Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Review Buku: Tetangga kok Gitu

Judul Buku: Tetangga kok Gitu
Penulis: Annie Nugraha | Penerbit: Stiletto Indie Book | Ilustrasi: Rini Uzigan dan Annie Nugraha | Cetakan: September 2021 | Jumlah Halaman: 142 | Genre: Fiksi - Kumcer | ISBN: 978-623-6400-88-3 | Harga: Rp 70.000


Buku Tetangga kok Gitu

Blurb Buku


Hidup bertetangga itu banyak cerita, dinamika dan lika-likunya. Mulai dari hal remeh temeh hingga sesuatu yang serius untuk dibahas. Semua seru untuk diceritakan tanpa terkecuali. Topiknya juga beragam. Bisa soal anak, kehidupan percintaan suami istri, sampai beberapa kejadian yang bikin heboh orang sekompleks. Yang pasti, dari apa yang sudah kita alami, tentunya banyak hikmah yang bisa didapat dari bergaul dan hidup bersama dengan tetangga.

Beberapa di antara keseruan itu terekam dengan baik dalam ingatan saya dan begitu menggoda untuk dihadirkan ke hadapan publik. Jadi, sewaktu menuliskan kisahnya satu demi satu, saya diliputi oleh nostalgia berkepanjangan diiringi dengan senyum semringah, dada berdebar, bahkan merinding takut akan sebuah kejadian mistis yang di luar nalar.

Anda punya pengalaman yang sama atau hampir sama dengan apa yang terjadi dengan saya dan tetangga? Berbagilah dengan saya melalui Instagram dengan men-tag @annie_nugraha (Tetangga kok Gitu - Annie Nugraha)

Annie Nugraha
Email: annie.nugraha@gmail.com | IG: @annie_nugraha / @fibijewelry

Tetangga Oh Tetangga!


Seumur hidup, jika dihitung saya pernah tinggal di 9 tempat yang berbeda. Dimulai dari saat masih ikut orangtua, selagi kuliah hingga mandiri bekerja, dan ketika sudah berumah tangga. 

Nah, selama menetap di suatu tempat, apakah itu di rumah orangtua, ngekost ataupun rumah sendiri, tentunya saya punya tetangga. Beraneka tipe orang pun saya dapati. Beragam kisah tentang tetangga juga saya punyai. Ada yang bikin ketawa saat mengingatnya, membuat kesal enggak karuan, marah luar biasa, sangat kecewa, sedih tiada tara,...lengkap ceritanya!

Ya, tetangga adalah orang yang paling dekat dengan kita. Sudah selayaknya kalau kita memposisikan tetangga sebagai saudara, juga berbuat baik terhadap mereka. Meski belum tentu berlaku sebaliknya. 

Karena pasti kita bakal temui tetangga yang cueknya setengah mati, maunya menang sendiri, mementingkan kepentingan pribadi, enggan bersosialisasi, atau punya kebiasaan yang mengganggu tetangga lainnya. 

Bisa jadi itu terkait dengan suami, istri, anak, saudara ataupun asisten rumah tangga yang memicu masalah hingga tetangga lain merasa jengah.

Beneran, kalau ngomongin tetangga mungkin setiap orang punya kisah menariknya. 

Sebut saja yang terjadi pada tetangga saya yang beberapa bulan terakhir didatangi debt collector pagi, siang, malam bahkan dini hari. Mereka yang datang wajahnya seram, biasa datang berombongan, terus nunggunya kadang di depan rumah saya, karena posisi rumahnya memang melewati kami.

Kadang penagih hutang ini datang dengan sopan, seringkali berteriak kencang-kencang sampai terdengar keluar. Saya merasa mulai terganggu ketika mereka datang enggak tahu waktu, Subuh gitu sudah di sekitar situ. Ternyata mereka memang sengaja menginap di pos satpam, demi nyegat Bapak sang pemilik rumah yang dibilang tak pernah ada di rumah.

Syukurnya, selama pandemi suami WFH jadi saya merasa aman meski ada orang asing sering datang ke sebelah. Saya yang memang hanya bertetangga seperlunya juga enggan bertanya ke si empunya rumah. Suami saya akhirnya yang bertanya ke Pak RT, karena sesekali Beliau mengantar tamu-tamu itu ke situ. 

Ternyata memang masalah hutang piutang ini terkait usaha yang kolaps karena pandemi. Sehingga berimbas pada pengembalian modal yang berasal dari pinjaman bank juga pembayaran ke suplier. Membuat tetangga itu pun memutuskan pergi hingga salah satu penagih kapan hari merantai rumahnya. 

Kini rumah itupun terkunci dan dikuasai oleh pihak lain. Bikin saya dan tetangga lainnya hanya bisa menduga-duga akan nasib si tetangga. Kasihan juga sebenarnya, meski kalau mengingat gaya hidup mereka saya rasa memang ada kesalahan pengelolaan usaha di sana.

Ah, enggak perlu kepo, saya toh enggak tahu duduk perkaranya, semoga saja ada solusi terbaik untuk tetangga saya ya...

Fibi Jewelry
cover belakang

Kisah Tetangga Jadi Inspirasi Annie Nugraha


Well, mengingat tetangga yang aneka rupa membuat saya merasa klik saat membaca buku karya Annie Nugraha yang diterbitkan oleh Stiletto Indie Books ini.

Buku setebal 142 halaman yang berisi kumpulan 13 cerita pendek yang 90 persennya adalah kisah nyata seputar lika-liku hidup bertetangga dari penulisnya. Beragam cerita soal tetangga menginspirasi penulis hingga merangkumnya dalam sebuah buku bertajuk 'Tetangga kok Gitu'.

Annie Nugraha menampilkannya dalam bahasa ringan sehingga buku ini enak dibaca, membuat saya hanya dalam sekali duduk saja bisa menuntaskannya. 

Cerita yang diangkat pun sebagian besar bersifat keseharian yang bisa jadi dialami juga oleh pembaca dengan tetangganya. Meski ada satu - dua cerita berhasil membuat saya terheran karena nyaris enggak masuk di akal. Hawa mistis yang dibawanya pun bikin merinding disko, syukurnya siang bolong saya baca bukunya hahaha

Ya, percaya enggak percaya, saya pernah juga sih dengar cerita serupa. Memang tentang apa? Ah, kalau saya ceritakan di sini enggak seru lagi dong dirimu baca nanti..hihihi

Buku: Tetangga kok Gitu
profil Annie Nugraha

Wire Handmade Craft
IG: @annie_nugraha | @fibijewelry

Yang Jelas Annie Nugraha Berhasil Memesona Saya, Karena...


1. Judul buku yang pas

Judul 'Tetangga kok Gitu' related banget dengan isi buku. Judul sudah mewakili isi karena di semua cerita ada benang merahnya, jadi tetangga kok gitu amat sih ya. 

2. Tema cerpen lengkap

Ada konflik dengan tetangga yang dipicu masalah anak. Menyoal masalah parkir di jalanan alias kuat beli mobil tapi enggak mampu bikin garasi. Masalah ART yang ada main sama majikan sendiri. Pertengkaran pasutri yang bikin seisi kompleks harus jadi juri...dan masih banyak lagi. 

Semuanya bikin kita serasa bernostalgia jika pernah mengalami kejadian yang sama atau malah ngaca jangan-jangan termasuk salah satu dari si tokoh cerita. Ups!

3. Gaya bercerita yang asyik

Jadi saat baca buku ini, saya merasa seperti didongengin oleh Mbak Annie hihi. Kami macam lagi nggosipin tetangga gitu. Karena story telling yang dipakai penulisnya dapet banget.

Oia, meski pendek kisahnya, di setiap cerita kita diberi pengantar dulu, lalu dibawa ke konfliknya, dibikin kezel pada tokohnya terus diberi ending yang pas.

4. Pilihan kata yang ringan dan kekinian

Annie Nugraha, menggunakan kata-kata yang biasa dipakai di keseharian, disisipi istilah kekinian, juga ungkapan lucu yang bikin buku ini mampu jadi hiburan tersendiri. 

Hari gini, baca buku dengan tema ringan seperti ini bisa jadi stress release lho...enggak perlu berat mencerna kalimatnya juga enggak butuh mikir maksud bukunya. Hidup makin berat untuk dipikir ngapain juga baca buku saja pakai mikir, ye kan ya?

Review Buku: Tetangga kok Gitu
Anak Berantem Orang Tua Geger


5. Simpulan yang penuh hikmah

Selesai bercerita, penulis mengakhiri dengan lesson learned yang bisa kita dapatkan dari kisahnya. Simpulan ini ada di halaman tersendiri. Dari sini pembaca jadi bisa mengambil hikmahnya. Menarik!

Misalnya: pada cerita "Balada Parkiran Mobil" ada pesan moral yang disampaikan: "Memaafkan adalah sebaik-baiknya keikhlasan yang sesungguhnya tersembunyi di setiap nurani manusia."

6. Ilustrasi yang oke

Buku ini dilengkapi ilustrasi cantik garapan Rini Uzigan dan Annie Nugraha, sebagai pendukung cerita yang membuat saya makin nyaman saat membaca. Bakalan enggak bosan dan bikin mata tetap segar setelah baca tulisan. Karena sesekali ada gambar yang cakep baik dalam versi black & white ataupun colourful. 

7. Cerita yang menarik

Okelah, saya beri spoiler satu ya. Judul ceritanya: Anak Berantem Orang Tua Geger

Ahmad dan Roni adalah dua anak seusia (lima tahunan) - yang dikisahkan Annie Nugraha sebagai anak tetangganya. Mereka sedang main sepeda bareng, mondar-mandir, kebut-kebutan. 

Awalnya sih terlihat seru hingga si Ahmad menabrak-nabrakkan bagian depan sepedanya ke bagian belakang sepeda Roni. Lalu terjadilah adu-aduan roda. Hingga Ahmad terjengkang dengan darah mengucur di mata kaki dan sikutnya. 

Mereka saling membela diri, hingga mbak pengasuh keduanya menyeret masuk rumah. Enggak pakai lama Mamak Ahmad lantang berteriak memanggil Mamak Roni dan protes atas perlakuan Roni ke anaknya. Ributlah mereka, ramai.... sampai keluar semua rahasia, situasi bertetangga jadi tegang pokoknya!

Sementara, ketika ketegangan masih menyelimuti dua Mamak, Ahmad dan Roni sorenya sudah main bareng lagi...

Sounds familiar

Meski enggak plek ketiplek sama, ada kejadian serupa di lingkungan kita. Nah, Annie Nugraha mengemas cerita ini dengan menarik dalam versinya. Diselipkan juga hikmah yang bisa diambil dari masalahnya. 

Hingga jadi reminder bagi diri ini, jika nanti anak kita jadi Ahmad atau Roni kita enggak bersikap seperti Mamak mereka. Atau, jika kita jadi tetangganya kita belajar bagaimana sebaiknya bersikap ke mereka, enggak berpihak ke salah satu kubu, misalnya. 

Buku Annie Nugraha
salah satu ilustrasi yang ada di buku

Tetangga kok Gitu
salah satu pesan moral dari cerita

Buku Tetangga kok Gitu
cover depan

Lalu, Apa yang Kurang Pas di Buku "Tetangga kok Gitu"?


Jadi gini, "Tetangga kok Gitu" ini kan yang saya tangkap berlatar pemukiman di perkotaan. Bentuknya kompleks perumahan yang dibangun oleh pengembang, juga (di beberapa cerita) jelas disebutkan tipenya cluster dan tanpa pagar.

Nah, saya agak kurang sreg dengan desain sampul depannya (juga satu dua ilustrasi di dalam buku). Karena, yang ditampilkan adalah gambar lingkungan bertetangga yang enggak sesuai dengan isi buku. 

Terlihat di situ deretan pemukiman yang serupa flat, ada bangunan seperti menara kastil, pagar kayu, suasana sekitarnya...Malah lebih pas kalau menggambarkan pemukiman di pedesaan Eropa.

Bukan menggugat hasil ilustrasinya ya, it's just my two cents, enggak pas saja kalau cerita bertetangga di Indonesia tapi penggambarannya di Eropa.

Selain itu?

So far, enggak ada! Karena, "Tetangga kok Gitu" serius recommended buat kamu baca!

Annie Nugraha yang saya kenal sebelumnya lewat tulisan yang lugas dan bernas di blognya, beneran mampu menghidupkan cerita dalam buku hingga saya hanyut akan cerita dan terhibur setelahnya. 

Bikin nambah satu kekaguman saya padanya! Gimana enggak cobak, udah pinter ngawat (crafter/ handmade wire jewelry), ngeblog dan nulis buku (author), poto-poto (photographer)...

Oalah, sungguh multitalenta, pasti bikin insecure tetangga! (untung saya bukan tetangganya haha)

Oia, apa dirimu punya cerita menarik soal tetangga juga seperti Annie Nugraha? 

Atau mungkin ingin mengadopsi buku "Tetangga kok Gitu" dan berkenalan dengan penulisnya? Langsung saja kontak Annie Nugraha ya!💖


Baca juga:




Happy Reading

signature-fonts




Dian Restu Agustina
Dian Restu Agustina Hi! I'm Dian! A wife and mother of two. Blogger living in Jakarta. Traveler at heart. Drinker of coffee

36 komentar untuk "Review Buku: Tetangga kok Gitu"

  1. Kamu punya cerita menarik soal tetangga enggak?

    BalasHapus
  2. Dari kisah tetangga jadi sebuah buku dengan 142 halaman lalu ilustrasinya juga cakep namun setuju mba covernya ga gambarin komplek perumahan di sini yah emang se[perti pemukiman di Eropa sih aku liatnya :)

    BalasHapus
  3. Mba Dian, awalnya saya pikir ini adalah novel dari drama sinetron di TV yang kocak itu loh. Ternyata bukan ya.
    Duuuuh, hidup bertetangga memang banyak cerita dan warna mba.
    Pantes aja dalam Islam itu disebutkan bahwa siapa yg tetangganya merasa selamat akan sikap dan lisannya maka ia dapat jaminan surga.
    Tetanggaku ladang surgaku

    BalasHapus
  4. Bener juga ya soal cover. Tapi dari judulnya aja udah kebayang nih isinya bakal related pada kebanyakan kita.

    BalasHapus
  5. Emang cerita soal tetangga menarik buat dikupas yah mbak,
    Masalah anak berantem dan orangtua ikut campur malah jadi musuhan kayaknya ada di mana-mana yaaah. Di komplek aku juga ada yang kayak begitu hahaha

    Duh, itu di IG-nya mbak Annie postingan terakhir ada Jimin-BTS, kayaknya belio Army juga nih hahaha

    BalasHapus
  6. Kayaknya klo dihitung sejak tinggal dg orang tua sy bahkan lebih dr 10 kali pindah terutama zaman kuliah bisa 5 kali lebih berpindah sebagai anak kos dan memang di setiap tempat tinggal selalu ada kisah tetangga yg berbeda2...

    BalasHapus
  7. Aku udah khatam sama tetangga, ada ajaaaa timbul percikan. Dulu pernah disamperin tetangga disuruh ke rumah dia, mau disuruh bahas sama pak RT cuma gara-gara selokan. Ogah banget, ngapain juga haha.. Lha, dia yang marah sendiri, dia yang cari gara-gara, akhirnya belakangan dia minta maaf. Atau tetangga yang suka cari utangan. Atau tetangga yang muka masam, udah sebodo amat.

    BalasHapus
  8. Ya ampun kok kepikirannya sama kayak aku mbak Dian, untuk cover walau menarik tapi kurang setuju
    penggambaran di Indonesia tapi tampak depan Eropa

    BalasHapus
  9. Baca review Tetangga Kok Gitu, jadi inget masa kecil. Permasalahan tetangga emang kompleks, bahkan bisa ramai satu kampung. Apalagi urusan pertengkarsn suami istri. Wihh... rame banget. Makanya sekarang aku bertetangga sewajarnya aja.

    BalasHapus
  10. Aku udah punya bukunya tapi belum baca. Dari segi ilustrasi baik di dalam maupun di luar (cover) mengingatkanku pada gambar yang ada di buku anak-anak yang kubaca waktu SD. Buku cerita luar dengan suasana Eropa (atau Amerika) gitu, dan dulu bacanya di perpus SD (sekolah Pertamina). Tampilan ilustrasinya mirip banget.

    Weekend senggang baru mau baca bukunya :D

    BalasHapus
  11. MashaAllah. Terimakasih untuk ulasannya Mbak Dian.

    Ada bagian yang bikin saya senyum-senyum sendiri (laaahh), tapi ada juga yang membuat saya berevaluasi. Alhamdulillah satu hal yang ingin saya gapai saat melahirkan buku solo pertama ini adalah memberikan hiburan literasi dari rangkaian cerita kehidupan bertetangga.

    Impian lainnya gak muluk-muluk. Semoga dengan lahirnya buku Tetangga Kok Gitu ini, saya mendapatkan semangat untuk melahirkan buku-buku solo berikutnya. Tentu saja dengan topik lain yang menarik dan lebih disukai oleh publik.

    Thanks a ton ya Mbak Dian. I am flattered to have my book reviewed. Apalagi oleh seorang blogger yang skill menulisnya mendapatkan pujian dari berbagai pihak.

    BalasHapus
  12. lhooo sama judulnya kaya serial drama itu ya hehe.. bagus nih, jadi pengen baca lengkapnya mbak :)

    BalasHapus
  13. Semoga tetangga Mba Dian bisa menemukan solusi terbaik atas kegagalan usahanya. Kasihan ya didatangi ramai-ramai sama debt collector itu.

    Saya udah baca buku ini. Paling suka sama cerita Saat Ibu Tiada. Sampai nangis saya baca kisah Mba Ica Marisa yang meninggal dunia, kemudian tiga anaknya dipisahkan.

    BalasHapus
  14. Cerita tentang kejadian dengan tetangga enggak ada habisnya, ya. Yang ditungguin debt collector lah, yang anak berantem orang tua ikut mecucu, yang tiba-tiba ada kisah horor dan lainnya. Setiap kompleks tetangga memiliki kisahnya sendiri-sendiri.

    Menarik banget nih buku 'Tetangga Kok Gitu' bida jadi bacaan ringan dan santai serta mempelajari simpulan dalam kisah buku itu.

    BalasHapus
  15. Udah kebayang pastinya kisah dlama buku ini relevan banget ama kehidupan kita sehari-hari. Apalagi ditulis dengan bahasa yang seperti obrolan jadi berasa ngobrol ama penulisnya ya mba :)

    BalasHapus
  16. Baca judulnya mengingatkan saya dengan sitkom di salah satu televisi. Judulnya mirip tetapi jalan ceritanya jauh berbeda. Tertarik baca bukunya soalnya seperti yang mbak Dian tulis, hidup sudah mikir ngapai lagi baca buku yang membuat kita mikir, iya kan?

    BalasHapus
  17. Judulnya sama dengan serial tv itu ya... Pengen baca deh cerita ringan yang menghibur kaya buku ini...
    Kehidupan bertetangga memang seru ya... Harus pintar bersikap, karena bagaimanapun tetangga orang terdekat di saat butuh bantuan...

    BalasHapus
  18. Langsung kebayang tetangga-tetanggaku yang ada di sini, dulu di Magetan, juga di Jogja, heuheu. bertetangga sungguh penuh dinamika. Cerita-cerita dalam buku ini sangat familiar, dan bikin meringis karena, "yaelah, itu mah tetanggaku banget, haha". Good idea, nice story, dan congrats buat Teh Annie.

    BalasHapus
  19. Sama mbak, aku juga mikirnya gitu. Cover depannya ga mencirikan tempat tinggal kita. Padahal kalau itu beneran ada. Klop banget ya, antara cerita dan ilustrasinya. Btw mbak, aku baca review-nya jadi tertarik pengen baca.

    BalasHapus
  20. Ikut banhagia kalau teman menerbitkan buku, senang sekali buku bisa menjadi jembatan menyebarkan manfaat. Judul buku jaid ingat seri tentang tetangga heheh pasti penuh dinamika ya

    BalasHapus
  21. Aku membaca beberapa review Tetangga Kok Gitu dan reviewnya itu bagus2, jadi penasaran deh pengen baca bukunya.

    BalasHapus
  22. Can relate!
    Hihi ... iya yah selama ini punya banyak pengalaman bertetangga baik waktu ngekos maupun sekarang kok ga kepikiran.

    Syukurlah tetanggaku yg sekarang udah paham urusan pertengkaran bocah ga perlu dibawa baper. Kita ketawa aja kalau anak-anak berebut. Bentar lagi juga baikan.

    BalasHapus
  23. Seru ya, mengangkat kisah sehari-hari yang ringan tapi menginspirasi. Jadi penasaran pengen baca juga. Yang bagian horror sepertinya seru ya... Hihi..

    BalasHapus
  24. Hidup bertetangga memang seru. Selalu ada aja yang bisa diceritakan. Kisahnya kita banget ya itu pastinya.

    BalasHapus
  25. Baca review buku Annie Nugraha ini jadi keinget tetanggaku di komplek mba dian..

    Bukan karena tetanggaku gak enak. Tapi karena mereka baik semua. Dan jadi terlintas gimana dulu mereka bantuin aku pas lahiran dadakan di rumah.

    BalasHapus
  26. Buku-buku stiletto ini menyenangkan yaa..
    Selalu ada ilustrasi gambar yang mendukung imajinasi pembaca. Plus kata-kata indahnya dibuat semacam quote. Sehingga memudahkan mencari hikmah dari setiap cerita.

    BalasHapus
  27. Judulnya mirip sinetron sebelah ya mba, btw emang perkara tetangga ni macem2 aja ya dan kalau diceritain semua dalam sebuah buku emang gak ada habisnya sih hehehe

    BalasHapus
  28. Wah keren banget ini, Tetangga Kok Gitu ya karya Ayuk Annie traveling blogger yang kl nulis revie resto atau jalan ke suatu tempat, suka komplit banget ulasannya. Selamat ya telah lahiran buku solo pertama, keren euyyy, makasih reviewnya ya Mbak Dian

    BalasHapus
  29. Kok jadi penasaran ya saya dengan buku ini. Bahkan aku segrup dengan penulisnya di pelatihan Canva.
    Hmm, mau baca ah...

    BalasHapus
  30. Relate banget dengan kehidupan kita ya mba Dian.
    mba Anie luar biasa produktip. Keren bukunya semoga laris manis dan aku ada rejeki beli aamiin

    BalasHapus
  31. Saya juga punya tetangga yang berkesan, berkesan kurang bagus hehehe
    tetangga di rumah ibu saya, yang suka seenaknya keluar masuk rumah ibu saya. suka ambil mangga di halaman rumah tanpa permisi. suka ngejemur karpetnya di pagar rumah ibu saya, padahal sendirinya punya pagar...

    sekarang kami tinggal di lingkungan baru, kota baru. anak saya udah berantem ama anak tetangga.
    haizzzz.... untungnya saya dan ortu si anak tetangga, bukan yang suka berantem gegara anak berantem... kami saling meminta maaf karena tingkah laku anak kami, dan memutuskan menasehati anak kami di rumah masing-masing....

    tetangga oh tetangga

    BalasHapus
  32. Seru banget bukunya ya... Penulisnya juga keren banget, multitalenta! Ilustrasinya apik, berwarna pula. Pasti ngga bosen bacanya ya mba. Duh, jadi pengen baca.

    BalasHapus
  33. Menarik deh bukunya, eh ini tuh udah diangkat ke serial TV nggak sih? Atau judulnya aja yang sama? Keknya ada serial TV yang judulnya seperti ini juga deh.

    Baca ulasan mbak Dian aja terasa relate banget sama cerita2 yang ada di buku ini. Jadi pengen baca sendiri bukunya deh. Kayanya bakal sering senyum2 sendiri.

    BalasHapus
  34. Setiap orang pasti punya cerita menarik yang berhubungan dengan tetangga, saya setuju sekali mbak Dian. Apalagi kalau di desa nih, tetangga malah macam-macam karakter dan cerita yang didapat pun bermacam-macam.

    Awalnya saya kira buku ini kisah nyata dari mbak Annie, tapi ternyata cerpen ya. Kalau baca cuplikannya ya memang terjadi di dunia nyata gitu ya meski bukan pengalaman penulis.

    BalasHapus
  35. Jadi kepo baca bukunya,..ngomongin tetangga terkadang banyak yg ajaib ya kelakuan tetangga tuh kayak ada tetangga yang penampilan manis tapi kalo ghibah aib orang beuh bisa rinci dan detil wkwkw gitu deh kita mah liatin aja kelakuan tetangga..

    BalasHapus
  36. Selain ilustrasinya yang lucu banget juga ceritanya related banget sama kita2 nih yaa mba. Jadi penasaran aku pengen baca juga hihi..

    BalasHapus