Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lebaran yang Kurindukan

Sudah pasti saya enggak mudik tahun ini. Demi kebaikan bersama, pulang kampungnya sementara ditunda. Sampai kondisi aman terkendali, dan pandemi sudah enyah dari muka bumi. Meski hati ini sungguh rindu akan banyak hal yang biasa dilakukan saat lebaran. Pulang ke kampung halaman tercinta, sowan ke orang tua, jumpa saudara, kerabat, tetangga pun sahabat. Makan sajian yang hanya ada saat lebaran. Jalan-jalan..Ah, betapa banyak hal yang saya rindukan saat lebaran. Momen setahun sekali yang sungguh berarti bagi perantau macam saya ini. Ya, saya rindu banyak momen indah lebaran diantaranya:


Hal yang Dirindu saat Lebaran



Mudik

Sejak lulus SMA saya sudah merantau. Jadi lebaran adalah momen yang paling saya rindukan karena saya hampir selalu pulang ke kampung halaman. Persiapan mudik, perjalanannya yang membutuhkan effort warbiyasaaa, baik dari sisi dana, tenaga, pun waktu. Beneran momen ini menjadi istimewa dan selalu saya rindu.


Sungkeman

Jadi di rumah saya ada tradisi sungkeman. Biasa dilakukan setelah salat Ied. Meski makin ke sini enggak bisa lengkap lagi. Karena kadangkala, saya atau kakak-kakak saya berlebaran hari pertama di rumah mertua. Nah, saat sungkeman ini biasanya, saya memohon maaf pada Bapak Ibu lalu Beliaucberdua akan melantunkan doa yang meski singkat tapi sungguh bikin hati nyesss rasanya. Bersyukur masih lengkap ada orangtua. Setelah sungkem ke Bapak Ibu, lanjut ke kakak-kakak saya. Yang muda sungkem ke yang tua, anak-anak sungkem ke orangtuanya ...dst. Rasanya haru gitu momen sungkeman ini. Meski di keluarga besar saya Alhamdulillah rukun, damai, sentosa, tapi bermaaf-maafan atas salah yang dilakukan wajib di momen lebaran. Biar bersih hati di hari yang fitri.


Makan-makan

Sebenarnya ga pernah mewah, malah hidangan kampung yang tersaji di meja. Tapi justru ini yang jadi tombo ati setelah sekitar setahun enggak menikmati masakan Ibu yang tiada duanya itu. Jadi yang biasa dimasak Ibu (meski kini, sudah banyak yang diambil alih kakak saya, karena faktor usia) adalah: sego tumpang, rujak cingur dan bakso. Kelihatan aneh ya..tapi itu yang biasa ada - kata Ibu sih biar beda dari yang lainnya. Baru mungkin ditambah makanan lainnya. Dan itu bikinan sendiri semua. Termasuk bikin bakso sendiri.Lalu untuk jajanan khas yang biasa adalah madumongso selain aneka kue kering. Pokoknya makan dan makaaaan.


Rindu Lebaran



Silaturahmi Keluarga

Jadi selain keluarga besar, ngumpul juga keluarga yang lebih (((besar))) lagi, dari pihak Ibu saya. Jadi ada Bude, Pakde, Bulik, Paklik beserta anak cucunya. Jadi nanti ada giliran dimana kumpulnya (ada arisan keluarga). Biasa hari raya keempat atau disesuaikan waktunya, maka ngumpullah kami sekian puluh manusia dari trah RM. Soebarni Darmoatmojo. Ya, nama Mbah Kung saya masih ada RM alias Raden Mas-nya, pertanda ada darah biru. Tapi ke anak-anaknya sudah enggak dipakai lagi...Karena merasa berdarah merah semua kwkwkw



Pulang kampung juga jadi kesempatan saya untuk jalan-jalan. Mengenalkan anak-anak pada kampung halaman Ibunya dan tempat lahir dan besar Bapaknya (suami saya lahir sampai SMA di Kediri sebelum ortunya pulang kampung karena pensiun ke Madiun).

Biar anak-anak tahu dan paling tidak nanti walaupun dimana berada, mereka tetap merasa punya ikatan dengan leluhurnya. Maka, jalanlah kami ke tempat wisata di Kediri dan sekitarnya. pun kulineran pastinya. 


Lebaran yang Kurindukan
Reuni Perak angkatan 1994 SMAN 1 Kediri 



Meski ga wajib, biasa saya sempatkan ketemu teman-teman jaman SMP dan SMA. Jadi teman yang tinggal di Kediri akan ngabarin kapan rencana ketemu dan sepakatan kami ngumpul di situ. Kadang informal saja tapi sesekali memang ada helatan resmi reuni besarnya. Pokoknya seru, ketemu teman jaman ramai di kelas dulu dan juga mantan #eh


Ziarah

Saya selalu menjenguk makam anak pertama yang berada di dekat rumah orang tua saya. Sebagai pengingat bahwa ada yang sudah nunggu saya di surga. Jadi Bapak, Ibu dan adik-adiknya biar semangat juga amal ibadahnya, agar nanti kami sekeluarga bisa berkumpul lagi di sana pada waktunya. Aamiin.


Lebaran yang Kurindukan



Well, itulah hal-hal yang saya rindukan saat lebaran. Yang saat ini sementara akan saya pendam. 

Kalau dirimu, apa yang dirindu saat lebaran?



Salam Bahagia

signature-fonts
Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

8 komentar untuk "Lebaran yang Kurindukan"

  1. Tidak ada yang kurindukan lagi sejak bapak angkat ku bisa menemukan kami lagi dalam silaturahmi. Sejak 2014 sampai 2019 adalah wajib, sampai tiga tahun belakangan ini setelah menikah lagi tapi ternyata Allah kasih istirahat ga pulang karena covid 19 hiks

    BalasHapus
  2. Bener, Mbak. Covad-covid ini menggagalkan segala rencana yang telah disusun rapi jauh hari.

    Sedih sih. Tapi ya mau bagaimana lagi. Daripada... Daripada...

    Pokoknya, yuni mah sabar saja. InshaAllah, manis kemudian hari.

    Bismillah.

    BalasHapus
  3. Makan nasi kuning khas buatan ibu saya dan melihat keceriaan anak-anak saya mendapat angpau dari om dan tante mereka. Lebaran sekarang? Nggak tahu, hihi ....

    BalasHapus
  4. Hampir sama dengan saya nih. So pasti saya gak bisa mudik ke Solo, Blitar, dan Kediri tahun ini. Hiks. Agendanya Mbak Dian juga hampir sama. Kamn juga ngumpul dengan keluarga besar suami. Pakai istilah 'Trah' gitu juga :) Tapi bedanya saya selalu ga bisa menghadiri reunian yg memang biasanya digelar pas lebaran. Hadeeh. Lha saya pas gak di Malang.

    So, sabaaar dulu dengan kondisi sekarang. Insyaallah pandemi ini segera berlalu dan kita bakalan mudik di akhir tahun kayaknya ya, Mbak.

    BalasHapus
  5. Karena nggak ngerayain lebaran, aku nggak punya banyak moment berkesan mba Dian. Tapi pas kecil, aku suka ke rumah mbah Putri untuk makan apem dan peyek kacang. Gitu aja udah seneng bhehehe..

    BalasHapus
  6. Corona oh corona... Cepat pulang dong, kan udah puas keliling dunia. Sekarang saatnya kamu balik ke tempat asalmu. Atau lenyap sekalian yaah?

    BalasHapus
  7. Kalau boleh jujur, tradisi sungkeman di keluarga kami. Tapi sudah lama nggak ada dan entah kapan bakal ada lagi. Harapanku, kebiasaan saling meminta maaf dan memaafkan akan terbentuk dari aku dan anak-anakku, juga ke anak-anak mereka nanti, sampai seterusnya.

    BalasHapus
  8. Tulisan ini bikin mewek. Huhuhu, rindu kampung. Qadarallah, kami terkunci di malaysia so gak bisa ke mana-mana. Yang bikin sedih, 4 anakku justru berada di Makassar. Jadinya, lebaran tahun ini benar-benar berbeda dengan sebelumnya. Hikz..

    BalasHapus