Bersama Kita Bisa Tingkatkan Kesintasan Kanker Anak Indonesia
"Ikatan Dokter Anak Indonesia Mengajak Semua Pihak Dukung Upaya Optimalisasi Tata Laksana Kanker Anak untuk Kesintasan dan Kualitas Hidup yang Lebih Baik"
Kanker Anak!!
Duh...sungguh, video yang ditayangkan di awal acara “Seminar Media IDAI: Bersama Kita Bisa Tingkatkan Kesintasan Kanker Anak” pada hari ini, Kamis 18 Februari 2021 membuat mata saya mrambangi. Hiks!!
Gimana enggak, nampak di layar anak-anak yang tengah berjuang melawan kanker yang dideritanya dengan senyum yang meski ceria tapi tak mampu menutupi duka mereka. Juga, betapa orang-orang terkasih: orang tua, saudara, lingkungan, mendukung perjuangan yang entah sampai kapan terus diusahakan. Sementara beberapa kepingan gambar juga menunjukkan para tenaga kesehatan yang terlibat dalam perjuangan yang sama, melakukan berbagai upaya demi kesembuhan mereka.
Ya, kesintasan kanker anak butuh perjuangan semua pihak. Tak hanya penderita, orang tua, paramedis dan pengambilan kebijakan saja. Tapi juga butuh keterlibatan saya dan teman-teman agar anak dengan penyakit kanker dapat bertahan dan mendapatkan kualitas hidup yang optimal selayaknya anak-anak yang normal!
Tentang Hari Kanker Anak Sedunia
Nah, berdasarkan data statistik resmi dari IARC (International Agency for Research on Cancer) WHO, diperkirakan bahwa 80% anak terdiagnosis kanker berasal dari negara berkembang. Di mana hanya 20% di antaranya yang dapat bertahan hidup. Lantaran sebagian besar penderita kanker anak dibawa ke fasilitas kesehatan dalam kondisi stadium lanjut yang disebabkan masyarakat belum memahami secara dalam mengenai penyakit kanker ini.
Itulah mengapa, penegakan diagnosis dini pada kanker memegang peranan sangat penting agar penderita dapat memperoleh tata laksana yang tepat, cepat, dan adekuat. Sehingga penting bagi masyarakat terutama para orangtua untuk mengetahui tanda, gejala, serta penyebab kanker pada anak.
Maka, bertepatan dengan Hari Kanker Anak Sedunia ini, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) bersama Unit Kerja Koordinasi (UKK) Hematologi Onkologi mengadakan “Seminar Media IDAI: Bersama Kita Bisa Tingkatkan Kesintasan Kanker Anak” ini.
Harapannya momentum Hari Kanker Anak Sedunia yang jatuh pada tanggal 15 Februari setiap tahunnya merupakan kesempatan yang baik untuk belajar bersama dan berdiskusi baik antar tenaga kesehatan serta masyarakat awam dan memberikan dukungan moral kepada para pasien kanker anak dan keluarganya. Sehingga anak dengan penyakit kanker dapat bertahan dan mendapatkan kualitas hidup yang optimal.
Nah, acara Seminar Media IDAI ini dihadiri oleh perwakilan Kemenkes, pengurus/anggota IDAI, NGO, media dan blogger dan dibuka oleh moderator dari UKK Hematologi Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr. Nur Melani Sari, Sp.A(K).
Dr. Nur Melani Sari, Sp.A(K) - Dr. Aldrin Neilwan Panca Putra, Sp.Ak, MARS, M.Biomed, M.Kes - Dr. Bambang Sudarmanto, Sp.A(K), MARS |
Kenali Tanda Awal Penyakit Keganasan (Kanker) pada Anak
Sebelumnya, saya kutip dari laman resmi IDAI, penyakit keganasan, atau yang lebih banyak dikenal sebagai kanker, adalah penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan penyebaran sel-sel abnormal dalam tubuh. Jenis penyakit keganasan tergantung jenis sel tubuh yang berubah menjadi tidak normal.
Nah, terdapat dua jenis penyakit keganasan pada anak, yaitu tumor padat dan keganasan sel darah (leukemia). Jenis yang paling banyak dijumpai adalah keganasan sel darah. Penyakit keganasan pada anak dapat dijumpai sejak usia bayi (kurang dari satu tahun) hingga usia remaja.
Penyakit keganasan pada anak, walaupun kejadiannya jarang, merupakan penyebab kematian kedua terbanyak pada anak di negara maju setelah kecelakaan.
Namun demikian, sifat penyakit keganasan pada anak berbeda dengan dewasa. Jenis keganasan yang ditemukan pada anak juga berbeda dengan dewasa. Beberapa di antaranya memberi respons yang lebih baik terhadap pengobatan, terutama bila diobati pada stadium dini.
Tubuh anak juga lebih tahan terhadap efek samping kemoterapi. Kejadian penyakit keganasan pada anak sulit dicegah, namun untuk beberapa jenis keganasan, pengobatan yang dilakukan dengan tepat pada stadium awal dapat mencapai kesembuhan.
Pengenalan tanda-tanda penyakit keganasan sejak dini dapat meningkatkan angka kesembuhan dan harapan hidup anak yang mengalaminya. Berikut ini beberapa tanda awal penyakit keganasan pada anak:
- Mata terlihat seperti mata kucing ketika terkena cahaya
- Demam, pucat, kelelahan, serta perut membesar tanpa sebab yang jelas
- Benjolan yang tampak makin membesar dalam waktu singkat
- Tanda-tanda perdarahan, misalnya bintik-bintik merah yang tidak hilang saat ditekan, memar yang timbul spontan, mudah memar atau lebam ketika terkena benturan yang tidak terlalu keras, perdarahan gusi atau mimisan tanpa sebab yang jelas
- Nyeri tulang atau sendi
- Nyeri kepala, terutama disertai muntah-muntah di pagi hari atau penglihatan kabur atau gandaPenurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas
Sayangnya, penyakit keganasan pada anak seringkali sulit untuk segera dikenali. Hal ini disebabkan karena gejala awalnya seringkali mirip dengan penyakit lain yang lebih ringan. Apabila terdapat satu atau lebih tanda di atas pada anak, sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
Tanda-tanda di atas belum tentu disebabkan oleh penyakit keganasan, mungkin dapat disebabkan oleh infeksi atau cedera. Namun demikian, tidak ada salahnya memeriksakan agar mendapat pengobatan yang diperlukan. Semakin cepat ditemukan, semakin cepat pula penanganan yang tepat untuk penyakit keganasan pada anak dapat dimulai.
Seminar Media IDAI: Bersama Kita Bisa Tingkatkan Kesintasan Kanker Anak
Narasumber pertama adalah Ketua UKK Hematologi - Onkologi IDAI, Dr. Bambang Sudarmanto, Sp.A(K), MARS.
Dalam pemaparannya Dokter Bambang menjelaskan bahwa di negara maju, 80% anak dengan kanker bisa memiliki angka harapan hidup (survive) sedangkan di negara berkembang, termasuk Indonesia, hanya 20% anak dengan kanker yang dapat bertahan.
Sedih ya? Tapi, kok bisa?
Karena, faktor berikut: jumlah penduduk Indonesia saat ini sekitar 267 juta jiwa dengan jumlah anak usia 0-18 tahun sebanyak sekitar 40 juta. Sementara dokter anak hanya ada sejumlah 4000-an saja dan cuma ada 50 Dokter Anak Konsultan Kanker Anak. Ditambah distribusi ahli ini belum merata dengan mayoritas keberadaan masih di Pulau Jawa. Padahal prosentase kanker anak berada di angka 20% dari total penderita kanker yang ada di Indonesia. Sementara modalitas pengelolaan dari kanker anak yang ada sebagian besar dapat diobati dengan kemoterapi, sebagian lainnya dengan bedah dan radioterapi.
Lalu penyebab kematiannya apa?
Diantaranya: keterlambatan diagnosis (lack of diagnosis), hambatan akses Fasilitas Pelayanan Kesehatan/Fasyankes (accesing care), drop-out - putus obat, angka relaps - kambuh yang tinggi dan toksisitas obat/efek samping.
Maka, menurut Dokter Bambang diperlukan: kewaspadaan dini dengan melakukan edukasi pada keluarga, peningkatan awareness di fasyankes primer, dan promosi kesehatan ke segala lapisan. Tak hanya itu perlu evaluasi klinis tepat waktu dan akurat saat diagnosis, penentuan stadium dan startifikasi. Dan terakhir pentingnya peningkatan akses ke fasilitas kesehatan yang lebih mudah dan cepat.
Untuk itu, Dokter Bambang menegaskan perlunya:
1. Peran Pemerintah
Dibutuhkan regulasi yakni peningkatan sistem rujukan berbasis kompetensi dengan dukungan anggaran dalam APBN/APBD pada Pusat Pelayanan Kanker Anak yang ditunjang: ketersediaan pelayanan kanker anak, ketersediaan NAKES (SpAK H-O, Ners, Farm, Nutrisi), juga ketersediaan fasilitas, alkes dan obat.
2. Ketepatan dan Kecepatan Diagnosis
Diagnosis yang cepat dan tepat mendukung terapi, stratifikasi dan meningkatkan kesintasan: Morphology (FAB, PA), Immunophentyping, Immunohistokimia, Karyotyping, Molecular studies, Cytogenetic/Genetic Risk Groups
3. Pengobatan yang Efektif
Dijalankannya pengobatan berdasarkan: Panduan Nasional Praktek Kedokteran (PNPK), Panduan Praktek Klinis (PPK), Protokol kemoterapi, Clinical Pathway (CP)
4. Pelayanan Multidisiplin Kanker Anak
Bisa diberlakukan di Rumah Sakit berdasarkan SK Direktur Utama dengan membentuk dua tim: Tim Inti: Dokter Onkologi Anak, Dokter Patologi Klinik, Dokter Nutrisi Metabolik, Dokter Respirologi Anak, Dokter Radiologi, Dokter Patologi Anantomi, Dokter Bedah Anak Doketr Bedah Vaskuler, Perawat Kompeten. Lalu, Tim Penunjang: Petugas Gizi, Farmasi Klinik, Psikologi, Psikiatri, Okupasi Terapi, Palliative Care, Tim Nyeri, Tim Luka.
5. Masalah Ketidaktersediaan Obat Kemoterapi
Penanganan masalah obat yang belum tersedia di Indonesia atau ada tersedia di Indonesia tapi tidak ada di FORNAS (Formularium Nasional)
Lebih lanjut Dokter Bambang juga menjelaskan, dari sekian banyak jenis kanker yang ada di Indonesia yang terbanyak adalah penyakit leukemia (kanker darah), selanjutnya adalah tumor otak. Target tahun 2030 diharapkan kerja sama semua pihak untuk menurunkan angka penyintas kanker dan upaya pelayanan yang baik, merata, dan terjangkau dengan menyetarakan jumlah dokter hemato-onkologi di seluruh Indonesia. Di mana pelayanan kesehatan ini membutuhkan kebijakan pemerintah yang lebih baik lagi.
"Maka, diperlukan kolaborasi nasional, regional dan internasional terkait: protokol pengobatan baru kanker anak, alih teknologi kedokteran bidang kanker anak serta pendidikan dan pelatihan Nakes. Juga penting adanya Twinning Program untuk: kerjasama, teknologi, protokol dan supervisi. Dan, peningkatan telemedicine di masa pandemi untuk menghilangkan jarak dengan memanfaatkan internet," pungkas Dokter Bambang mengakhiri.
Peran Pemerintah dalam Meningkatkan Kesintasan Kanker Anak Indonesia
Kemudian, materi selanjutnya disampaikan oleh Dr. Aldrin Neilwan Panca Putra, Sp.Ak, MARS, M.Biomed, M.Kes, Kepala Subdirektorat Penyakit Kanker dan Kelainan Darah yang mewakili Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Nah, dalam paparannya Dr. Dr. Aldrin Neilwan Panca Putra, Sp.Ak, MARS, M.Biomed, M.Kes menjelaskan bahwa insidens kanker anak semakin banyak setiap tahunnya dan ini merupakan tanggung jawab bersama.
Diingatkan juga jika,
"Sehat itu wajib, namun sakit adalah pilihan. Maka terkait kanker anak, pemerintah berkomitmen mengenai pencegahan dan pengendalian PTM (P2PTM) dalam PERMENKES No.71/2015 tentang Penanggulangan PTM yang terdiri dari Promosi Kesehatan, Deteksi Dini, Perlindungan Khusus, dan Penanganan Kasus," tegas Dokter Aldrin.
Selain itu Dokter Aldrin menambahkan dalam masa pandemi, pelayanan kesehatan esensial tetap wajib dilaksanakan, sekaligus menguatkan pelayanan secara telemedicine di lapangan.
Kanker Itu Bisa Disembuhkan!
Oia, Seminar Media IDAI juga menghadirkan sambutan dan pesan dari Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, Prof. DR. Dr. Aman B. Pulungan, Sp.A(K),Pulungan, Sp.A(K), FAAP, FRCPI (Hon.)
Di mana Prof Aman menyampaikan pesan kepada media dan blogger untuk ikut berperan aktif terkait upaya meningkatkan kesintasan kanker anak di Indonesia ini. Diantaranya dengan mengampanyekan bahwa:
- Kanker bisa juga terjadi pada anak
- Kanker berat pada anak bisa dicegah
- Kanker bisa disembuhkan
- Negara siap mencapai target SDGs 2030
Akhirnya, dengan dukungan semua pihak, bersama kita bisa meningkatkan kesintasan kanker anak di Indonesia. Semoga ke depan makin banyak anak dengan penyakit kanker dapat bertahan dan mendapatkan kualitas hidup yang lebih optimal.
Dan untuk keterangan lebih lengkap mengenai kanker anak dan Ikatan Dokter Anak Indonesia serta hal-hal terkait tumbuh kembang anak lainnya, dapat dilihat di: www.idai.or.id, Instagram @idai_ig, laman Facebook Ikatan Dokter Anak Indonesia, dan follow Twitter @idai-tweets ya....!
See Ya! 💖
Selalu Semangat dan Tetap Sehat!
Terima kasih sudah singgah:)
BalasHapusnah iya bener banget untuk meningkatkan kesintasan kanker anak Indonesia diperlukan kolaborasi nasional, regional dan internasional terkait: protokol pengobatan baru kanker anak, alih teknologi kedokteran bidang kanker anak serta pendidikan dan pelatihan Nakes.
BalasHapusDeteksi dini pada anak sangat penting dalam pengobatan kanker ya kak. Sedih rsanya melihat anak kecil yang mengidap penyakit serius seperti ini. Apalagi jika penanganannya terlambat karena faktor yang macam-macam.
BalasHapusMbaaa,
BalasHapusaku pernah silaturahim ke rumah singgah Yayasan Kanker Anak Indonesia (yg ada di Surabaya)
Trus aku bertemu beberapa anak survivor kanker.
MasyaALLAH, mencelos betul hatiku mbaaa
mereka mengidap penyakit ganas, tapiii wajah mereka tuh kayak "All is well" dan selalu tersenyum bahagia, penuh semangat menyambut tamu2 yg datang.
Semogaaaa kita semua bisa berkontribusi untuk anak2 ini yaaa
Gak tega liat foto2 anak-anak penyintas kanker dll,, sedih bgt mereka masih anak-anak sudah merasakan hal tersebut,, semoga saja semua pihak mulai dari pemerintah dan instansi terkait bisa saling bahu membahu dalam menyelesaikan masalah tersebut.
BalasHapusAku pernah punya sepupu yang kena leukemia saat masih balita, tapi mungkin saat itu dunia kedokteran di Indonesia belum secanggih sekarang jadi dia tidak bisa bertahan. Sedih sekali saat mengingat kejadian itu
BalasHapusWaah aku baru tau kosakata kesintasan lho mbaaak...anyar ini buat aku. Selama ini kan lebih sering ketemu dengan awalan pe..penyintas. Ternyata juga bisa jd kesintasan (eh kok malah bahasa bahasa :D)
BalasHapusAku lihat penyebaran RS yang melayani anak kanker, sangat terlihat betapa terbatasnya untuk melayani Indonesia yaa.
Bahkan bagi anak kabupaten yang di ibu provinsi ada RS yg melayani kanker pun sudah terasa sulit. Apalagi jika harus melintas laut/udara untuk mencapai RS kanker.
Semoga semakin banyak faskes dan insan medis yang bisa menangani kanker anak.
baru baru ini anak temenku kena kanker,,, itu terdeteksi di dokter ke 4 atau 5, 3 sebelumnya menyatakan bukan kanker,,, dokter ke 4 masih ragu kalo ga salah terus merekomendasikan ke dokter ke 5 dan beneran kanker,,, sedih sih karena penyakit seganas itu ada di tubuh yang masih kecil dan ga ngerti apa-apa,, semoga semunya sehat-sehat,, penyebaran info seperti ini penting banget supaya para ortu lebih aware lagi dengan kesehatan anak terutama pada kanker yang memang sulit terdeteksi
BalasHapusBaru dua hari yang lalu temenku meninggal karena kanker. Rasanya sedih sekali. Tau banget bagaimana dia berjuang melawan sakitnya
BalasHapusBeberapa waktu lalu aku sempat jadi panitia sebuah event yang mengundang anak-anak penyintas kanker sebagai salah satu pesertanya. Duuuh itu sepanjang event aku gak sanggup melihat mereka, bawaannya pengen nangis terus. Tapi aku salut, mereka kuat banget dan tabah
Semoga semua anak-anak yang sedang sakit diberi kesehatan
oalah jadi memang benar yaa apa yang di khawatirkan oleh orang tua adalah pas si anak lahir takut mengidap penyakit kanker atau tumor karena mereka rentan dengan begituan. Bearti jaman dulu kek mbah atau orang tua kita mereka kok melahirkan kita yang sekarang sehat" ya fisiknya dan tidak ada penyakitan
BalasHapusmengenali gejala atau tanda2 kanker sejak dini. ini sangat penting. sebagai orang tua harus memahaminya agar dapat segera mengambil tindakan dengan cepat dan tepat.
BalasHapusmostly kasus kanker yang kronis biasanya terjadi akibat terlambatnya deteksi dan pengobatan sejak dini, penting sekali sih edukasi tentang kanker terutama pada anak ya dan edukasi untuk segera mengakses hak pengobatan melalui program BPJS yang sangat membantu secara finansial ya mba
BalasHapusDuh aku paling ga nahan kalau denger anak menderita kanker. Ternyata kecil ya penderita kanker anak yang mampu untuk bertahan hidup. Tapi semoga dengan kemajuan teknologi bisa meningkatkan tingkat kesembuhan
BalasHapusSetuju perlu dukungan semua pihak. Waktu itu ada yg curhat di FB, anaknya izin ke guru engga masuk krn lemes habis kemo. Gurunya engga ngertiin, ga mau tahu, pokoknya hrs ngumpulin tugas. Kata guru, izin sakit buat yg dirawat aja. Lah...sedih kan kalo kayak gitu? Habis kemo tuh ya mual, ya engga doyan makan dll...ga bisa ngapa-ngapain...
BalasHapusmbak, aku nggak tega lihat foto-fotonya. Duh lihat anak kecil demam dan rewel aja aku nggak tega, apalagi bayangin anak yang terkena kanker.
BalasHapusSemoga dengan banyaknya tulisan media mainstream dan juga para blogger gini, bisa mengedukasi masyarakat soal deteksi dini kanker pada anak ya mbak.
Sedih aku kalau lihat foto-foto yang sedang terkena kanker gitu nggak tega pengen nangis mba Dian. Ya Allah semoga yang sakit disehatkan aamiin. PR banget untuk jadi calon orang tua yang bisa memenuhi kebutuhan anak. Bismillah.
BalasHapusDeteksi dini itu penting emang, terutama untuk penyakit kanker. Keponakan dulu waktu usianya 19 tahun ketahuan kena leukemia. Tapi diagnosa dokter itu lambat banget, kasihan kakak ku dan istrinya. Akhirnya ponakan meninggal setelah abis biaya pengobatan sampai ratusan juta. Tahun 1998 kalo gak salah, anaknya ganteng
BalasHapusYa Allah, saat lihat foto foto anak anak penderita kanker ini, aku sangat sedih mbak..
BalasHapuspasti berat saat anak anak harus berobat karena sakit kanker ini
ah semoga mereka segera diberi kesembuhan, kanker bisa sembuh!!
Ngomongin tentang kanker selalu saja bikin sedih. Apalagi pada anak-anak ya. Semoga deh kesintasan kanker anak bisa meningkat di negara kita. Iya banget ya, kecepatan diagnosis bisa memberi arti yang besar. Sebelom kanker naik ke stadium yang lebih gawat.
BalasHapusYa Allah...
BalasHapusRasanya nangis baca tulisan kak Dian.
Sungguh ujian yang dirasakan belum ada apa-apanya dibanding anak-anak ini, ya Allah..
Semoga diberi ketabahan dan kekuatan untuk mereka dan keluarga.
kanker ini memang penyakit yang menyeramkan banget ya mak.. Huhu. Orantua memang harus aware banget sama tanda tanda kanker pada anak yaaa.. InsyaaAllah dengan semakin cepat penanganan, bisa semakin mudah untuk sembuh ya maaak.. Semoga para penyintas kanker dan keluarga selalu diberikan rezeki, ketabahan, kekuatan dan juga kesehatan ya.. Aamiin..
BalasHapusSemoga anak-anak yang sakit segera diberikan kesembuhan ya dan penanganan penyakit ini lebih baik lagi dan alatnya semakin lengkap lagi di rumah sakit merata di Indonesia..
BalasHapusBaru kemarin aku dapat kabar salah satu temanku, anaknya berpulang karena kanker. Pas tau beritanya saja aku langsung sedih banget karena tau perlajanannya melawan kanker sejak kecil.
BalasHapusSemoga anak-anak Indonesia bisa terbebas dari segala penyakit termasuk kanker ya... Deteksi dini memang kunci.
BalasHapuskanker yang sejak dini sudah bisa terdeteksi ini semoga dapat mengurangi jumlah penanganan dan juga kasus kanker yang ada di Indonesia ya mba.
BalasHapusBagian ini perlu digaris bawahi:
BalasHapus" ... itulah mengapa, penegakan diagnosis dini pada kanker memegang peranan sangat penting agar penderita dapat memperoleh tata laksana yang tepat, cepat, dan adekuat. Sehingga penting bagi masyarakat terutama para orangtua untuk mengetahui tanda, gejala, serta penyebab kanker pada anak."
Yuk, sama-sama saling mengedukasi!
Semoga ya, Mbak momentum Hari Kanker Anak Sedunia, membuat anak dengan penyakit kanker dapat bertahan dan mendapatkan kualitas hidup yang optimal
BalasHapusMemang perlu koordinasi yang baik antar tenaga kesehatan dan masyarakat untuk belajar bersama dan memberikan dukungan moral kepada para pasien kanker anak dan keluarganya.
Ah seremnya kanker anak. Anakku di belakang kepalanya ada benjolan kayak tai lalat tapi Makin besar. Jadi pengen periksain.
BalasHapusIya sih ya, tanda awalnya memang sangat tak terlihat kalau kanker gini. Sedih ketika melihat kasus anak terkena kanker gini. Semoga saja masyarakat makin aware untuk mendeteksi sejak dini kelainan yang ada pada anak-anak agar cepat bisa disembuhkan.
BalasHapusSekitar 2 tahun lalu aku berkunjung ke RS kanker yang di Jakarta Barat. Di sana bertemu anak-anak cancer warrior yang kompak tampil menyanyi dengan para perawat. Duh mbaaa mau nangis melihatnya. Mereka kuat banget, yah!
BalasHapusDeteksi dini menjadi langkah awal supaya penyakit kanker segera ditangani.
kanker anak memang sangat memilukan ya mbak. mereka masih kecil dan harus menanggung penyakit yang berat.
BalasHapussemoga dengan tulisan mbak ini, makin banyak orang yang aware terhadap bahaya kanker pada anak. makin banyak lagi yang peduli. aminn!
BalasHapusLihat orang dewasa pejuang kanker aja gak tega, apalagi penyakit ini menimpa anak-anak? Naudzubillah. Syukurnya seperti yang Mba Dian tulis di atas, pengobatan kanker kini semakin efektif dan meningkatkan peluang bertahan hidup.
BalasHapus