Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Yuk Disiplin, Biar COVID-19 Ambyar!

Yuk disiplin, biar COVID-19 Ambyar! Ayo dong, mau bebas ke kantor lagi, pengin anak-anak kita bisa pergi ke sekolah kembali, kita bisa santuy ngerumpi bareng teman sambil ngopi-ngopi, pergi traveling ke tempat-tempat indah di bumi......? Masak enggak kangen sih? Ayolah, kedisiplinan kita semua dalam menerapkan protokol kesehatan adalah solusi, agar COVID-19 ini ambyar dari muka bumi!

Nah, maukah teman-teman bergabung dengan saya untuk mematuhi segala protokol kesehatan yang ada dan menegakkan perilaku yang seharusnya di era Adaptasi Kebiasaan Baru, supaya pandemi ini bisa berakhir segera?

Biar lebih kuat alasannya, berikut pencerahan dari beberapa narasumber yang mumpuni di bidangnya yang memberikan alasan mengapa perlu kedisplinan semua untuk mengakhiri terjangan virus ini!

Sebuah Seminar Online Bareng Blogger di Masa Pandemi "Yuuk Disiplin...COVID-19 Ambyar" yang dihelat oleh Direktorat Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat - Kemenkes RI, pada 30 September 2020 yang dipandu oleh Ranny Rachmadani dengan menghadirkan 3 pembicara, yakni:

  1. dr. Riskiyana S. Putra, M.Kes - Direktur Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat - Kemenkes RI
  2. Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi - Psikolog
  3. Wardah Fajri, S.I.Kom - Fasilitator/Mentor/Founder Komunitas Bloggercrony Indonesia

Penasaran apa saja info bermanfaat dari seminar ini? Yuk, mari!!


Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat - Kemenkes RI

Seminar Online Bareng Blogger “Yuuk Disiplin COVID-19 Ambyar” 


Sejak pemerintah mengumumkan pasien pertama COVID-19 pada bulan Maret 2020, kehidupan masyarakat berubah secara drastis. Kini, work from home, school from home, dan pray from home menjadi pilihan utama di kala pandemi. Banyak hal yang membuat kita akhirnya beradaptasi dengan keadaan dan juga untuk mencegah terjadinya penularan virus. Masa pandemi pun menuntut adanya adaptasi kehidupan baru. Masyarakat diharapkan dapat segera melaksanakan aktivitas seperti biasa, tetapi dengan cara yang baru. COVID-19 telah mendorong perubahan kebijakan ekonomi dan politik dunia ke depan.

Menurut Studi Board of Innovation and BBC tahun 2020, COVI-19 turut mendorong perubahan pada perspektif, sikap, dan perilaku masyarakat, seperti konsep bekerja, budaya hidup sehat, aktivitas belanja, dan lain-lain. 

Untuk itu, pemerintah pusat, daerah, hingga elemen masyarakat harus bergotong royong dan bersinergi untuk bersama menyelesaikan persoalan pandemi COVID-19.

Presiden Jokowi juga telah menyampaikan lima arahan terkait adaptasi kebiasaan baru agar masyarakat tetap produktif dan aman dari penularan COVID-19:

  1. Pertama, Presiden Jokowi mengingatkan pentingnya prakondisi yang ketat. Sosialisasi kepada masyarakat harus dilakukan secara masif terutama mengenai sejumlah protokol kesehatan yang harus diikuti. 
  2. Kedua, Presiden Jokowi mengingatkan pentingnya perhitungan yang cermat dalam mengambil kebijakan yang harus didasarkan data dan fakta di lapangan. 
  3. Ketiga, Presiden Jokowi mengingatkan soal penentuan prioritas yang harus disiapkan secara matang mengenai sektor dan aktivitas mana saja yang bisa dimulai dan dibuka secara bertahap. 
  4. Keempat, adanya konsolidasi dan koordinasi antara pemerintah pusat dengan daerah, mulai dari provinsi hingga tingkat RT, serta bergotong royong melibatkan semua elemen masyarakat. 
  5. Kelima, Presiden Jokowi meminta agar dilakukan evaluasi secara rutin. Presiden terus mengingatkan agar jajarannya tidak lengah terutama karena kondisi di lapangan masih sangat dinamis. 
Bloggercrony


Untuk itu, perlu diupayakan perubahan perilaku masyarakat melalui komunikasi publik yang sistematis dan komprehensif untuk “memutus mata rantai COVID-19” dan memastikan masyarakat dapat memahami dan mengikuti protokol kesehatan di era adaptasi kebiasaan baru dengan tetap sehat dan produktif.

Seperti, seminar Online Bareng Blogger “Yuuk Disiplin COVID-19 Ambyar” dilaksanakan pada Rabu, 30 September 2020 melalui zoom dan Youtube Live (https://www.youtube.com/watch?v=aumwHll4uPg&t=6s) yang acaranya dibuka oleh dr. Riskiyana S. Putra, M.Kes selaku Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 


Edukasi Protokol Kesehatan Zaman Now - dr. Riskiyana S. Putra, M.Kes 


"Hasil Survei Sosial Demografi Dampak COVID-19, BPS 2020 menyebutkan jika: perempuan lebih mengetahui dan menerapkan physical distancing dibandingkan laki-laki"(dr . Riskiyana S Putra, M.Kes - Direktur Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat - Kemenkes RI)


Mendengar penjelasan dari Dokter Riski ini sejenak saya mengerutkan dahi, hmm... apa iya? 

Sementara yang saya lihat di media sosial teman-teman perempuan saya kayaknya yang malah ngumpul-ngumpul tuh! Duh!  Atau mungkin karena isi friendlist saya banyak perempuannya ya haha

Tapi apapun hasil survey-nya yang utama adalah fokus pada perkembangan COVID-19 di Indonesia yang sampai kini masih tinggi

Di mana per 28 September 2020 ada 1.907.226 kasus dengan spesimen diperiksa, 275.213 kasus konfirmasi positif, 203.014 kasus sembuh dan 10.386 kasus meninggal yang menyebar di 497 kota terdampak di Indonesia.

dr. Riskiyana S. Putra


Nah, Dokter Riski megingatkan, jika COVID-19 ini merupakan Coronavirus Disease - 2019, sebuah penyakit baru yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan dan radang paru. Di mana penyakit ini disebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-Cov-2). 

Dengan gejala klinis:
  • Demam >37,3 C
  • Batuk, Pilek
  • Gangguan (Sesak) Pernapasan
  • Sakit Tenggorokan
  • Letih, Lesu

Sementara penularannya dengan cara:
  1. Droplet atau tetesan cairan yang berasal dari batuk atau bersin
  2. Kontak pribadi seperti menyentuh dan berjabat tangan
  3. Menyentuh benda atau permukaan dengan virus di atasnya, kemudian menyentuh mulut, hidung atau mata sebelum mencuci tangan

Peduli Masker


Kemudian, ada beberapa faktor pendorong transmisi untuk kasus tingginya COVID-19 di Indonesia ini, yakni: jumlah populasi di Indonesia 268 juta (per tahun 2020), praktek cuci tangan masih rendah, pelaku perjalanan (dengan 35 Bandara Langsung Akses ke Luar Negeri, 135 Pelabuhan Langsung Akses ke Luar Negeri, 10 Perbatasan Lintas Batas darat Negara), 1% jumlah ISPA berat di 6 RS Sentinel dan 52,9% populasi tinggal di wilayah urban.

Juga diperberat dengan adanya: ketakutan/ketidakberdayaan/denial, tidak percaya adanya COVID-19, rumors dan informasi salah, kekhawatiran populasi berisiko (comorbid), belum ada vaksin, isolasi/karantina, kematian dan adanya beraneka stigma.

Lebih lanjut, Dokter Riski memaparkan Hasil Survei Kepatuhan Masyarakat berdasarkan Balitbangkes, Kemenkes, yakni:

  • Persepsi risiko jaga jarak dan pakai masker masih cukup rendah
  • Lebih dari 50% responden sulit jaga jarak dengan orang yang dikenal
  • Peningkatan himbauan jaga jarak, hanya 30% yang melakukan
  • 91% masyarakat percaya tenaga kesehatan mampu menangani COVID-19
  • 35-40% masyarakat patuh jaga jarak
  • 68% masyarakat percaya pemerintah dapat menangani COVID-19
  • Persepsi masyarakat akan risiko penularan 80-85%
  • Rsiko kematian: 62-75%

Protokol Kesehatan


Terkait dengan hasil survey yang dilakukan perihal kepatuhan akan penerapan protokol kesehatan ini, kemudian Dokter Riski menjelaskan, jika perlindungan kesehatan individu bisa dilakukan dengan meningkatkan Awareness: konsumsi gizi seimbang, daya tahan tubuh-istirahat cukup-olah raga-kelola stres-kelola penyakit penyerta/comorbid, cuci tangan/hand sanitizer, gunakan masker, jaga jarak/hindari kerumunan, Juga, memperhatikan kelompok rentan (lansia, bumil, busui, bayi) dan terapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Lebih lanjut Dokter Riski mengingatkan tentang Adaptasi Kebiasaan Baru yaitu upaya penyesuaian kebiasaan baru yang harus dilakukan agar masyarakat dapat menjalani kehidupan berdampingan dengan COVID-19. Sehingga masyarakat akan hidup produktif dan aman COVID-19. Di mana diharapkan pola hidup baru yang berdasarkan protokol kesehatan ini akan memberikan:

  1. Perlindungan Kesehatan Individu
  2. Perlindungan Kesehatan Masyarakat
  3. Lebih Bersih
  4. Lebih Sehat
  5. Lebih Taat
Nah, Adaptasi Kebiasaan Baru ini mesti diterapkan di semua tatanan dengan catatan disesuaikan dengan karakter masing-masing. Artinya, Adaptasi Kebiasaan Baru di lingkungan pendidikan, tempat ibadah, pasar, tempat kerja, dan tempat umum akan berbeda, demikian diingatkan Dokter Riski lagi.

Adaptasi Kebiasaan Baru


Dokter Riski menegaskan lagi jika Adaptasi Kebiasaan Baru ini akan efektif jika dimulai dari keluarga sebagai garda terdepan pencegahan COVID-19. Di mana keluarga adalah satuan masyarakat terkecil. 

Sehingga jika disiplin dalam keluarga akan disiplin di masyarakat nantinya!!

Maka perlu adanya Perilaku "Keluarga Saja" atau Keluarga Saling Jaga dengan menerapkan perilaku saat masuk rumah:

✔ Lepaskan sepatu sebelum masuk pintu rumah
✔ Hindari menyentuh benda apapun
✔ Lepas sepatu, barang bawaan di luar, bersihkan dengan desinfektan/dicuci tangan dengan sabun
✔ Langsung CTPS-mandi keramas-ganti baju dengan pakaian yang bersih
✔ Setelah membersihkan diri bisa berinteraksi dengan anggota keluarga


Tak hanya itu, kita juga perlu membiasakan perilaku saat di dalam rumah:

  • Kurangi dan jaga interaksi dengan orang luar/tamu
  • Pakai dan rutin mencuci masker setiap selesai digunakan
  • Membersihkan rumah dan benda-benda yang ada dengan desinfektan setiap hari
  • Berjemur setiap hari pada pukul 10 pagi selama 15 menit
  • Belajar atau mencari berita melalui online
  • CTPS dengan air mengalir sesering mungkin setelah pegang uang, sebelum makan, setelah memegang benda-benda yang dari luar, dll
  • Tidur/beristirahat cukup setiap hari
  • Konsumsi gizi seimbang
  • Melakukan aktivitas fisik setiap hari
  • Aktif membangun suasana di rumah yang enjoy

Juga tak lupa membiasakan juga perilaku saat di luar rumah:

✔ Pakai Masker
✔ Pakai baju lengan panjang/jaket dan sepatu
✔ Membawa hand sanitizer
✔ Jaga jarak 1-2 meter dengan orang lain
✔ Jangan menyentuh area wajah jika belum CTPS


Adaptasi Kebiasaan Baru


Disiplin, Semangat Menerapkan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi - Dr. Rose Mini A.P., M.Psi


Seselesainya Dokter Riski acara berlanjut ke narasumber berikutnya yaitu Dr. Rose Mini A.P.,M.Psi yang membahas tema Disiplin, Semangat Menerapkan Protokol Kesehatan di Masa Pandemi. 

Di mana Bunda Romi, demikian psikolog ternama ini biasa disapa, mengingatkan jika masa pandemi menuntut adanya Adaptasi Kebiasaan Baru, dengan 3 M yaitu: Menggunakan Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci tangan dengan sabun. 

Lalu, bagaimana penerapannya di lapangan? 

Ternyata dari hasil penelitian Badan Litbangkes, 2020:
  • 93,40 % menggunakan masker
  • 1,20% tidak menggunakan alat pelindung
  • 54,29% selalu jaga jarak, 31,92% menyatakan sering, 12,42% kadang-kadang dan sisanya 1,37& menyatakan jarang/tidak pernah
  • 91,67% menyatakan mencuci tangan dengan sabun

Pertanyaannya, mengapa sih belum semua mau menerapkannya?


Bunda Romi


Dijelaskan oleh Bunda Romi bahwa ada penyebab internal dan ekternal mengapa belum semua mau menerapkan perilaku di Adaptasi Kebiasaan Baru:


INTERNAL

1. Kurangnya Moral Virtue

✔ Empati: kemampuan memahami perasaan orang lain
✔ Hati Nurani: suara hati yang menyuarakan mana yang benar dan salah
✔ Kontrol Diri: kemampuan mengendalikan dorongan dan berpikir sebelum bertindak
✔ Menghargai: kemauan meperhatikan dan menganggap orang lain berharga
✔ Kebaikan: perhatian terhadap kesejahteraan orang lain
✔ Tenggang Rasa: penghargaan terhadap perbedaan kualitas tiap individu
✔ Keadilan: kemauan memperlakukan orang lain secara layak, adil dan tidak memihak


2. Kesalahan Proses belajar

  • Pemahaman: bergantung pada usia, pendidikan dan budaya
  • Afektif: perlu merasakan konsekuensi
  • Tingkah Laku: perlu pembiasaan, contoh, dll

EKSTERNAL

  1. Perlu penerapan aturan yang baku
  2. Perlu adanya contoh
  3. Perlu adanya konsekuensi ketat dan relevan

Jadi, bagaimana membentuk disiplin protokol kesehatan ini? 

Dijelaskan Bunda Romi; baik internal maupun eksternal perlu dilakukan bersamaan dan berulang. Jika pemahaman sudah terbentuk, maka faktor eksternal bisa dikurangi. Dengan demikian, kedisiplinan dapat terbentuk

Kemudian perihal cara meningkatkan kesadaran dan disiplin dalam diri, Bunda Romi menyebutkan agar kita: perkuat moral virtue. Juga kenali manfaat 3M bagi diri. Permudah, jangan persulit dengan siapkan masker lebih dari satu, letakkan masker/sabun di lokasi yang mudah dijangkau. Lalu, terapkan kebiasan konsisten. Memulai semua dari diri sendiri, karena dirilah yang bisa kita kendalikan. Kemudian memulai dari lingkaran pengaruh kita (keluarga, rekan kerja, dll). Dan, jadilah contoh untuk lingkungan kita.


Adaptasi kebiasaan baru


Peran Komunitas Blogger di Era Pandemi - Wardah Fajri, S.I.Kom


Setelah mendengar materi yang sangat menarik dari Dokter Riski dan Bunda Romi, tibalah pada narasumber terakhir yang menutup acara ini, yaitu Kak Wardah Fajri.

Kak Wawa, sapaan hangat bagi Fasilitator/Mentor/Founder Komunitas Bloggercrony ini memaparkan materi yang tak kalah menarik, bertajuk "Peran Komunitas Blogger di Era Pandemi Disiplin Protokol Kesehatan Adaptasi Kebiasaan Baru"

Nah, Kak Wawa memulai materi dengan mengingatkan bahwa setiap individu punya: Potensi, Peran, Empati dan Kompetensi untuk menjadi pejuang kedisiplinan Protokol Kesehatan dan Adaptasi Kebiasaan Baru ini. 

Termasuk para blogger yang tergabung dalam Komunitas Bloggercrony yang selama pandemi sudah melakukan beraneka kegiatan dalam mendukung literasi digital disiplin protokol kesehatan.

Adaptasi Kebiasaan Baru


Memang, selain pemerintah yang berupaya meningkatkan literasi melalui diseminasi informasi positif kepada seluruh lapisan masyarakat untuk dapat mengikuti protokol kesehatan dan beradaptasi dengan kebiasaan hidup baru, peran serta masyarakat, terutama dalam hal ini influencer dan blogger juga punya peran penting. 

Sebagai contoh, Kak Wawa menjelaskan bahwa, “BloggerCrony sebagai salah satu komunitas pun menjadi fasilitator blogger anggota komunitas untuk menyebarkan pesan positif pro-kesehatan gerakan nasional #SelaluPakaiMasker di media sosial.”

Tak hanya itu, komunitas Bloggercrony juga mengadakan beraneka kegiatan Diskusi, Edukasi dan Aktivasi:

1. Edukasi: mengedukasi anggota dan masyarakat untuk disiplin protokol kesehatan dan adaptasi kebiasaan baru melalui WA Group dan Media Sosial Bloggercrony. Juga turun ke lapangan dalam kegiatan Blogger Care dan Blogger Hangout dengan: bertukar kabar, update informasi, saling dukung dan adanya pendampingan psikologi

2. Edukasi & Diskusi: Menghelat Virtual event, Kelas Online/Workshop, Remote Work

3. Aktivasi Digital

✔ Komunitas Bloggercrony menjadi fasilitator blogger anggota komunitas untuk menyebarkan pesan/konten positif di media sosial dan beraktivitas dalam program mingguan untuk mendukung blogging

✔  Membuat Aktivitas/Event Virtual
  • Terlibat aktif posting Twibbon Kampanye publik prokes gerakan nasional #selalu pakaimasker
  • Apresiasi dan fasilitasi promosi blog dan sharing blog melalui program rutin komunitas #BWTuesday #InspirasiKamis
  • Posting di Instagram sharing kegiatan positif kreatif #dirumahaja selama pandemi
  • Kontes posting di Twitter tentang pedagang pakai masker
  • Lomba virtual 17 Agustus 2020 HUT RI ke-75 Ajakan tetap jaga jarak, hindari kerumunan dan berkegiatan seru #dirumahaja

Oh ya, Kak Wawa melampirkan juga foto-foto semua kegiatan inspiratif Bloggercrony selama pandemi terkait  Disiplin Protokol Kesehatan dan Adaptasi Kebiasaan Baru ini. 

Mengakhiri materi, Kak Wawa mengutip sebuah quote by Yehuda Berg:

"A true community is not just about being geographically close to someone or part the same social we network. It's about feeling connected and responsible for what happens. Humanity is our ultimate community and everyone plays a crucial role"


Protokol Kesehatan

Adaptasi Kebiasaan Baru

Bloggercrony

Adaptasi kebiasaan baru


Well, kita perlu bahu membahu, bekerjasama, juga saling mendukung untuk menegakkan protokol kesehatan dan kedisiplinan perilaku di masa Adaptasi Kebiasaan Baru, seperti yang dipesankan oleh Dokter Riski, mari: 

✔Menjadi "Agent" dalam edukasi kesehatan terkait pesan 3M cegah COVID-19 melalui blog dan media sosial
✔Ajak masyarakat memiliki insight kondisi pandemi COVID-19dan membangun sense of crisis agar terhindar dari COVID-19
✔Menjadi inspirator keluarga, lingkungan dan masyarakat
✔Update informasi COVID-19 di Indonesia, daerah masing-masing (cek www.covid.go.id; https://infeksiemerging.kemkes.go.id; www.promkes.kemkes.go.id)


Yuk disiplin, biar COVID-19 ambyaaaarr!!!💖



#YukDisiplinCovid19Ambyar
#SeminarBarengBloggerDitPromkes

www.covid19.go.id | https://infeksiemerging.kemkes.go.id | www.promkes.kemkes.go.id
FB Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat | IG @ditpromkes
Twitter @dit.promkes | Youtube Direktorat Promkes dan PM


Protokol Kesehatan



Salam Semangat

signature-fonts
Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

12 komentar untuk "Yuk Disiplin, Biar COVID-19 Ambyar!"

  1. Saya setuju sekali mba Dian, bahwa kita harus memutuskan mata rantai penyebaran Covid 19. Terkadang sedih sekali bila melihat orang-orang yang abadi dan bergabung tanpa menerapkan protokol Covid.
    Apalagi sampai menghasut orang lain bahwa covid hanya konspirasi.

    BalasHapus
  2. COVID-19 beneran mendorong perubahan pada banyak perspektif, sikap, dan perilaku ya.
    BTW, di sekitar saya yang pakai masker ... di lingkungan sekitar saya maksudnya, yang pakai masker bagus kalau ada 3O%, sepertinya di bawahnya deh ... hiks.

    BalasHapus
  3. Kedisiplinan ini kuncinya. Sangat disayangkan Mbak, masih banyak orang-orang mengenakan masker bukan karena faktor kedisiplinan, tetapi lebih karena takut dikenai denda. Ini sama aja ya seperti mengenakan helm bukan karena faktor keamanan, tapi karena takut ditilang. Kondisi ini kerap aku temui di depan mata, loh. Antara sedih dan rasa kesal nyampur jadi satu.

    Tapi komitmen untuk menjaga diri sendiri dan keluarga tetap yang utama. Harus tegas menolak bertemu saat ada teman dari luar kota mengajak piknik bareng. Meski jadi terkesan sombong banget.

    Tapi ya itu, salah satu hal yang bisa dilakukan seperti pesan Dokter Riski adalah menjadi agent, menyampaikan insight di masyarakat dan edukasi di dalam keluarga (terutama ibuku yang pengen main melulu, huhuhu ...) tentang bagaimana sih seharusnya kita menyikapi pandemik ini. Terkesan cerewet, tapi semoga niat baik ini jika dilakukan oleh banyak orang akan memberikan hasil yang luar biasa ya, Mbak.

    BalasHapus
  4. Setiap orang punya amanah untuk menjaga protokol kesehatan masing-masing ya kak Dian. Kalau semuanya menyadari, insya Allah pandemi ini ambyar. Di daerahku menghawatirkan sekarang yang positif sudah orang-orang lingkungan dinas.

    BalasHapus
  5. Setuju banget, Mbak. Kalau saya mau kurva naik atau menurun di daerah saya, tetap pakai protokol new normal. Masker, rajin cuci tangan, bawa hs, dll. Sembari terus berdo'a agar virus ini cepat mereda dan aktifitas kita kembali normal seperti dulu.

    BalasHapus
  6. Benar sekali, Mbak Dian. Kunci utamanya adalah disiplin. Dan karena banyak tidak disiplin pakai masker, jaga jarak, mencuci tangan, akhirnya corona terus saja. Padahal berbagai himbauan dari poster dan iklan televisi sudah digerakkan. Bahkan ada yang tidak percaya kalau virus covid 19 ada.

    Makanya saya terus berusaha menerapkan 3M ini pada diri sendiri dan keluarga. Tidak keluar rumah selagi tidak perlu. Tapi susah kalau semua tidak gera bersama dengan kesaaran. Misalnya tetangga kemarin ngadain hajatan hehehe.

    BalasHapus
  7. Orang tidak mau menerapkan protokol kesehatan memang faktor internalnya yaitu moral virtue nya buruk ya Mbak Dian. Kesalahan dalam proses belajar juga ya, cenderung menyepelekan seruan pakai masker, anggapannya mengenai Covid-19 ini masih berputar-putar pada Teori Konspirasi, padahal nyata2 sudah banyak makan korban. Nice share seminar online nya Mbaksay... sarat ilmu. Tfs

    BalasHapus
  8. Disiplin memang kunci utama. Namun budaya yang berkembang di Indonesia menyebabkan kedisiplinan itu sulit untuk diterapkan. Jadi menurut saya membuat konsekuensi yang tegas dapat menjadi salah satu solusi untuk penegakan disiplin menjaga kesehatan di era new normal ini.

    BalasHapus
  9. Saya nih..gemes banget sama orangorang di tempat saya. Sebagian besar udah berasa biasa aja. Gak pakai masker, ngumpulngumpul, dll. Jadinya ya udah sih...peduli sama diri sendiri dan keluarga aja.

    BalasHapus
  10. Kalau bukan dari diri kita terlebih dahulu maka siapa lagi yang akan mulai mensosialisasikan protokol kesehatan selama pandemi. Saya aja selalu mengingatkan teman kalau ada yg ga pake masker untuk segera ambil masker dan pakai.

    BalasHapus
  11. Saya juga berharap kita semua untuk disiplinkan diri untuk memenuhi protocol pemerintah, says juga berharap semoga pandemi segera ambyaaar byar byar hilang musnah aamiin

    BalasHapus