tertutup karena tidak terpelihara. 

Benteng yang didirikan oleh East India Company (EIC) pada tahun 1714-1719 di bawah pimpinan gubernur Joseph Callet sebagai benteng pertahanan Inggris ini, berfungsi sebagai benteng pertahanan hingga masa Hindia Belanda tahun 1825-1942. Berlanjut saat penjajahan Jepang tahun 1942-1945, dan pada perang kemerdekaan Indonesia. Sejak Jepang kalah hingga tahun 1948, benteng itu menjadi markas Polri. Namun, pada tahun 1949-1950, Benteng Marlborough diduduki kembali oleh Belanda. Setelah Belanda pergi pada tahun 1950, Benteng Marlborough menjadi markas TNI-AD. Hingga pada tahun 1977, benteng ini diserahkan kepada Depdikbud untuk dipugar dan dijadikan bangunan cagar budaya.

Oh ya, fakta istimewa dari benteng ini: pada 17 maret 1824, Belanda menyerahkan Malaka dan Semenanjung Melayu kepada Inggris. Sedangkan, Inggris menyerahkan kekuasaannya di Bengkulu dan seluruh kepemilikannya pada pulau Sumatera kepada Belanda.

Perjanjian tersebut dilakukan pada 17 Maret 1824 di London, dikenal dengan Traktat London. Pada perjanjian itu Belanda diwakili oleh Hendrik Fagel dan Anton Reinhard Falck, sedangkan Inggris diwakili oleh George Canning dan Charles Watkins Williams Wynn. Ini untuk mempermudah Inggris dan Belanda dalam mengontrol wilayah jajahan masing-masing. Saat itu sebagian besar jajahan Inggris di Semenanjung Melayu, dan Belanda di Indonesia. 

Nah, sejak menjadi cagar budaya, secara resmi benteng ini dibuka untuk umum pada tanggal 24 April 1984 dengan beberapa perubahan terjadi yang sedikit mengubah bentuk dan keasliannya. Meski demikian dokumentasi perjalanan Benteng Marborough ini tetap bisa kita nikmati di ruang pamer museum yang kini menempati berbagai ruangan yang ada.

Maka, mengingat nilai sejarahnya, mengunjungi Benteng Marlborough saat ke Bengkulu itu wajib hukumnya!!


Benteng Marlborough

Fort Marlborough

Benteng Marlborough

Fort Marlborough

Benteng Marlborough



Mengunjungi Benteng Marlborough


Saya mengunjungi lokasi ini setelah sebelumnya mendatangi Rumah Ibu Fatmawati Soekarno dan Rumah Kediaman Bung Karno pada Waktu Pengasingan di Bengkulu. Saat tiba, suami saya sempat kebingungan akan tempat parkir kendaraan. Karena benteng ini sedang ramai pengunjung sehingga parkiran yang ada di bagian depan tampak penuh. Syukur ada satu kendaraan keluar sehingga kami bisa parkir di sana. 

Selain ketiadaan lahan parkir yang luas, di bagian depan benteng juga ramai dengan pedagang kaki lima, sehingga nampak semrawut dilihatnya. Kalau mereka tertib sih enggak masalah, tapi yang bikin kezel pengunjung dan pedagang sama-sama sembarangan membuang sampah. Hhh!

Lanjut, berjalan ke arah gerbang Benteng Marlborough, baru kelihatan jika bangunan ini terawat. Tak heran, benteng ini memang dalam pengelolaan Dinas Pendidikan Kota Bengkulu dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi. Nah, untuk memasuki benteng ini pengunjung dikenai tiket sebesar 5000 rupiah. Dan saat membeli tiket inilah saya disapa sesebapak yang menawarkan jasa pemandu wisata dengan biaya seikhlasnya. Untuk tahu cerita lengkapnya, kenapa tidak, ya enggak?

Nah, karena dipandu saya jadi tahu kisah dan urutan saat mengunjungi benteng yang tidak hanya berfungsi sebagai pertahanan EIC untuk menghadapai ancaman VOC, tapi juga sebagai tempat yang berfungsi menjadi pusat pemukiman. Di mana seselesainya dibangun pada 1719, pada pertengahan abad ke-18 didirikan beberapa bangunan tambahan diantaranya gudang senjata yang dibangun dalam benteng. Kemudian benteng juga mengalami perluasan karena pembangunan pemukiman.

Memang, selain Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC, ada persekutuan dagang lain yang melancarkan misinya di sekitar wilayah Indonesia pada masa lalu. Persekutuan dagang tersebut adalah East India Company yang berasal dari Inggris. Nah, antara VOC dan EIC sempat bersaing di Banten, namun EIC kalah dan kemudian menyingkir. EIC kemudian mencari tempat lain dan tiba di Bengkulu. VOC sendiri sempat mendirikan sebuah kantor dagang di Bengkulu pada tahun 1664. Namun VOC kemudian meninggalkan Bengkulu karena selalu merugi akibat kebijakan Kesultanan Banten. Di Bengkulu, EIC kemudian melakukan hubungan dagang dengan masyarakat dan kerajaan Selebar. Dan untuk menandai kepentingannya di Bengkulu, EIC kemudian membangun beberapa benteng di wilayah Bengkulu yaitu Benteng York, Benteng Anna dan Benteng Marlborough ini.


Benteng Marlborough

Benteng Marlborough

Fort Marlborough

Benteng Marlborough

Benteng Marlborough

Fort Marlborough

Fort Marlborough

Benteng Marlborough

Benteng Marlborough


Bagian-bagian Benteng Marlborough


Nah, bagian luar Benteng Marlborough ini dikelilingi parit dan tanggul. Tapi pada bagian depan dan belakang sudah tidak tampak lagi, hanya berupa tanah yang agak rendah dan bekas bangunan yang sudah dibongkar. Sisi luar parit yang merupakan tanggul kini dibuatkan jalan setapak selebar kurang lebih 1 meter. Dari jalan setapak ini terdapat halaman yang dibatasi oleh pagar besi yang mengelilingi benteng yang menjadi pembatas area dengan lingkungan luar.

Sementara di bagian dalam benteng terdapat beberapa bangunan memanjang yang pada awalnya difungsikan sebagai gudang persenjataan, tempat tahanan dan perkantoran serta ruang terbuka yang merupakan halaman bagian dalam. Secara keseluruhan bentuk bangunan yang berdenah kura-kura ini merupakan ciri khas benteng-benteng di Eropa. Bagian kepala kura-kura berfungsi sebagai pintu masuk benteng, sedangkan badan kura-kura berfungsi sebagai benteng dan keempat kakinya berfungsi sebagai bastion.

Kemudian untuk bagian-bagian Benteng Marlborough, diantaranya:
  • Bastion: sebuah bangunan menjorok keluar yang terletak di setiap sudut sudut benteng. Fungsinya untuk menyerang musuh dengan tidak menampakkan diri.
  • Revaline:  bangunan pertahanan bersudut tiga, umumnya terletak di atas parit yang dihubungkan oleh jembatan ke arah bangunan benteng. Pada benteng Marlborough, bagian revaline pada awalnya berfungsi sebagai pertahanan. Namun pada masa kemudian difungsikan juga sebagai sarana sosial.
  • Ruang Sel Tahanan: berfungsi sebagai tempat menampung para tahanan pada masa penjajahan.
  • Terowongan: konon dulu digunakan sebagai tempat lari tentara Inggris bila benteng ini dikepung yang bisa tembus hingga Pantai Panjang. Terowongan dengan lebar 2 meter dan panjang kurang lebih 6 meter ini dibangun di bawah tanah dan berfungsi sebagai jalur aman untuk keluar masuk benteng. Konon berdasarkan cerita yang beredar, terowongan ini pada mulanya sangat panjang. Bahkan ujung dari terowongan ini memiliki beberapa cabang yang berujung di pantai Paderi, Pantai Zakat dan Istana Gubernur. Dan seiring berjalannya waktu, terowongan ini tertutup tanah dan yang tersisa saat ini hanya sepanjang 6 meter
  • Meriam: senjata yang pada masanya digunakan untuk peperangan. Terdapat meriam yang diletakkan di tempat terpisah, yaitu di sebelah utara dan di sebelah timur bastion. Juga ada lapangan rumput yang dipenuhi beberapa meriam tua. Hingga kini, meriam-meriam tua ini masih terjaga kelestariannya, dan selalu dibersihkan dengan bahan kimia untuk mencegah korosi.
  • Gudang Persenjataan/Mesiu:  untuk menyimpan perlengkapan persenjataan oleh pemerintahan Inggris, yang termasuk didalamnya adalah meriam.
  • Museum:  ruang pamer dan audio-visual untuk meningkatkan pemanfaatan Benteng Marlborough sebagai cagar budaya, memberi pemahaman kepada masyarakat terhadap nilai penting warisan budaya, serta dapat dimanfaatkan masyarakat untuk menyelenggarakan sejumlah kegiatan seperti pameran dagang dan budaya. Di sini ditampilkan berbagai macam dokumen-dokumen penting semasa pemerintahan kolonial Inggris. Salah satu dokumen adalah dokumen SFR (Sumatera Factory Record). Dokumen ini kabarnya merupakan salah satu dokumen rahasia yang berisi mengenai catatan-catatan pemerintah kolonial Inggris mengenai sumber daya yang ada di Pulau Sumatera. Di sini, kita juga dapat mengetahui dan belajar sejarah kolonial Inggris di Indonesia. Adapula foto dan potongan koran yang masih tersimpan rapi di ruang pamernya
  • Makam: adanya makam Residen Thomas Parr, Charles Murray, dan satu makam tak dikenal. Ketiganya dimakamkan di sana karena takut akan dihancurkan warga Bengkulu yang anti pada penjajah.
  • Prasasti: empat buah prasasti nisan berbahasa Inggris yang ditempelkan pada dinding gerbang pintu masuk dari belakang yang bertuliskan : George Thomas Shaw yang meninggal tanggal 25 April 1704, Richard Watts yang meninggal 17 Desember 1705 dalam usia 44 tahun, Henry Stirling yang meninggal pada bulan April 1744 dalam usia 25 tahun dan Capt. James Coney yang meninggal Februari 1737 dalam usia 36 tahun.
  • Rooftop:  jika naik ke atas, kita akan melihat pemandangan yang menakjubkan, mulai dari hamparan Samudra Hindia yang berbatasan dengan garis pantai Tapak Paderi, bentuk benteng dari atas dengan beberapa meriam yang menghadap ke laut dan pemandangan pemukiman warga sekitar serta kampung cina.
Fort Marlborough

Fort Marlborough


Benteng Marlborough

Benteng Marlborough
Fort Marlborough

Fort Marlborough

Benteng Marlborough

Benteng Marlborough

Fort Marlborough


Tips Mengunjungi Benteng Marlborough


Setelah lelah berkeliling sambil mendengarkan cerita si Bapak yang memandu saya, tibalah kami kembali di gerbang benteng yang tadi. Yang saya suka, Bapak ini bercerita dengan berapi-api dan bersemangat sekali. Sesekali dia menyinggung kondisi politik negeri ini yang nampak sekali dia ikuti. Meski kadang saya menangkapnya kurang mengerti karena diselipi kiasan dan logat setempat. Tapi, so far saya senang di saat sudah pensiun dari bekerja di benteng sini si Bapak masih aktif menjadi pemandu yang membuat wisatwan sangat terbantu.

Saya akhirnya meninggalkan benteng setelah sebelumnya menerima tawaran sesebapak yang menawarkan foto langsung jadi di depan gerbang untuk kenang-kenangan.


Nah, beberapa tips jika teman-teman mengunjungi Benteng Marlborough diantaranya:

  1. Karena letaknya di tepi pantai membuat di sekitar benteng cuacanya panas sekali. Jadi lindungi diri dengan kacamata atau topi.
  2. Bawa air minum agar tidak dehidrasi
  3. Pakai saja jasa pemandu agar kita tahu bagian-bagian benteng dan beraneka kisahnya
  4. Berfoto langsung jadi agar ada kenangan dengan tulisan kita pernah ke sini. Hitung-hitung punya versi cetaknya, karena biasa kita hanya simpan foto di versi digital saja kan ya?
  5. Nikmati pemandangan laut lepas dari rooftop, tapi hati-hati karena posisinya yang tinggi. Hindari selfie di sini dan jaga anak-anak agar tidak berlari-lari
  6. Beli souvenir yang dijajakan di dalam benteng karena ada ciri khas yang tidak kita temukan di tempat lain termasuk di pusat oleh-oleh di Bengkulu
  7. Buang sampah pada tempatnya dan jangan rusak cagar budaya kita

Fort Marlborough

Benteng Marlborough

Fort Marlborough

Fort Marlborough


Benteng Marlborough

Fort Marlborough

Benteng Marlborough

Sementara harapan saya semoga, Benteng Marlborough tetap lestari sehingga generasi mendatang bisa belajar sejarahnya dan ikut menikmati keberadaannya. Sekedar saran, untuk jasa pemandu mungkin bisa ditetapkan saja di loket tiket seperti saat saya mengunjungi Lawang Sewu di Semarang atau Museum Keraton Yogyakarta. Sehingga besarannya pasti dan jelas baik bagi wisatawan maupun pemandunya. Selain itu, agar terlihat rapi, mohon ditertibkan pedagang yang ada di parkiran yang membuat taman di luar benteng jadi rusak karena diinjak-injak dan sampah berserak. Ketiga, untuk sovenir shop lebih baik disediakan ruangan sehingga tertata dengan baik.

Nah, semoga kisah Benteng Marlborough ini bisa menambah wawasan teman-teman ya...
Mari kita jaga cagar budaya Indonesia agar lestari hingga nanti!❤



referensi: 
keterangan pemandu dan catatan/dokumen penyerta pada museum
https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2014120300001/benteng-marlborough



Stay Happy

signature-fonts
Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

26 komentar untuk "Benteng Marlborough - Saksi Bisu Peninggalan Inggris di Bengkulu"

  1. Perjalanan yang seru sekali. Noted, kalo kapan kapan saya ke Bengkulu, mau banget bisa main ke Benteng Malbprough ini juga.

    Dih soal sampah, seperti masalah yang selalu ada di setiap tempat wisata kita deh ya. Ampun deh. Sesederhana saya ke Mercusuar Cikoneng Anyer yang dikelola langsung sama negara, lha tetap aja yang nginap dan santai di pinggir pantai tetap buang sampah suka suka padahal banyak tempat sampah yang disediakan.

    BalasHapus
  2. Mbak, aku kok ga berani ya ke benteng soale pernah ngalamin yg aneh2. Tp makasih ini tips nya, smoga suatu saat aku berani kunjungan ke benteng.

    BalasHapus
  3. Bangunan Belanda dipikirkan matang matang supaya awet ribuan tahun ya?
    Terlebih ini benteng pertahanan militer.
    Seperti kompleks militer di Bandung dan Cimahi yang juga warisan kolonial

    BalasHapus
  4. Waah jadi sebelum Belanda Inggris duluan yang punya benteng Marlborough ini ya. Entah kenapa aku kagum lho zaman dulu bikin bangunan sama benteng tapi bisa kokoh banget. Udah berabad-abad. Itu yang jatuh bisa sepasang gitu ya walaupun beda hari jatuhnya. Ngeri. Aku pernah ke benteng vredeburgh yang di Jogja mba, Gak seluas dan setinggi itu cuma suasananya tetep ngeri museumnya. Meskipun semua lampu nyala, kalau cuma ada 2-3 orang pengunjung rasanya tetep merinding. Apakabar yang seluas ini deh. Tapi aku penasaran sih kalau ke Bengkulu mau ke situ juga ehehe #dasaraku

    BalasHapus
  5. Seru banget nih jalan-jalan ke tempat bersejarah kayak gini. Aku tuh selalu suka main ke tempat yang ada sejarahnya, menarik untuk diulik. Apalagi diceritakan dengan penuh semangat sama pemandunya, wah makin penasaran deh..

    BalasHapus
  6. Benteng ini sudah diterapkan sebagai cagar Budaya, ya, Mbak. Syukurlah masih terjaga dan masih ada sampai sekarang. Tempatnya bersejarah banget. Cuman
    jadijadi ngebayanhin pas zaman dulu di sini. Selalu seru baca cerita perjalanan Mbak Dian. Ulasannya lengkap.

    BalasHapus
  7. Lumayan ya Mba Dian, cukup merogoh kocek 5000saja.
    Nanti kalo berkesempatan mengunjungi benteng ini di Bengkulu,sebaiknya datang weekday aja ya, biar gak terlalu rame. Jadi gak sulit cari parkiran

    BalasHapus
  8. Kalau berwisata ke tempat peninggalan atau tempat bersejarah seperti ini, memang sesuatu ya mbak. Untungnya nggak malam berfoto di sana 🙈. Eh tapi kalau jalan-jalannya bersama yang bisa ceki-ceki penampakan, haddeh nggak kebayang deh. Ah sudahlah, hihi

    BalasHapus
  9. Prolognya rada horror juga ya Mbak. Tapi itu yang bikin saya jadi penasaran dan tertarik baca tentang benteng yang sudah berusia sekitar 3 abad ini. Btw seru juga ya berkunjung ke tempat wisata yang penuh sejarah seperti benteng malborough ini.

    BalasHapus
  10. Pasti MasyaAllah indah banget ya Mbak pemandangan di rooftop itu.
    Bisa berkunjung langsung ke benteng yang bersejarah gini seru ya Mbak, apalagi jika yang pandu emang tahu dengan jelas setiap sudut tempat ini pasti bakalan dapat informasi lengkap ya, bisa jadi sekalian belajar sejarah juga ya alalagi kalau bawa anak-anak.

    BalasHapus
  11. Luas juga ya bentengnya. Bagus ya udah terawat gitu, jadi engga terlalu spooky deh. Kenapa juga pemandunya musti cerita serem sih...kan jadi engga nyaman. Hehe...Menarik juga nih, kenapa kok Inggris bisa nyangkut di Bengkulu? Musti ditelusuri lebih jauh deh...Sejarah memang selalu menarik...

    BalasHapus
  12. Kalau mba Dian bayar berapa untuk pemandunya mba? Kadang kalo seikhlasnya jadi bingung. Hehe... Benteng2 peninggalan sejarah memang kerap menyimpan banyak cerita ya. Bagus juga ini buat menambah wawasan kita dan anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 100 rb biasanya, Mbak
      Iya sering bingung kalau seikhlasnya

      Hapus
  13. Mengetahui kalau denah benteng seperti kura-kura, saya teringat dengan Benteng Fort Rotterdam yang ada di Makassar. Benteng ini juga denahnya seperti kura-kura. Mungkin, arsitekturnya sama kali, ya? Kapan-kapan kalau Mba Dian ke Makassar, juga harus mengunjungi Benteng Fort Rotterdam.

    BalasHapus
  14. Soal pemandu ... kalau nggak ada tarif resmi malah bingung ngasihnya. Pernah nanya2 ke pedagang kaki lima gitu tarif pemandu rata2 berapa? Jawabannya juga bikin bingung haha... ada yang kasih segini segitu ada juga yang segana saking banyaknya.

    Baca tulisan ini... jadi sakit sama mbak Dian yang saya ingatnya bagus banget. Iya sih yang kaya gini ada di banyak postingan.. tapi baca ini berasa pengalaman pribadi banget. Suka deh, jadi belajar juga soal penulisan catatan perjalanan dari membaca tulisan ini

    BalasHapus
  15. Mbak, super lengkap tulisannya. Jadi pengen bikin tulisan serupa, aku ada beberapa tempat sejarah yg pengen kutulis tapi mentok hehehe. Mbak,pas kesana sambil nyatet gitu kah keterangan dari guide nya? Apa cukup modal ingatan aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada yang kurekam, mbak. Terus keterangan yang ada di foto, gambar, dokumen di sana, aku foto...Jadi bisa buat bahan tulisan

      Hapus
  16. Wih keren banget ada benteng di Bengkulu peninggalan Inggris ya ternyata. Kalau Dewi kesana bisa langsung mempersiapkan diri dengan tips di atas, terimakasih mbak Dian:) bener kalau ke sana harus siap topi, dan kacamata, biar puas-puasin foto tanpa kepanasan. Lalu dicetak buat kenang-kenangan:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksudnya foto langsung jadi, Mbak...saya ditawari dan mau, yang ada tulisannya itu ukuran 10 R sekali foto 15 ribu. Lumayan buat kenang-kenangan

      Hapus
  17. Seru banget, Mbak dian. Membaca cerita mbak dian aja membuat Yuni mulai membayangkan bagaimana kehidupan jaman dulu kala benteng ini masih berfungsi sebagaimana mestinya.

    Sekalian berimajinasi ada seseorang penguasa di benteng yang bertemu sesegadis. Yah selanjutnya bisa ditebak lah ya.

    Ini kudu didatangi keknya. Nanti pas pandemi berakhir. Dan ada waktu luang ke sana.

    Mantep dah.

    BalasHapus
  18. Masuk wishlist deh mba Benteng Marlboroug kalau saya jalan-jalan ke Bengkulu. Namanya benteng yg notabene terkait masa penjajahan pasyi rada-rada gimana ya mba. Wah kalau kelilingnya ditemani guide jd ngerti perjalanan sejarahnya. Detil banget mb Dian nulisnya. Keren tp sempat ngeri2 sedap di awal artikel ada yg jatuh. Mksh mb infonya bikin mupeng buat kesana..

    BalasHapus
  19. Ngomong-ngomong soal bagian-bagian benteng, nama Pak bas, yaitu Bastian itu diambil dari "Bastion" lho. Embuh dulu sejarahnya gimana, tapi kata bapak mertua memang inspirasinya dari benteng. Mungkin agar anaknya tumbuh seperti benteng yang kokoh, hehe. Menarik juga ternyata mempelajari setiap bagian benteng. Aku gak pernah kepikiran kayak gini.

    BalasHapus
  20. Aku suka sekali baca-baca sejarah, MBak Diaaan. Kalau baca buku sejarah itu di kepalaku langsung kayak ada film yang diputer. Asyiik banget. Jadi ingat guru sejarah waktu SMP dulu, orangnya pinter cerita. JAdi dia kalau menerangkan pelajaran bener-bener dengan bertutur, jadinya nempel di otak. Melihat foto-foto Mbak Dian ini aku jadi ingat dengan benteng Fordecock di Bukitt Tinggi. Udah ke sana belum, Mbak?

    BalasHapus
  21. Lihat bangunan Benteng Marlborough dari ketinggian terkesan megah dan elegan ya, Mbak. Suka kagum dengan bangunan yang dibangun pada zaman Hindia Belanda, kokoh dan kuat, bertahan hingga sekarang.

    BalasHapus
  22. Wow liat foto langitnya itu birunya cetar membahana.. kebayang deh panasnya pas Mba Dian sekeluarga di sana ya. Tapi asik banget deh kayaknya baca informasi tentang sejarah seperti ini. Kadang anak-anak tuh suka males kalo diajak ke tempat-tempat bersejarah kek gini mba... hehehe... Btw tipsnya oke banget nih. Kalau besok ke sana pastiin bawa sunscreen, topi dan pake sunblock ya biar nggak gosong heheh.. thanks for sharing ya mba..

    BalasHapus
  23. Bentengnya keren banget, anak-anakku pasti suka ngeliatnya. Insyaallah jadi agenda kalo kebetulan menjelajah Bengkulu, ah. Tempo hari masuk Bengkulu via darat lewat Sekayu, jadi cuma sampai Curup aja.

    BalasHapus